She Knows Her

100 23 6
                                    

Sella meminta Leo untuk menemaninya ke mal karena ada banyak keperluan yang harus ia beli. Ini memang gila karena Sella seharusnya meminta Sendra karena lelaki itu suaminya. Bukannya malah meminta tolong temannya untuk menemaninya.

Biasanya, Sella akan meminta tolong sopir yang biasanya mengantarkannya pergi kemanapun bahkan menemaninya ke mal entah untuk sekadar menunggu Sella atau sekaligus membawakan barang-barangnya. Sama halnya dengan apa yang dilakukan Leo. Well, orang-orang yang mengenal mereka apalagi di kantor tentu akan berpikir jika Leo merupakan tangan kanan Sella. Karyawan baru yang sangat cepat dekat dengan Sella. Walaupun Leo juga dikenal baik oleh banyak orang, tetapi bukan berarti ia tidak memiliki musuh. Ada saja yang iri dengannya. Terbukti ketika orang-orang itu malah mencoba menghasut Sella dan mengatakan jika kinerja Leo itu buruk karena terlalu lelet menurut mereka.

Namun, Sella bukanlah orang yang mudah terpengaruh. Lagipula ia juga sudah tahu seperti apa Leo sesungguhnya. Tidak hanya Leo yang berada di kantor, tetapi juga yang ada di luar. Lelaki itu bukan orang yang jahat, nakal, ataupun semaunya. Lelaki yang tidak egois karena sejak kecil sudah terbiasa untuk hidup bersama dengan orang, saling berbagi dalam banyak hal dengan orang lain, dan mengalahkan egonya agar bisa hidup damai di panti. Ketulusan dan kegigihan Leo dalam bekerja juga sangat nampak. Leo bukanlah pemalas dan dia betul-betul baik. Sella mengakuinya.

Lambat laun, mereka saling mengenal satu sama lain dan semakin dekat sebagai teman. Sella tidak berpikiran yang aneh-aneh. Untuk apa juga berpikiran aneh-aneh, toh Leo merupakan laki-laki yang baik dan pantas untuk dihargai.

"Semuanya udah?"

Sella mengangguk. Setelah mengelilingi mal yang besar ini, mereka akhirnya memilih istirahat sebentar di sebuah kafe. Kakinya terasa pegal sekali. Sebentar lagi Sella pastikan harus pulang.

"Kamu mau apa, Leo?" tanya Sella menawarkan.

"Hah?"

"Mau apa? Biar saya beliin," jawab Sella.

"Aduh, nggak usah. Saya tadi kan beli es teh juga di atas. Jadi, saya cukup kok."

"Suka kopi?" Sella masih berusaha menawarkan. "Kalau gak suka, bisa yang lain. Saya lagi maksa," lanjutnya membuat Leo mendengus.

"Susah ngomong sama bos, ya."

"Anak buah harus nurut bos," ujar Sella bergurau. Perempuan itu terkekeh.

"Saya ngikut aja, Sel. Kopi aja, simple," jawab Leo yang diiyakan Sella. Setelahnya perempuan itu memesan kopi dan minuman dingin yang Sella inginkan.

Sedangkan Leo, dia duduk menunggu Sella kembali dengan pikiran yang penuh. Leo masih mengingat kejadian barusan di mana ia mendapati suami Sella duduk di restoran dengan wajah yang penuh kebahagiaan bersama dengan perempuan lain. Kemudian Leo membandingkannya dengan cerita Sella kemarin yang menurutnya menyedihkan.

Lelaki itu bahkan masih sempat tertawa dengan perempuan lain, sedangkan istrinya di rumah hanya meratapi kesepian dan kesedihan selama ini. Apakah lelaki itu, Sendra, pernah berpikir soal ini?

Leo ikut prihatin jika mengingatnya. Ternyata, hidup dengan keluarga lengkap dan bahkan mampu belum tentu dapat memberi kebahagiaan. Terbukti di depan mata Leo saat ini. Perempuan hebat yang sangat kuat itu, Sella.

"Ini kopinya, Leo."

"Terima kasih banyak ya, Sel."

Kopi ini pahit, sama seperti kehidupan, batin Leo ketika menyesap minumannya pelan.

******

Selesai beristirahat sambil diskusi beberapa hal termasuk soal pekerjaan, Sella mengajak pulang. Mungkin sekitar hampir 30 menit mereka habiskan di kafe itu.

"Sella, kamu tunggu di lobby dulu, ya? Biar saya ambil mobil dulu. Parkirannya terlalu jauh, kasihan kalau harus jalan ke mobil," ujar Leo yang diiyakan Sella.

Leo dan Sella berpisah karena yang satu harus ke parkiran, dan yang satunya lagi harus melangkah menuju lobby. Belanjaan tadi sebagian di tangan Leo, dan sisanya dibawa Sella.

Sella menunggu Leo sembari duduk di lobby. Ia menatap ke sekelilingnya. Mal ramai sekali. Ada yang membawa keluarganya, membawa pasangannya, hanya bersama anak, dan atau sendirian. Mereka semua datang ke mal dengan maksud dan tujuan yang berbeda-beda pula tentunya. Namun, saat Sella menghadap ke barat, ia tanpa sengaja mendapati seseorang yang selama ini tidak terlalu asing.

Walaupun Sella juga tidak terlalu mengenalnya, tetapi ia mengetahuinya.

"Anna," gumamnya pelan sekali. Ia tahu siapa Anna. Perempuan itu dulunya juga merupakan adik kelas Sella. Anak cerdas, berbakat, ramah, dan rendah hati. Setiap tahun selalu maju ke podium untuk mewakili angkatannya ketika naik kelas sampai kelulusan karena dia bisa meraih posisi peringkat 1 paralel. Anna yang dengan beasiswa bisa masuk ke sekolah favorit itu dan bisa mengenal Sendra sebagai sahabatnya.

Sella juga tahu betul Anna adalah perempuan yang dikenal baik oleh suaminya. Sella tidak marah atau bahkan berusaha mengelak. Ia tahu selama ini dan sering mendapati Anna dan Sendra saling mengirim pesan. Sella juga tahu keduanya kembali bertemu dan menjalin kedekatan lagi. Sella berpikir, bukan dia yang mengisi hati Sendra sehingga tidak ada haknya untuk membatasi Sendra. Toh, pernikahan ini sejak dulu ada karena paksaan. Sedangkan lelaki itu masih sangat mencintai dan mengingat Anna.

Tidak lama setelahnya, mobil yang juga tidak asing di mata Sella pun datang menghampiri Anna

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.


Tidak lama setelahnya, mobil yang juga tidak asing di mata Sella pun datang menghampiri Anna.

Itu mobil Sendra. Bahkan laki-laki yang notabene suaminya itu nampak jelas dari kaca mobil. Namun, Sendra tidak menyadari kehadiran Sella di sana. Anna melambaikan tangannya kepada Sendra, lalu ia masuk ke dalam.

Giliran mobil yang dibawa Leo datang menghampiri Sella, tetapi gadis itu malah hanyut dalam pikirannya. Lebih tepatnya hanyut dalam lamunannya. Leo bahkan harus sampai keluar karena Sella tidak mendengar panggilannya.

"Sella," panggil Leo sambil menepuk bahu Sella. Perempuan itu mengerjapkan matanya berulang kali. "Ayo," ajak Leo yang diiyakan Sella. Setelahnya mereka masuk ke dalam mobil.

 Setelahnya mereka masuk ke dalam mobil

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.


The ChoiceDonde viven las historias. Descúbrelo ahora