[11]

801 75 8
                                    

"Ibu, aku izin pergi sebentar ya!" Teriakku.

"Anakku ingin kemana?" Tanya ibu.

"Kerumah Lucy, teman lamaku" jawabku.

"Baiklah, biar ayah yang mengantarnya ya" jawab ibu.

"Tidak usah bu, aku bisa kok, rumahnya sangat dekat dengan rumah kami" kataku.

"Bawalah tongkat sihirmu sayang oke?" Kata ibu.

"Baik bu, aku pergi dulu" kataku.

Iya kita kembali ke rumah lama, tetapi saat ku coba buka pintu lemariku, ia sudah tak berfungsi.

•~•

Aku sampai dirumah pamannya Lucy.

Tok...tok...tok...

"Siapa disana?!" Teriak seseorang.

"Amelia Wood!" Jawabku.

Pintu itu dibuka, oleh anak kecil yang aku tak mengetahuinya.

"Oh hi, aku temannya Lucy" kataku dengan tersenyum.

"Baiklah, masuklah"

Lalu aku menunggu diruang tamu.

"Lucy!"

"Amelia!"

Aku memeluk Lucy, ia benar-benar sudah dewasa.

Saat aku memeluk Lucy aku melihat ada Edmund, berdiri dibelakang Lucy.

Aku sontak melepaskan pelukannya dan berganti memeluk Edmund.

"Ed!" Kataku.

Edmund membalas pelukanku dan mengelus rambutku.

Setelah itu kita bertiga naik kekamar atas.

Lucy sedang membaca surat dari Susan, sedangkan aku melihat foto lautan yang ada kapalnya.

Edmund duduk disebelah Lucy untuk membaca suratnya.

"Lucy, pernahkah kau melihat kapal ini sebelumnya?" Tanyaku kepada Lucy.

"Ya, sangat Narnia, kan?" Jawab Lucy.

"Ya, hanya pengingat bahwa kita disini, tidak ditempat itu" jawabku.

Lucy menghampiriku dan begitupula dengan Edmund.

"Ada dua anak yatim piatu yang menghabiskan waktunya" kata anak itu dari balik pintu.

"Apa maksudmu?!" Kataku.

"Mempercayai hal omong kosong tentang Narnia"

"Tolong biarkan aku memukulnya!" Kata Edmund.

"Tidak!" Jawabku dan Lucy bersama, aku menahan tangan Edmund sebelah kiri dan begitupula dengan Lucy.

"Tak bisakah kau mengetuk pintu?" Kata Edmund.

"Ini rumahku" jawab anak kecil itu.

"...aku bisa melakukan sesukaku, kalian hanya tamu"

"...apa yang menarik dari lukisan itu? Itu mengerikan"

"Oh shut up!" Kataku.

"...berisik sekali"

Lucy hanya menatapku dan kita tersenyum bersama.

"Edmund lihat, airnya seperti bergerak" kata Lucy.

"Dasar sampah, itu akan terjadi padamu karena kau terlalu banyak membaca novel tentang dongeng seperti itu" kata anak itu.

Saking kesalnya aku menodongkan tongkat sihirku kearah dagunya.

𝐍𝐢𝐠𝐡𝐭 𝐋𝐨𝐯𝐞 | 𝐄𝐝𝐦𝐮𝐧𝐝 𝐏𝐞𝐯𝐞𝐧𝐬𝐢𝐞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang