You Are Jerk

157 22 4
                                    

Setelah bertemu Sella dan berbicara banyak hal, hati Sendra sedikit melunak. Di tengah kesibukannya, ia masih tetap mengunjungi sang ibu meskipun hanya melihat dari jauh. James yang melihatnya juga merasa lega jika Sendra sudah melunakkan hatinya, tidak seperti terakhir kali ia membuat onar di hadapan ibunya.

Sella sudah kembali bekerja seperti biasanya. Walaupun Frederika masih di rumah sakit, tetapi masih ada Diane yang mendampinginya. Kondisi Frederika juga membaik. Sella sendiri selalu menyempatkan diri untuk ke rumah sakit saat pulang kerja.

"Kak Diane!" panggil Sella yang baru saja tiba di rumah sakit. Kebetulan Diane sedang membuang sampah di luar. Sella berlari kecil menghampiri Diane.

"Hi, Sella," balas Diane.

Sella tersenyum ramah sambil menunjukkan sesuatu, "aku beliin croffle sama minuman buat Kak Diane," ujarnya.

Diane tentu menerimanya dengan senang hati. "Eh, seriusan, nih? Ya ampun, makasih banyak, sayang. Ini aku jadi ngerepotin kamu, loh."

Sella menggeleng, "nggak sama sekali, Kak. Aku beliin biar bisa nemenin Kak Diane buat nunggu. Aku yang harusnya bilang terima kasih dan maaf ke Kak Diane karena udah mau gantiin aku selama kerja untuk nemenin mama," balasnya.

"Ini juga tugas kakak, tau. Aku kan juga anak mama," ujar Diane. "Kamu nggak mau masuk?" tanya Diane.

"Kalau Kak Diane mau masuk duluan, masuk aja, Kak. Aku nanti nyusul, ya. Masih ada urusan," ujar Sella.

"Urusan apa?" tanya Diane.

"Ambil resep obat untuk aku," jawab Sella. Diane James sudah tahu lebih dulu mengenai kondisi Sella semenjak menikah sejak kala itu. Diane mengangguk, lalu Sella pamit.

Dari arah barat, ada Sendra yang melangkah dengan atensi yang fokus ke arah ponselnya. Namun, Sella tak menyadarinya. Sedangkan dari searah dengan Sella, seorang pria berlari cepat.

"Bu Sella!" panggilnya cukup kencang sampai Sella menoleh. Ditambah saat ini ia seperti mengejar Sella sampai ngos-ngosan.

"Leo? Astaga, ada apa? Kamu sampai lari-lari begini," ujarnya.

Leo berhenti sebentar sambil berusaha mengendalikan pernafasannya agar stabil. Ia datang ke sini karena bertugas untuk membawa mobil Sella yang notabene atasannya.

"Tenang, santai aja. Tarik nafas, terus hembuskan perlahan," ujar Sella membantu Leo agar bisa lebih baik.

Leo sudah berdiri tegak. Ia kemudian memberikan sesuatu. "Dompet sama ponsel ibu ketinggalan di mobil tadi," ujarnya.

"Ya ampun, iya, ya! Untung ada kamu. Makasih banyak, Leo."

"Saya tadi ngeh waktu ada telepon masuk," ujar Leo.

"Oh, ya?" Sella mengaktifkan ponselnya.

Missed Call (3): Sendra

Ternyata Sendra yang menghubunginya sampai tiga kali. Sella jadi penasaran karena ini. Ada apa gerangan Sendra menelpon?

"Terima kasih, Leo."

"Ya, sama-sama."

"Kamu mau balik ke mobil?" tanya Sella.

"A-ah, iya, Bu."

Sella mengangguk, "ya sudah. Nanti akan saya hubungi lagi kalau saya ingin pulang. Kamu nggak apa-apa, kan, kalau saya agak lama?"

Leo mengangguk, "saya nggak apa-apa, tapi gimana dengan klien kita nanti, Bu?" tanya Leo.

"Saya akan usahakan tidak mepet sama jadwal pertemuan."

The ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang