Kita & Kanker - 01 🎗️

2.4K 120 29
                                    

Cairan kental berwarna merah lagi-lagi kembali mengalir dari indra penciumanku

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.

Cairan kental berwarna merah lagi-lagi kembali mengalir dari indra penciumanku. Sudah beberapa minggu terakhir ini aku merasakan keanehan dalam diriku. Seperti mimisan, gusi berdarah, ditambah dengan memar yang beberapa kali muncul dari kulit putihku tanpa sebab. Padahal, aku tergolong anak yang kuat, dan jarang sakit.

Entahlah, apa yang terjadi denganku sekarang ini. Sepulang sekolah tadi, aku sudah mengadakan janji dengan Rendy, kekasihku untuk mengantarku pergi menemui Dokter Andrew, Dokter sekaligus sahabat dari papaku, untuk mengecek kondisiku.

Ngomong-ngomong, kita belum berkenalan. Perkenalkan, namaku Keyra Adhisty. Aku anak tunggal dari Papa Aditya dan Mendiang Mama Kenzie. Ya betul, mamaku sudah tiada.

Beberapa tahun silam, Tuhan memanggil mama untuk kembali ke sisi-Nya. Aku yang masih di bangku SMP merasa begitu kehilangan. Sosok mama yang selalu memotivasiku, harus begitu cepat pergi meninggalkanku. Kini, hanya tersisa papa yang menjadi topangan hidupku.

Perihal status, aku masih seorang pelajar yang tengah menuntut ilmu di salah satu SMA di kotaku. Kakak senior. Begitulah jabatan yang aku sandang saat ini bersama teman-teman seangkatanku.

Sama seperti angkatan-angkatan sebelumnya, mungkin angkatan kami juga sering dikaitkan dengan sifat senioritas yang tinggi. Namun, kami tidaklah seperti itu. Kami sama sekali tidak bersikap seperti senior-senior sombong yang lainnya, justru bisa dibilang kami adalah senior yang paling baik sejagat raya.

Mana ada lagi senior selain kami yang suka membantu adik kelas kami dalam mengerjakan tugas sekolah.

Oke, mungkin sekian dulu perkenalanku, dan angkatanku hehe. Mari kulanjutkan cerita tadi.

Jam dinding terus berjalan, hingga menunjukkan pukul 5 kurang 5menit. Aku sedang menunggu kedatangan Rendy. Ya, aku memang memintanya untuk menjemputku pukul 5 sore, biar tidak terlalu panas.

Selain itu, jam 5 sore adalah waktu yang tepat untuk melihat senja. Mungkin, bisa saja aku melihat senja dari balkon kamarku, akan tetapi aku lebih suka melihat senja di rumah sakit. Ah, lebih tepatnya, di rooftop rumah sakit.

Bagiku, menikmati senja di rooftop adalah pemandangan terindah yang bisa aku nikmati. Entahlah, mungkin bagi kalian, kesannya sama saja, namun, setiap orang berhak memiliki pandangan yang berbeda, kan?

Tin ... tin ....

Ah itu pasti suara mobil Rendy. Memang selalu tepat waktu kekasihku ini, aku sungguh beruntung untuk memilikinya.

"Hai Ren," sapaku padanya yang tengah berdiri di depan kaca mobil sambil berkaca. Aku berjalan mendekatinya, ia kemudian mengecup puncak kepalaku singkat.

"Eh ada si pacar, gimana udah siap?" tanyanya.

"Udah kok. Tinggal kunci pintu aja."

Setelah menyelesaikan ucapanku, aku berjalan untuk menutup pintu rumahku serta tak lupa menguncinya. Setelah kupastikan aman terkunci, aku langsung berjalan menuju Rendy yang kini telah siap dengan pintu mobilnya yang terbuka.

"Silakan masuk Tuan Putri," ucapnya begitu manis. Ah, Rendy selalu begini, selama 3 tahun kami berpacaran, dia tak pernah kelewatan untuk memperlakukanku dengan cara-cara yang manis. Membuat hatiku berdegup kencang oleh tingkahnya.

Setelah aku masuk ke dalam mobil, Rendy menutup kembali pintu mobilnya. Lalu berlari kecil mengitari mobil sedannya dan masuk ke dalam. Menjalankannya, keluar dari halaman luas dari rumahku dan membelah jalan raya yang mulai ramai.

Sedikit bercerita mengenai hubunganku dengan Rendy. Aku harap kalian mau mendengarnya ya, hehe.

Rendy adalah ketua OSIS ku dulu di SMP, kami dekat sejak kelas 2 SMP. Waktu itu, tengah diadakan upacara bendera, dan aku yang entah tengah kerasukan jin apa, kelupaan membawa topi. Padahal, biasanya aku ini bukan tipe orang yang pelupa. Pada saat itu, aku benar-benar takut dihukum.

Aku bolak-balik di depan koridor kelasku, tidak berani turun ke lapangan. Teman-teman sekelasku berulang kali mengajakku turun, namun aku masih enggan turun. Pikirku saat itu ialah aku ingin mengumpet saja di dalam kelas. Hitung-hitung mengurangi rasa lelah akibat upacara. Namun, naasnya, niatku malah ketahuan oleh Rendy, yang tengah ditugaskan guru untuk mengecek ke setiap kelas.

Aku pikir, nasibku akan malang. Pasti, Rendy akan membawaku ke depan bu Asrini-wakil kepala sekolah bidang kesiswaan kami, dan parahnya hukumanku akan bertambah 2 kali lipat karena berniat bolos upacara.

Akan tetapi, realitaku ternyata lebih indah dibanding ekspetasiku. Rendy tidak memarahiku, atau mungkin menyeretku hingga ke depan bu Asrini. Ia malah bertanya dengan lembut, alasanku ingin bolos upacara.

Setelah mendengar alasanku, Rendy menyuruhku tunggu sebentar, dan dia langsung saja pergi entah kemana. Sekembalinya, ia menyodorkanku sebuah topi berwarna biru tua yang khas warnanya seperti yang ia kenakan di atas kepalanya. Ia meminjamkanku topinya. Katanya, ia membawa 2 topi sebagai cadangan. Bodoh amat dengan semua itu, yang jelas Rendy telah menolongku.

Semenjak hari itu, kami jadi sering bertemu, dan kami terlihat semakin dekat. Teman-teman dikelasku sering menyoraki kami, di setiap kami Rendy datang dan membawakanku roti berisi selai cokelat. Ya, aku memang menyukai segala jenis makanan berasa cokelat, maka tak heran bila Rendy menamaiku 'My Sweet Choco' di kontak hpnya.

Selama kurang lebih setahun pendekatan, akhirnya Rendy menembakku, dan kami resmi berpacaran. Lelaki itu benar-benar romantis, bahkan hingga di tahun ketiga kami berpacaran pun, ia masih dengan pribadinya yang selalu membuatku semakin cinta.

Harapanku tidaklah banyak, semoga hubunganku dengan Rendy akan langgeng hingga maut memisahkan. Ya, semoga.

»»----------------¤----------------««

Rencana Tuhan itu ajaib. Ya, termasuk rencana-Nya dalam mempertemukan kita.

Kita & Kanker [Completed✔]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