Old Story.

240 32 0
                                    

Seperti biasanya, rutinitas Sendra adalah mengisi waktu dengan meeting, kunjungan kerja dan seminar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Seperti biasanya, rutinitas Sendra adalah mengisi waktu dengan meeting, kunjungan kerja dan seminar. Tidak ada yang lain. Ia memilih menyibukkan diri dibandingkan bersantai. Status pernikahannya bukan berarti ia mengubah rutinitasnya selama ini. Ia tetap merasakan kesepian dan kesendiriannya. Kesibukannya cukup membantu dalam mencari alasan jika ada yang menanyakan mengapa dirinya tak bersama Sella.

Baru saja ia menyelesaikan meeting di siang hari, ia langsung memesan makanan dan akan ia makan di ruang kerjanya. Ia duduk sambil bersender di kursi kebesarannya. Rasanya cukup melelahkan, padahal ini belum malam hari. Saat memejamkan mata, tiba-tiba ia teringat dengan Anna. Banyak pertanyaan dalam kepala Sendra tentang kondisi Anna saat ini. Apakah gadis itu sudah pulih? Apakah dia sudah pulang? Bagaimana pekerjaannya? Sendra membuka matanya dan mengaktifkan ponselnya. Ia membuka kontak dan mencari nama Anna. Nama yang bertahan dalam hatinya. Bukan Sella, melainkan Anna, cinta pertamanya. Ia ingin mengirimi pesan, tapi gengsinya berada di pilihan teratas. Ia menahan diri. Kemudian, ia memanggil seseorang dalam kontaknya. Bukan Anna, tapi orang lain.

Sendra masih bersandar pada kursi. Ia tempelkan layar ponsel pada telinganya. Wajahnya nampak serius seperti biasanya.

"Siang. Ada yang bisa kami bantu, Pak Sendra?"

"Tolong carikan lowongan kerja di Tree House Furniture atau kalau tidak ada, cari di anak perusahaan yang lain. Nanti hubungi saya jika sudah ketemu."

"Baik, Pak. Tapi, maaf sebelumnya. Apa bapak akan membawa seseorang?"

"Iya. Nanti akan saya kirim kalau sudah selesai."

"Baik, Pak. Segera."

"Terima kasih."

Pip.

Sendra meletakkan ponselnya. Tak lama kemudian, pesanannya sampai.

"Terima kasih," ujar Sendra kepada sekretarisnya.

"Apa ada yang masih kurang, Pak?" tanya sekretarisnya.

Sendra mengangguk. "Sudah, kok."

Setelah mengatakan itu, ia pun mengambil sendok dan melahap makanannya. Dan lagi, ia kembali teringat dengan Anna. Mengunyah makanan, membayangkan. Mengunyah lagi, terbayang lagi. Setiap suap makanan menemaninya memikirkan gadis itu.

******

Setelah kondisinya dirasa membaik, Anna langsung kembali menjalani aktivitas yaitu menjaga toko furniture, menangani beberapa pesanan custom dan promosi. Anna memang terlihat menikmatinya. Bagaimanapun juga, jika ia mengeluh tak ada gunanya. Bekerja menghasilkan uang untuknya. Tentu saja, ia sangat menikmati ini. Baru saja customer favorit toko ini masuk ke toko dan Anna langsung menyapanya serta melayaninya dengan maksimal. Setelah urusan selesai, Anna memeriksa beberapa keterangan secara detail.

"Pas," gumamnya pelan. Ia menutup buku pesanan dan melangkah masuk menuju ruangannya. Di sini ia menjabat sebagai manager dan merangkap beberapa pekerjaan lainnya yang belum bisa ditangani orang lain. Pemilik toko furniture ini mempercayakan semuanya kepada Anna. Bisa dibilang, Anna adalah tangan kanan mereka.

The ChoiceWhere stories live. Discover now