Chapter 15. Judges

259 68 3
                                    

「ᴇᴄᴄᴇᴅᴇɴᴛᴇsɪᴀsᴛ」

(n) 𝚂𝚘𝚖𝚎𝚘𝚗𝚎 𝚠𝚑𝚘 𝚏𝚊𝚔𝚎𝚜 𝚊 𝚜𝚖𝚒𝚕𝚎, 𝚠𝚑𝚎𝚗 𝚊𝚕𝚕 𝚝𝚑𝚎𝚢 𝚠𝚊𝚗𝚝 𝚝𝚘 𝚍𝚘 𝚒𝚜 𝚌𝚛𝚢, 𝚍𝚒𝚜𝚊𝚙𝚙𝚎𝚊𝚛, 𝚊𝚗𝚍/𝚘𝚛 𝚍𝚒𝚎.

─────────────────────

Pintu ruangan Aizawa langsung dibuka saat Todoroki baru tiga kali mengetuknya. Wali kelasnya itu masih terlihat seperti biasa: kantung mata dan ekspresi lesu, kecuali rambutnya yang diikat ke belakang terlihat lebih rapi.

"Todoroki, masuk."

"Tidak usah, Sensei. Aku harus langsung ambil surat izin di ruangan Yagi Sensei, katanya babak penyisihan taekwondo-ku dengan Kirishima dimajukan ke lusa." Todoroki merogoh isi tasnya, "Aku cuma mau mengantarkan titipan untukmu." ia menyodorkan dua buah DVD dari dalamnya.

"Untukku? Dari siapa?"

Pertanyaan itu tidak langsung direspons dengan ucapan, Todoroki mengarahkan telunjuknya pada DVD yang Aizawa pegang. Gurunya langsung memperhatikan kedua DVD itu.

"Sebuah titipan," Todoroki mengedikkan bahu, "kalau Sensei ada waktu luang, tolong lihat isinya."

"Akan aku lihat besok malam, hari ini aku sedang tidak punya waktu. Hasil ujian hari pertama kalian sedang aku koreksi."

Todoroki mengangguk, "Bukan masalah, Sensei. Tolong dilihat DVD yang bersampul hijau lebih dulu." lalu ia berbalik arah, hendak pergi karena Aizawa tidak terlihat akan kembali bertanya.

Dua langkah dari posisinya semula ia kembali menoleh pada Aizawa yang masih berdiri di ambang pintu, "Sensei, tolong jangan buat aku kecewa." sang Guru terlihat keheranan.

◍Video 6. Aizawa Sensei◍

Ah, maaf, Sensei. Aku merekam ini di toilet. Shinsou sedang tidur di ranjangku dan sepertinya aku enggak bisa merekam lagi kalau sampai dia kebangun.

Sebenarnya nama sensei enggak ada di dalam list-ku, tapi ada urgensi baru untuk membuatkanmu sebuah rekaman--setelah Sensei memanggilku ke ruanganmu. Iya, tentang foto itu.

Kalau kemarin aku bertanya-tanya siapa yang memberimu foto itu, sekarang aku sudah tahu. Lagipula, harusnya aku enggak terlalu jauh menerka-nerka, seseorang yang bisa ada di asrama dan pasti langsung menghubungimu saat ia gelisah, siapa lagi kalau bukan Shinsou? Aku marah? Enggak, Sensei. Aku bersyukur itu Shinsou. Daripada menjadikannya semacam black mail untukku, dia justru membantuku dengan mengirimkan foto itu padamu.

Shinsou ... adalah teman yang baik. Anak yang baik. Sebuah bentuk keadilan menurutku karena Shinsou mendapatkanmu sebagai seorang ayah.

Omong-omong keadilan, apa Sensei masih bingung dengan apa yang bakal Sensei lakukan buatku setelah melihat foto itu? Aku sudah menemukan jawabannya, Sensei. Hukuman paling adil untuk orang itu dariku, sekaligus membebaskan diriku dari berbagai tekanan.

