08. Kantin

119 94 28
                                    

"Ding Dong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ding Dong."

"Perhatian untuk seluruh anggota sekolah, jam telah menunjukkan jam istirahat."

Seisi kelas langsung berhambur tak beraturan, sedangkan sebagian dari mereka mendekat ke arah tempat duduk Matahari dan Bulan. Keduanya yang sedang merapihkan buku otomatis terdiam dengan sedikit keringat dingin.

"Hai! Nama kamu Bulan kan? Sumpah kamu cantik banget!!!" ujar siswi berbehel tersebut menopang dagunya di meja Bulan.

"Lo oplas ga sih? Kok bisa muka lo lebih glowing daripada gue?" ucap siswi yang lain sambil menoel pelan pipi kanan Bulan.

Beberapa siswa dan siswi dari arah luar juga ikut masuk karena penasaran dengan banyaknya orang yang berkumpul di meja bagian belakang.

Kembar yang baru selesai memasukkan buku ke dalam tasnya tersebut langsung terdiam tak berkata-kata. Bingung apa yang harus mereka lakukan ketika banyak kerumunan di sampingnya.

"PARAH ANJIR! UDAH ADA LAGI BIDADARI DI SEKOLAH KITA!"

"Cantiknya anjir ...." Heboh beberapa kaum adam dengan tingkah aneh, ada yang seketika merapihkan dasi, berlari kesana-kemari dan tertawa. Namun, semua itu terhenti ketika 2 orang murid masuk ke dalam kelas mereka. Murid yang lain otomatis menepi ke sisi dan menutup mulut ketika sepasang kekasih tersebut berjalan ke arah Bulan dan Matahari bersamaan.

"Hei, kalian anak baru ya? Kenalin, gue Ara. Mereka semua emang lebay, jangan didengerin ya," ucap siswi berkepang tersebut menepuk pundak Bulan pelan, kemudian membalikkan badan dan berkata dengan lantang, "PERGI!!! KALIAN NGEHALANGIN TAU GAK?!

Terdiam.

Mereka terdiam sejenak.

Lantas langsung pergi dengan tak ikhlas.

"Yuk pergi yuk, ratu sekolah udah bersabda."

"Dah yuk kantin."

"Gas kantin, ratu ngamuk."

"Dahlah, woy bubar woy!"

Kumpulan siswa dan siswi tersebut langsung keluar dari kelas dengan wajah masam, kesal setelah diusir oleh "Ratu" sekolah.

Sepasang kekasih tersebut memang kerap disapa Ratu dan Raja sekolah, karena mereka termasuk kalangan menengah ke atas dan memiliki wajah yang sama rupawannya. Ditambah dengan fakta bahwa Ara adalah anak dari kepala sekolah, makin menjadi-jadi saja sifat sombongnya.

Setelah semua murid keluar, Matahari dan Bulan dapat bernafas dengan lega. Bagaimana tidak, kerumunan barusan benar-benar menciptakan hawa panas. Efek kecantikan Bulan memang tak ada duanya.

"M-makasih ya, Ara," ucap Bulan agak gugup.

"Iya, sama-sama. Nama kamu Bulan kan?" tanya Ara yang seketika dipotong oleh lelaki di belakangnya, "Gue Gabi. Panjangnya Gabriel Kavi. Panggil terserah lu dah, panggil sayang juga sabi." Lelaki tersebut mederetkan gigi-giginya. "Matamu! Selingkuh terus!" sewot Ara seraya menoyor kepala Gabi kencang.

"Aduh-aduh! Iya maaf!" keluh Gabi memegangi kepalanya yang memerah.

Orang-orang yang melihat kejadian tersebut langsung tertawa, mulai dari yang masih di dalam kelas dan luar kelas. Ara yang menyadari hal itu makin kesal dengan wajah merah.

"Eh, iya aku Bulan," ucap Bulan mencoba mengalihkan keadaan. Ara yang sempat kesal mulai berhasil menetralkan kembali emosinya dan duduk di depan kursi Bulan.

