Her Problem

101 20 6
                                    

Aku lagi pengen double update aja hehehe karena jadwal updateku suka berantakan, jadi sekali dua kali double update yaaa hahaha.

Selamat membaca semuanya.

Jangan lupa dukungannya hehehe biar aku makin semangat ngetiknya, thank youu💙

Jangan lupa dukungannya hehehe biar aku makin semangat ngetiknya, thank youu💙

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

oo0oo

Setelah menginap di panti asuhan seperti yang Sella inginkan, ia kembali ke kediaman yang sebenarnya disediakan untuknya dan Sendra, tetapi lelaki itu malah memilih menghuni apartemennya. Dengan diantar Leo sampai ke rumahnya, Sella tidak hanya diam. Ia banyak berbicara hari ini tidak seperti biasanya. Semakin ke sini, ia bisa semakin terbuka kepada Leo, sama seperti ketika ia berhadapan dengan Revina. Leo yang merasakan ada perubahan dalam diri atasannya itupun sesekali masih terkejut, tetapi di waktu yang bersamaan ia mengagumi Sella. Atasannya ini sosok yang luar biasa baginya.

"Saya lagi senang sekali," ujar Sella.

"Ya, Bu?"

Sella terkekeh mendengarnya. "Panggil saya Sella aja kalau lagi di luar kantor," ujarnya.

"Ah, iya, Sel. Maaf, ya."

"Jangan minta maaf, kamu gak salah," ujar Sella membuat Leo tersenyum. "Kamu besok-besok kalau saya suruh jadi sopir juga mau?" tanya Sella.

"Nggak apa-apa, Sel. Selagi pekerjaannya gak neko-neko, saya bersedia. Saya juga bisa nyetir gini," jawab Leo.

"Hahaha, oke deh. Nggak tau, saya tiba-tiba kepikiran aja kalau saya butuh sopir, tapi lagi gak ada orang, saya mungkin bakal nyuruh kamu," ujar Sella.

"Langsung hubungi saya aja, Sel. Jangan ragu," balas Leo disusul tawa keduanya.

Sella terdengar menghela nafasnya panjang. "Senang sekali bisa bermain dengan anak-anak itu."

Leo mendengarkannya selalu meskipun atensinya fokus ke depan karena harus menyetir.

"Saya jadi ingin punya anak," lanjut Sella membuat Leo berpikir bahwa sepertinya cerita ini akan lebih serius. Ia melirik sebentar, Sella sedang mengamati lalu lintas. Tatapannya seakan kosong pertanda lelah akan sesuatu.

"Saya boleh nanya gak, Sel?"

Sella mengangguk sambil menoleh.

"Kamu kesepian, ya?"

Sella terdiam.

"Saya cuman nebak aja, sih. Aduh, maaf ya kalau saya lancang."

Sella menggeleng, "nggak, kok. Kamu benar, saya memang kesepian, sendirian. Saya lelah seperti ini terus dan bertemu dengan anak-anak tadi membuat saya semangat lagi," balasnya.

The ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang