28. Satu Hari di Surabaya

6.5K 1.4K 404
                                    

Mas Mark aneh.

Heya kerap memikirkan kalimat itu dalam seharian ini. Ia melihat Mark yang berbeda dan itu membawanya kepada Mark yang benar-benar aneh di matanya. Bayangkan dalam satu hari Mark bisa membelikan sebuah gaun seharga delapan juta, lalu malamnya ia bertingkah seperti anak kecil dan meminta Heya untuk menemaninya membeli pecel lele di jam dua pagi.

Apalagi yang lebih gila dilakukan Mark di jam dua pagi. Jika ia sibuk dengan kerjaan kuliahnya, Heya masih bisa memakluminya, tapi untuk membeli pecel lele.... ia rasa tidak.

"Radhea.."

"..."

"Radhea."

"Apaa..."

"Kamu tidur ya?"

"..."

"Radhea?"

"Apa sih!?"

"Aku laper."

"Makan sana."

"Pengen pecel lele."

"Tidur ah."

"Aku laper nih."

Mengingat kejadian malam itu lantas membuat Heya ingin mencekik Mark saat itu juga, tapi ia terlalu mengantuk dan merasa bodoh untuk melakukannya. Alhasil pagi ini, Heya harus mengubur dalam-dalam perasaan kesalnya itu. Walau karenanya ia harus dibuat tak tertidur dan pagi ini matanya tak berhenti mengeluarkan air.

Heya tidak menangis, tapi ia masih mengantuk dan ingin tertidur lagi. Tapi ia harus menahannya karena kini ia tengah merias wajahnya, sebentar lagi mereka akan pergi ke acara pernikahan Arial.

"Radhea?"

Nah, mulai lagi suara itu datang. Mark barusan keluar dari dalam kamar mandi dan ia merapikan sekali lagi kerah kemeja batiknya itu.

"Kamu udah siap?" tanya Mark.

"Udah dari tadi, Mas." Heya menutup kembali semua alat riasnya. Ia menyisir pelan rambutnya untuk merapikan anak rambut di bawahnya.

Dari pantulan cermin di depannya, Heya bisa melihat Mark tengah tersenyum melihatnya. Lantas raut wajahnya berubah menjadi keheranan menatap suaminya itu.

"Kamu cantik."

"Mas udah ngomong kayak gitu dari pagi tadi."

"Kali ini beda, aura kamu tuh keluar banget. Ya Tuhan, kenapa istriku cantik banget sih?!"

Kalimat Mark itu membuat Heya merasa geli mendengarkannya.

"Ya iyalah, dress delapan juta! Siapa sih yang nggak cantik pas makenya?" Heya berucap selagi ia memasang anting kecil di telinga kirinya.

Karena terlalu fokus merapikan dandanannya, Heya tak sadar jika Mark sudah mendekat ke arahnya. Dia berdiri di samping Heya selagi menatap pantulan satu sama lain di hadapan cermin saat ini.

"Ngapain sih?"

Mark tak menjawab yang ada dia mendekat ke arah wajahnya.

"Ngapa— jangan ci—"

Terlambat untuk menghentikannya, Mark sudah mengecup lebih dahulu pipinya dan itu membuat Heya panik dan mundur darinya segera. Raut wajahnya lantas berubah menjadi garang dan ia menatap kesal Mark yang tampak senyum-senyum tak jelas.

"Kenapa sih cium-cium segala!?"

"Emang salah aku cium kamu?"

"Kenapa sih kepikiran mau nyium di keadaan kayak gini!? Luntur nih make up aku.."

me after you [UNDER REVISION]Where stories live. Discover now