"Terus samping kamu siapa?" tanya Ara menunjuk ke arah Matahari.

Matahari yang sedari tadi tak dipedulikan akhirnya memiliki kesempatan bicara, "Aku Matahari," ucapnya tersenyum.

"Oh ... pantas saja kau sedari tadi tak dipedulikan, Matahari. Fisik kalian berbanding terbalik, ck. Lihatlah, wajahmu saja tak secantik Bulan, matanya sangat indah, sedangkan matamu?. Dan masih banyak lagi perbedaanmu dengannya, hihi." Ara menderling dan menaikkan sudut bibirnya.

Matahari yang mendengarkan hal itu terang-terangan otomatis terdiam, menahan sakit hati yang sesaknya mulai menjalar ke seluruh tubuh. Ia sadar fisiknya memang tak sesempurna Bulan, namun berhakkah wanita dihadapannya ini mengatakan demikian?

"Berhenti katakan itu." Bulan menatap tajam ke Ara seraya menggenggam tangan Matahari erat, mencoba menguatkan kakaknya yang nampak jelas sedang menahan air mata jatuh dari kelopak matanya.

"Maafkan si Ratu ini, dia memang suka berlebihan. Kalian ingin ke kantin kan? Yuk sama-sama," ucap Gabi menengahi ketiganya.

Ara hanya tersenyum, lantas berdiri dan berjalan duluan menuju keluar kelas diikuti oleh Gabi, sedangkan Matahari masih terduduk lesu di kursinya dengan wajah ditutupi oleh tangan.

"Kak, ayo ke kantin," ucap Bulan menepuk-nepuk bahu Matahari pelan, menyadari bahwa kakaknya sedang tak baik-baik saja.

Matahari mengangguk pelan, lantas berdiri diikuti oleh Bulan. Bagaimanapun juga sekarang perutnya sedang kelaparan, tidak mungkin ia memaksa diri untuk berdiam di dalam kelas hanya karena kata-kata barusan.

Mereka pun keluar dari kelas dan menuruni tangga, meskipun diikuti banyak kaum adam di belakangnya, Bulan tetap bersikap acuh dan terus menggenggam tangan kakaknya erat.

Letak kantin mereka tak begitu jauh, tepatnya ada di belakang kelas X (10). Cukup melangkahkan kaki 17 meter menuju kantin tersusun tersebut. Disebut tersusun karena memang susunannya yang amat simetris, tiap bangunannya berukuran sama, yaitu 5x10m². Bangunannya pun tidak monoton, terdapat pigura berisi kata-kata dan beberapa hiasan di dinding putihnya.

Walaupun begitu, hal itu tidak kunjung membuat mood sepasang kembar tersebut membaik. Bagaimana tidak, dari kelas sampai ke kantin mereka selalu diikuti oleh kaum adam maupun kaum hawa.

Merekapun memutuskan untuk membeli bakso di kantin paling ujung, tempat yang paling sepi pembeli. Namun naas, hal itu percuma karena banyak dari "fans Bulan" mengikuti si kembar kemanapun mereka pergi.

"Kak, gimana nih?" tanya Bulan duduk di bangku kantin nomor 02, di belakangnya kini berderet banyak orang padahal tadinya sepi.

"Kakak juga gatau ...."

"BRAK!"

"WOI! Lo ngapain duduk disini seenak jidat?!"

"WOI! Lo ngapain duduk disini seenak jidat?!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

©AksaraTemu
: Hai ... 🥺 Maaf baru update, Aksa sibuk banget belakangan hiks. Semoga kalian puas dengan part ini ya, terima kasih buat orang-orang yang selalu menguatkan aku dalam kejadian kemarin. Terima kasih semuanya, reader setia dan yang selalu mampir🥺🤍.

Jangan lupa tinggalkan jejak dengan menekan ⭐ dan comment 💬ya ! Terima kasih.

salam hangat, Aksa.

TRIANGLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang