[09]

661 83 5
                                    

Selesai minum, kita berdua masih tetap duduk diluar menikmati udara segar.

"Hei! Amel Edmund, aku mendengar suara dibawah tanah!" Teriak Peter.

Aku dan Edmund langsung berlari dan membawa senjata.

"Berhenti!" Teriak Peter.

"P-penyihir putih?" Kataku.

"Amelia Wood... kemarilah" kata penyihir putih.

"Never!" Jawabku.

Dibawah istana terdapat kurcaci, makhluk aneh dan beruang.

Aku langsung mengeluarkan panahku. Aku juga sempat melihat Lucy ingin dibunuh oleh kurcaci jahat itu.

Dengan cepat aku menusuknya dari belakang.

"Thanks, Amel" kata Lucy.

"Menjauhlah darinya!" Teriak Peter, ia mendorong Caspian hingga terjatuh karena ia ingin memberikan darahnya kepada penyihir putih itu.

"Caspian! You okay?" Tanyaku.

Aku membantunya berdiri dan membawanya menjauh.

"Peter, sayang. Aku merindukanmu" kata Jadis.

"...kemarilah, setetes saja. Kau tahu tak bisa melakukan ini sendirian"

Namun ada yang menusuk Jadis dari belakang.

Aku membawa mundur Caspian dan tak lama esnya pecah.

Edmund, dialah yang membunuhnya.

Aku langsung berlari dan memeluknya.

"Edmund!" Kataku.

"I'm fine" jawab Edmund.

Edmund membalas pelukanku dan dia berkata, "Aku tahu, aku sudah membereskannya" sambil mengelus rambutku.

Tak lama kita keluar dari ruang bawah tanah itu.

•~•

Paginya aku merasa bosan jadi aku berjalan kesana dan kemari didalam.

Dan aku mencoba turun keruangan bawah tanah, disitu ada Peter sedang duduk didepan gambar singa.

Lantas aku duduk disebelah Peter.

"Kau beruntung" kata Peter.

"Apa maksudmu?" Tanyaku.

"Kau sudah memilikinya" jawab Peter.

Aku hanya diam melihat Peter bicara.

"...aku hanya ingin dia memberiku sedikit bukti"

"Mungkin kita lah yang harus membuktikan diri padanya" jawabku.

Tak lama Edmund datang.

"Peter, sebaiknya kau bergegas" kata Edmund.

Aku, Peter dan Edmund melihat dari atas bahwa ada pasukan datang.

•~•

"Demi kue dan genderang, itukah rencana terbaikmu?" Tanya kurcaci.

"...menyuruh gadis kecil kehutan paling gelap, sendirian?"

"Hanya itu kesempatan kita" jawab Peter.

Aku berdiri dan berkata, "Dia tidak akan sendirian, aku bisa pergi dengannya" jawabku.

"Amel..." kata Edmund.

Aku hanya tersenyum kepadanya.

"Belum cukupkah dari kita yang gugur?" Tanya si kurcaci kepadaku.

𝐍𝐢𝐠𝐡𝐭 𝐋𝐨𝐯𝐞 | 𝐄𝐝𝐦𝐮𝐧𝐝 𝐏𝐞𝐯𝐞𝐧𝐬𝐢𝐞Where stories live. Discover now