Kematianku.

There, there, Sensei. Jangan mengira aku egois dengan pilihanku. Aku sudah pernah memikirkan ini jauh sebelum foto itu sampai di depan matamu--karena itu bukan yang pertama. Aku sudah cukup bersabar untuk enggak menyerah, sebelum malam itu terjadi.

Sensei, kalau Sensei melihat video ini, berarti aku sudah--ehm, pergi. Dan karena aku sudah pergi, aku akan membantumu untuk menemukan biang keladinya. Yang perlu Sensei lakukan hanya mengikuti apa yang aku arahkan. Cuma buat kali ini, Sensei, tolong jangan bertindak di luar permintaanku.

Pertama, aku ingin Sensei melibatkan ayahku. Bagaimanapun juga, Pak Tua Masaru punya hak untuk tahu siapa orang ini--sorry, Dad, kalau Dad nonton ini juga, aku yakin Dad enggak mau cari tahu siapa orangnya dan milih buat merelakan semuanya--lalu aku akan beritahu dua nama yang akan membantumu atau bahkan memberitahumu secara langsung siapa orang yang ada di foto itu denganku.

Sensei bisa meminta mereka mendatangimu atau Sensei yang menghampiri mereka, aku tidak peduli. Yang harus Sensei ingat hanya satu hal, Sensei dengarkan kisah dari orang pertama lalu dari orang ke dua. Jangan terbalik, meskipun tidak penting, aku tahu Sensei--dan Dad juga--suka hal yang runut.

Kedua orang ini ada di Yuuei--kecuali hari libur, tentu. Kalau sensei menebaknya sebagai siswa, Sensei benar.

Orang ke satu yang harus Sensei panggil atau datangi tinggal di blok asrama A, lorong B, nomor 4B. Kaminari Denki. Tanyakan dengan pelan-pelan, kalau terdesak, Kaminari akan lebih memilih berbohong. Lakukan apapun dengan perlahan, karena Kaminari punya bukti dari ... sumber masalahku yang pertama. Menjual namaku atau memperlihatkan video ini pada Kaminari bisa Sensei lakukan kalau terdesak.

Orang ke dua, aku mohon jangan terkejut, tinggal di sebelah kamarku. Aku yakin Sensei sangat mengenalnya. Siapa lagi kalau bukan Shinsou Hitoshi, putramu. Apa Sensei sudah mulai melogikakannya? Iya, apapun yang Shinsou katakan saat mengirim foto itu padamu, Shinsou sebenarnya melihat siapa yang sedang bersamaku malam itu. Shinsou tahu siapa orangnya.

Dia bilang enggak mengambil foto secara utuh, tapi aku berani sumpah Shinsou adalah saksi mata yang valid. Oh, dia sengaja menendang sebuah tempat sampah untuk membantuku waktu itu. Katakan padanya aku berterima kasih.

Peraturan kedua harus dijalankan setelah Sensei mengetahui siapa orangnya. Tolong datang ke rumahnya di hari libur. Tolong datang di jam setengah sembilan malam. Jangan memberitahunya kalau Sensei bakal datang, jangan juga memberitahu siapa-siapa sebelum Sensei melihat apapun yang ada di sana lebih dulu.

Setelahnya, Sensei bebas memutuskan hukuman apapun yang menurut Sensei--dan Dad--paling adil untuknya. Hukuman yang bakal menyempurnakan penderitaan dariku untuknya sebentar lagi.

Aku harap bisa mengandalkanmu, Sensei.

Tolong jangan buat aku kecewa.

[⏹]

─────────────────────
Hey, hayok tamatin ᕕ( ՞ ᗜ ՞ )ᕗ
Enggak heh, mari pelan-pelan.

Bebek.

[Todoroki Shouto | Bakugou Katsuki] Suffocating Book II: EcccedentesiastWhere stories live. Discover now