Chapter 7. Hello Again

319 81 4
                                    

「ᴇᴄᴄᴇᴅᴇɴᴛᴇsɪᴀsᴛ」

(n) 𝚂𝚘𝚖𝚎𝚘𝚗𝚎 𝚠𝚑𝚘 𝚏𝚊𝚔𝚎𝚜 𝚊 𝚜𝚖𝚒𝚕𝚎, 𝚠𝚑𝚎𝚗 𝚊𝚕𝚕 𝚝𝚑𝚎𝚢 𝚠𝚊𝚗𝚝 𝚝𝚘 𝚍𝚘 𝚒𝚜 𝚌𝚛𝚢, 𝚍𝚒𝚜𝚊𝚙𝚙𝚎𝚊𝚛, 𝚊𝚗𝚍/𝚘𝚛 𝚍𝚒𝚎.

─────────────────────

[▶️]

"Hello again, Todoroki. Oh, apa gue mati lebih cepet daripada lo?" Bakugou tertawa, "Sorry, then. Emang gitu rencananya."

Todoroki tercengang, suara tawa yang hilang dari telinganya hampir sebulan ini kembali ia dengar dengan jelas. Mendadak hatinya seperti disayat pisau, Todoroki mati-matian untuk tidak menangis. Ia kembali menontoni Bakugou yang merekam diri di atas kasurnya, berbalut selimut dengan bibir yang sedikit pucat.

"So, pas lo liat rekaman ini, artinya gue enggak berhasil keluar dari lingkaran setan gue. Mungkin gue udah ada di dalem kubur--even maybe the ground is still wet--dan gue udah ngebayangin gimana blank-nya muka lo sekarang."

Why Bakugou? Todoroki menggeleng tidak percaya, ia ingin bertanya padanya mengapa pemuda itu melakukan semua ini--bunuh diri, meninggalkan sebuah kotak, meninggalkan video. Ia tidak berkedip sepanjang tawa renyah Bakugou yang kedengaran kering.

"Dengerin gue, Todoroki. Shit, ini rekaman ke-lima gue hari ini--thought I don't know why I record this for you--"

Todoroki mengangguk-angguk, "Yeah, Bakugou, why me?"

"--mungkin karena gue enggak mau Deku yang nemuin ini? Soalnya dia bakal heboh sendiri--ya know, Deku susah berpikir tenang. Atau mungkin lo satu-satunya yang bakal iseng ngecek belakang sampul buku catetan gue dan nemuin kuncinya ... enggak tahu lah, gue enggak paham. But I need your hel--uhuk--"

[⏸️]

Apa lo lagi sakit? Todoroki menekan tombol pause, mencari tahu kapan video itu dibuat dari bagian detailed info. Satu bulan lebih enam hari yang lalu. Itu satu minggu sebelum Bakugou meninggal. Tepat di hari Selasa, pagi hari setelah Bakugou tidak kembali dari mencari camilan di malam itu. Todoroki menggigit bibirnya, kembali menekan tombol putar.

[▶️]

"--fuck, gue masih sedikit pusing hari ini, tenggorokan gue kering bang--" Bakugou terlihat mengambil air di atas kabinet ranjangnya dan meneguk isinya sekali, "Yes, I need your help." ia menaruh gelasnya kembali.

"Gue pengen lo kasih setiap video yang gue buat ke semua orang yang udah gue targetin." Bakugou mengangkat ponselnya, "Gue udah nge-list nama-nama mereka, enggak banyak, enggak sampai sepuluh. Gue pengen mereka tahu, kenapa gue milih buat pergi--" pemuda blonde itu lalu menatap kamera dengan intens.

"--karena mereka semua jadi salah satu alasan gue buat pergi. Termasuk lo, Todoroki, mungkin lo jadi salah satu orangnya. So endure it, until you found your video--"

Todoroki merasa jantungnya berhenti berdegup.

"--atau mungkin lo enggak ada di salah satunya dan gue cuma pengen lo jadi semacam kurir?" ia kembali mendengar Bakugou tertawa, "Gue enggak bakal ngasih tahu lo di video ini sekarang, lo harus cari tahu sendiri. Jadi, gue punya peraturan sebelum lo milih buat berhenti nonton video ini dan hapus semua file di dalem online drive gue.

Pertama, lo tonton semua videonya--kalau lo pengen tahu--terus lo kasih setiap video yang lo tonton ke orang yang gue maksud. Atau, ke dua, lo boleh berhenti nonton sampai sini, hapus semua video yang udah gue buat karena gue enggak mau ada orang yang tahu tentang semua ini selain lo sama orang-orang yang udah gue siapin videonya buat mereka. Simpel, 'kan? tapi gue yakin lo enggak bakal ambil pilihan ke dua." pemuda dalam video itu terkekeh.

You really know me so well, Bakugou.

Bakugou kembali terlihat memijit keningnya, "Bilang sama gue, Todoroki. You do wanna know everything about my problems, right?"

Todoroki menganggukan kepalanya cepat, "Yes, Bakugou, of course," ia memegang pinggiran layar laptopnya.

"Tapi sebenernya enggak ada masalah apapun, Todoroki." Bakugou tersenyum sambil mengusap air matanya yang mulai luruh dalam video itu, "Because I'm the problem itself."

Todoroki menggelengkan kepalanya, "No, Bakugou, jangan nangis,"

"Fuck it, Todoro--" Bakugou diam sebentar untuk mengelap kembali pipinya yang basah, "--let's talk about another rules, can we?" Bakugou mengangkat kotak hitam yang sama seperti yang sekarang ada di atas meja Todoroki.

"Gue punya beberapa barang di sini--see," Bakugou memperlihatkan isinya, "setiap barang ini punya pemilik. Tugas lo, lo kasih setiap barang ini barengan sama setiap videonya. Satu orang, satu video, satu barang--singkatnya kayak gitu. Inget, Todoroki: Satu orang, satu video, satu barang. Gue enggak sematin nama di barang-barangnya, jadi lo mesti nonton--meskipun diskip-skip--setiap video buat nyari tahu barang yang mana buat siapa. Don't messed it up, oke?"

Todoroki menyentuh sebuah boneka beruang putih yang terbungkus plastik dan diikat dengan pita, bertanya-tanya untuk siapa yang satu itu.

"Uh, lo harus tahu gue deg-degan banget sekarang. Tapi semakin gue pikirin, ini jadi solusi yang paling bener menurut gue."

Todoroki memperhatikan kembali layar laptopnya, melihat Bakugou yang menggigiti bibir sambil memperhatikan sesuatu di belakang kamera yang entah apa.

"Sooo, why don't we go to the first video? Cek alamat URL lain. Download isinya, terus di video pertama lo bakal nemu nama teman terbaik kita, Midoriya Izuku. Deku."

Todoroki terbatuk-batuk.[]

[⏹️]

────────────────────

Hey.
Mulai dari sini kamu bakal baca tentang videonya Bakugou, tentang siapa aja yang bikin Bakugou ngerasa oppressed/suffocated selama ini :)

Chapter selanjutnya mungkin nanti malam atau besok! Thanks udah mampir anywaay.

Bebek<3

[Todoroki Shouto | Bakugou Katsuki] Suffocating Book II: EcccedentesiastDove le storie prendono vita. Scoprilo ora