" Aku tak percaya bahwa aku masih hidup. Ku pikir aku sudah selesai tapi ternyata masih panjang juga. Bahkan aku tidak lagi yakin kegagalan ini tidak akan terjadi lagi untuk selanjutnya.! " Emu akhirnya tersenyum miris menatap perban yang membalut pergelangan tangan kanannya.

" Apa maksudmu Emu? Kau sengaja ingin menghilangkan nyawamu sendiri? Sudah berapa kali kau melakukan itu heh? Kau ini... Benar-benar tidak sayang nyawa rupanya. " Kata Hiro kesal.

" Sayang nyawa? " Emu tiba-tiba tertawa.

" Nyawaku... Apa ada harganya nyawaku ini Hiro-san? Kau... Sudah meninggalkan ku, ibuku sudah menjual ku dan tubuh ini sudah begitu menjijikan untuk kumiliki lagi. Katakan? Apa nyawa masih berharga kalau sudah seperti itu? "

Hiro terdiam. Kata-kata yang diucapkan Emu dengan nada emosi itu memang tidak bisa dibantah. Ia tau penyebab kenekatan Emu itu dia juga ikut andil didalamnya. Dan ibunya Emu, wanita yang selama ini dikenalnya memiliki sifat welas asih itu ternyata lebih parah lagi. Namun Hiro jadi penasaran juga kenapa ibunya sampai tega menjual Emu kepada Tuan Tetsuya? Apa hanya karena Tuan Tetsuya memang hanya menginginkan keturunan atau karena hal lain?

Hiro tidak mengerti dan dia juga tidak mendapat jawaban atas ketidak mengertian nya itu. Bahkan sampai Emu keluar dari rumah sakit ini karena dinyatakan sembuh.  Bukan sembuh sepenuhnya sih tapi Emu yang memaksa untuk keluar dari rumah sakit dengan alasan bosan dengan makanan  dirumah sakit itu. Tapi alasan sebenarnya adalah dia tidak ingin Tetsuya tahu kalau dia melakukan percobaan  bunuh diri lagi lalu gagal. Lelaki itu pasti tidak akan segan-segan menyeretnya untuk keluar dari rumah ibunya, yang artinya zona ternyamannya akan semakin terganggu benar hal itu terjadi.

" Yumi.. Kenapa dari tadi Jisan lihat Yumi  diam saja! Apa terjadi sesuatu lagi sama Oka-chan? " Hiro yang baru akan berangkat kerja heran melihat gadis kecil itu termenung sendirian dihalaman kuil kecil itu. Ia berisiatif menyapanya dan terjadilah percakapan diantara mereka pagi itu.

" Tidak teljadi apapun pada Oka-chan lagi Ji-chan. Yumi cuma bingung caja... " Katanya dengan suara khas cadelnya itu.

" Bingung... Kenapa? "

Ayumi baru akan membuka mulutnya saat dilihatnya Enu dari kejauhan. Ibunya itu pasti sedang mencarinya lagi. Karenanya, begitu mata mereka saling bersirobok pandang Ayumi buru-buru pergi dari sana tepat saat Emu mencapai tempat itu. Dan Hiro yang bersamanya menjadi heran melihat tingkah gadis kecil itu yang kelihatan selalu ketakutan saat melihat ibunya.

Apa memang begitu keadaannya setiap harinya saat ada ibunya?

Pertanyaan itu tak sempat terjawab karena Emu sudah berdiri didepan pemuda itu.

" Apa kau tidak punya pekerjaan  lain selain mengajak ngobrol bocah kecil sebelum berangkat kerja? " Kata Emu ketus.

" Aku melihat ada yang dipikirkan oleh Ayumi. Apa setiap hari Ayumi selalu begitu bila melihat dirimu? Dan kau, dia itu kan darah dagingmu. Kenapa kau tidak pernah memperlakukannya dengan baik? Aku kuatir kau akan sangat  menyesal bila sampai kehilangannya nanti! " Kata Hiro mencoba mengingatkan  Emu.

" Apa peduli mu tentang hal itu? Dia itu memang anakku. Dan aku tidak suka jika dia berada diluar saat aku sedang tidak dirumah. Dan kau? Kenapa kau selalu ikut campur dengan urusan ku? Urus saja Asunamu itu. Bukankah dia itu tunanganmu sekarang! " Kata Emu sinis kemudian beranjak pergi dari situ.

" Hei.. Emu tunggu dulu! Kau ini bicara apa? Apa yang salah dengan perkataan ku? " Perkataannya membuat Emu menghentikan langkahnya.

" Apa yang salah? Tentu saja kau selalu membicarakan Ayumi! "Katanya membalikan badan menatap tajam Hiro.

Fragile (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang