Part 40 - Aturan dari Papa

Start from the beginning
                                    

Keheningan didengar Anna dari sebrang sana. Sepertinya Anna berhasil dengan kartu ASnya, yaitu membawa masa lalu Papa dan Mamanya.

"Papa udah yakin pasti kamu akan membawa masalah ini."

"Hehehe, Paaa."

"Papa takut, Nak. Kamu jauh di Jakarta sana. Dan guru alias pacar kamu itu tinggal tepat di depan kamar kamu. Salahkah kalau seorang Papa khawatir kepada anaknya? Bagaimana pun, sebaik apa pun, Harry adalah pria dewasa. Di sana kamu tidak ada pengawasan, Papa tidak bisa menitipkan kamu ke siapa pun selain ke Harry. Tapi sekarang Papa malah takut untuk menitipkan kamu ke dia. Kamu anak Papa satu-satunya. Perempuan lagi. Papa takut kamu tidak bisa menjaga diri..." Papanya terdengar kecewa.

"Pa.. Papa bisa memegang kata-kata Anna. Kita gak akan ngapa-ngapain yang merugikan kita, orang lain, apa lagi keluarga. Anna bisa jaga diri kok. Selama ini kan Anna udah diajarkan mandiri sama Mama dan Papa. Gak usah khawatir yaaa."

"Papa akan lebih yakin kalau lihat sendiri. Sehabis UN Papa akan pulang lalu menengok kamu sebentar."

"Eh—"

Anna teringat, bahwa sehabis UN adalah jadwal Anna dan Pak Harry untuk liburan ke Kupang. Tapi tidak mungkin Anna memberi tahu ke Papanya. Anna takut Papanya akan berpikiran yang macam-macam. Padahal Anna bisa menjaga diri dan bersumpah tidak melakukan hal yang aneh-aneh.

"Kenapa?" tanya Papa Anna penuh selidik.

"Kerjaan Papa gimana? Bukannya kemarin Mama cerita kalau Papa lagi hectic banget, ya?"

"Anna, Papa lebih mementingkan anak Papa sendiri dari pada pekerjaan."

Jadinya mungkin rencana liburan Anna dan Pak Harry setelah UN selesai agak sedikit runyam. Sepertinya harus diundur sampai Papanya kembali ke Iran jika tetap mau liburan. Anna sebenarnya yakin Pak Harry tidak apa-apa dengan kedatangan Papanya yang dibilang mendadak ini,

"Huff yaudah deh Pa. Tapi, Papa setuju kan?"

"Setuju apa?"

Anna mendengus. "Ih Pa, hubungan aku sama Pak Harry?"

Terdengar Papanya terkekeh dari sebrang sana. "Anna, sebenarnya jika Papa diberi pilihan, maka tentu Papa akan memilih tidak. Tapi seperti yang kamu bilang dan Harry ceritakan ke Papa, semenjak hubungan kalian itu nilai kamu di kelas jadi semakin meningkat. Awalnya Papa ragu apakah Harry memainkan nilai. Namun setelah Papa bertanya ke guru lain, nilai kamu juga ikut meningkat. Tidak hanya pada pelajaran Kimia aja. Papa mulai agak lega."

"Jadiiiiii?"

"Papa pengin tahu, apa yang kamu suka dari Harry? Kenapa dia, guru kamu, yang jarak umurnya sangat jauh dengan kamu? Mengapa tidak anak seumuran kamu seperti Dipo—"

"DIPO ITU PACARNYA DESI PA."

Papa Anna tergelak. "Oooh, mereka pacaran juga?"

Anna memutar bola mata. "Lah iya. Aku kira Papa udah tahu."

"Jadi, apa An?"

Anna terdiam dan berpikir sejenak sebelum mengucapkan sesuatu. "Pa, Pak Harry adalah pria yang baik dan bertanggung jawab. Dia bisa membuat aku ketawa, terharu, dan senang. Tidak pernah sekali pun dia membuat aku menangis atau mulai bermain fisik. Dia orang yang penyayang, sabar, pintar. Pokoknya semua sifat yang baik-baik ada di dia deh! Kekurangannya cuma satu sih."

"Apa itu?"

"Ketuaan. Hehehe."

Papa Anna terdengar terkekeh kecil. 

"Jadi, Pa?"

Selesai Papa Anna tertawa, Papa Anna kembali serius. "Anna, kamu tahu kan jarak umur kalian itu besar?"

"Yaa."

"Dan kamu tahu, kalian tidak akan menua bersama. Dia akan tua terlebih dahulu, lalu kamu akan mengikuti. Kamu siap?"

"Siap Pa!" seru Anna tanpa pikir panjang.

Papa Anna akhirnya hanya bisa menghembuskan nafas pelan. "Baiklah, kalau itu mau kamu Nak."

Anna terperanjat. "BENER NIH PA DIRESTUIN?"

"Jangan buru-buru ambil kesimpulan. Papa belum bisa berkata banyak sebelum Papa bertemu dengan Pak Harry nanti. Jadi untuk sekarang, Papa belum bisa memberi jawaban apakah Papa setuju atau tidak. Masih harus dirundingkan dengan Mama. Kamu tahu sendiri lah, Mama itu sifatnya agak alot. Biarkan Papa jelasin dulu ke Mama."

"OKE OKE." Anna kembali bersemangat.

"Tapi ingat Nak. Setiap malam Papa akan menelpon kamu untuk memastikan kalian berada di kamar masing-masing. Kalau bisa, Papa suruh Pak Suswanto untuk ngecek kalian.  Papa akan terus menelpon kamu sampai Papa yakin kalian aman. Jika kamu gak angkat, atau Harry tidak angkat, Papa berhak marah. Lalu kalian tidak boleh sering berdua doang pada ruangan tertutup. Jangan terlalu sering pergi berdua, jangan terlalu sering di apartemen berdua. Papa berusaha untuk percaya dengan kamu Nak."

Mata Anna berbinar. Artinya, tinggal selangkah sebelum hubungannya dan Pak Harry disetujui Papa dan Mamanya. Anna sangat senang karena tadinya Anna takut Papanya tidak akan setuju. Tinggal dia harus mencari cara bagaimana cara meluluhkan hati Mamanya.

"MAKASIH PAAAA."

Malam itu, Anna tertidur dengan bahagia.

***

Anna & HarryWhere stories live. Discover now