" Iya, benar sekali. Aku hanya ingin bertanya apa sebenarnya yang terjadi dengan Ayumi? Kenapa kau perlakukan anakmu seolah dia itu hanyalah sampah dimatamu? Dia itu kan anak mu Emu... "
" Dia itu bukan anak yang ku inginkan! " Emu memotong pembicaraan Hiro.
" Lagi pula memang apa urusannya denganmu? Apa kau kembali kesini hanya untuk mencampuri urusan rumah tangga ku saja? " Kata Emu kesal.
" Aku tidak mencampuri urusanmu, Emu! Tapi aku tersinggung kau tidak menungguku. Melainkan menikah dengan orang lain. Kau sudah menghancurkan... "
" AKU TERPAKSA!! " Pekik Emu memutus pembicaraan Hiro.
" Aku terpaksa. Dalam hatiku sudah tidak suka. Tidak berniat menikahi lelaki itu. Aku tidak suka!! AKU TERPAKSA... KAU DENGAR TIDAK!! " Kata Emu setengah menjerit. Ia kesal, marah dan juga benci jika diingatkan akan hal pernikahan yang sangat dibencinya itu.
" Tapi walau terpaksa. Ayumi itu telah lahir dan dia adalah anakmu Emu. Kau tidak pantas memperlakukannya seperti itu juga! " Kata Hiro tegas.
" Kau tau apa? Namanya juga anak terpaksa jadi seperti itu lah akhirnya! " Kata Emu sinis dan berlalu pergi meninggalkan Hiro yang hanya diam, tak lagi mampu menyangkal perkataan Emu. Yang dia rasakan saat mendengar ucapan itu, Emu sang mantan kekasihnya itu sangat terluka.
Emu yang baru saja tiba dirumah sejenak mengatur nafas. Menahan sesak hatinya dengan percakapannya dengan Hiro tadi. Perasaan sedih, marah campur aduk dalam dirinya. Ia mengeluarkan bahan-bahan yang dibelinya tadi dan mulai memasak. Saat itu Ayumi keluar dari kamarnya karena merasakan perih di perutnya karena sejak pagi belum diisi satu makanan pun. Namun melihat ibunya berada di dapur ia malah membalikkan langkah menuju pintu keluar. Ia tidak akan sanggup berhadapan dengan sang ibu. Karena dia tau Emu tidak akan pernah suka melihat kehadirannya.
Akhirnya Ayumi malah berlari keluar dan tempat yang dituju sudah pasti sebuah kuil tua, tempat dia mengadukan keluh kesahnya disana. Ayumi menangis dengan kedinginan dan kelaparan dan tak tau berapa lama. Saat dia tiba kembali dirumah ibunya sudah masuk kedalam kamarnya. Ia mencoba membuka meja makan dan melihat masih ada sedikit nasi diresquker. Dengan tangan gemetar ia mengambil nasi dan menyingkap tudung saji dimeja makan. Melihat lauk pauk yang dimasak Emu disana. Gadis kecil itu makan sambil mennangis. Ia tau walau sang ibu tidak menyukainya tapi ia tidak pernah membiarkan dirinya kelaparan.
Emu baru saja akan turun kedapur saat dilihatnya Ayumi sedang makan dimeja makan sambil menangis. Rasa bersalah memenuhi hatinya hingga membuatnya berbalik menuju kamarnya kembali. Diambilnya ponsel dan segera dihubungi ya nomor yang telah sangat dikenalnya. Nomor suaminya.
Tetsuya yang saat itu sedang membaca majalah segera mengangkat telpon yang ternyata adalah dari istri mudanya.
" Moshi moshi... Tumben malam-malam menelpon. Apa ada hal penting? Sebab tidak biasanya begini! "
" Aku ingin bertemu denganmu. "
Tetsuya tersenyum. " Oh, begitu. Kau sudah mulai percaya denganku rupanya! "
" Sudahlah jangan banyak bicara. Sebaiknya kau datang saja besok! " Kata Emu ketus dan lansung mematikan telponnya sepihak.
" Hallo... Hallo! " Tetsuya kesal melihat telponnya dimatikan sepihak oleh Emu. Dan Saiko yang mendengar percakapan itu dari balik pintu kamar hanya tersenyum senang.
" Rasakan itu tuan Iwanaga. Selamanya kau tidak akan pernah mendapatkan hati Emu! " Pikirnya sinis.
•••••©•••••
# Fragile #
YOU ARE READING
Fragile (End)
Fanfictioncover by@DPrakasanti summary Walau siapapun aku dan siapapun orang yang telah melahirkan aku, aku akan tetap menyayanginya. aku tau dia rapuh. aku tau dia terluka dan tertekan. Tapi dia adalah ibuku. ibu yang berbeda dari ibu-ibu lainnya didunia ini...
chapter 3
Start from the beginning
