There Something Wrong Between Us

173 31 9
                                    

Anna merasa senang sekali karena akhirnya ia bisa banyak beristirahat hari ini. Mungkin, ini memang salah. Sebagai karyawan, seharusnya ia sedih jika kantor sedang sepi dan pesanan yang masuk tak sebanyak biasanya. Akan tetapi, Anna sangat membutuhkan waktu istirahat yang cukup di kantor karena hari-hari sebelumnya ia banyak melayani pelanggan dan menangani pesanan yang bisa dibilang banyak sekali. Hari ini, toko tempat ia bekerja tak seramai biasanya.

"Makan siang, Mbak," ujar salah satu karyawan kepada Anna.

"Oh, ya. Kamu makan aja dulu," balas Anna ramah.

"Baik, Mbak."

Ponselnya tiba-tiba berdering. Nomor tak dikenal. Anna penasaran siapa yang menelponnya sehingga ia mengangkatnya.

"Halo."

"Anna?"

Suara ini jelas tak asing bagi Anna. "Dokter Cahya?"

"Panggil saya Cahya aja, bisa?"

"Okay. Mohon maaf, ada yang bisa saya bantu mengenai pesanannya?"

"Oh, nggak, kok. Ini, saya nelpon kamu karena ibumu datang sendiri ke rumah sakit. How can you do this to her?"

"Loh, saya gak tahu kalau ibu saya ke sana sendiri. Kalau boleh saya bicara sama ibu sebentar, bisa?"

"Beliau sedang dalam pemeriksaan."

"Aduh, gimana, ya? Kantor saya kan lumayan jauh dari rumah sakit."

"Begini saja, apa saya antarkan saja--"

"Nggak usah! M-makasih, Cahya, itu akan sangat merepotkan. Saya akan datang ke sana. Saya tutup, ya."

"Ta--"

Pip.

Di rumah sakit, Cahya tersenyum sendiri. "Aneh, kenapa aku senyum?" gumamnya.

"Dokter, anda dipanggil untuk pemeriksaan," panggil salah satu perawat.

"Oh, baik."

Di kantor Anna, ia nampak gelisah karena apa yang bisa ia lakukan? Menggunakan kendaraan umum nantinya akan memakan banyak waktu. Bisa saja ibunya nanti keburu pulang.

"Anna!" panggil Sendra yang entah dari mana sudah berada di depan kantornya.

"Sendra? Ngapain di sini?" tanya Anna.

"Lihat-lihat aja, kok. Siapa tahu aku pengen beli sesuatu di sini," jawab Sendra.

"Apa? Hahaha, kamu aneh, deh. Kan kamu punya usaha kayak gini juga, ngapain ke sini?"

"Memangnya kenapa? Kan aku mau coba yang lain," jawab Sendra lalu mengamati Anna sebentar. "Kamu mau kemana?" tanyanya.

"Aku mau ke rumah sakit," jawab Anna.

"Ada apa? Kamu sakit?" tanya Sendra cemas dan ekspresinya sangat kentara.

Anna menggeleng, "bukan aku, tapi ibuku lagi ke sana untuk kontrol. Masalahnya, ibuku gak bilang kalau hari ini mau kontrol dan tadi aku ditelpon dokternya," ujarnya menjelaskan. Sendra jadi mengerti.

"Mau aku antar? Kebetulan aku lagi kosong."

"Nggak, Sen. Terima kasih atas tawarannya, tapi aku bisa sendiri," tolak Anna lembut.

"Tenang aja, Anna. Kamu ini kayak sama siapa aja, sih? Ayo!" Sendra menarik lengan Anna pelan tanpa sadar. Anna menyadari ini sedikit salah mengingat status Sendra merupakan suami orang.

"S-sen..." suara Anna terlalu pelan. Namun, Anna juga tak bisa meminta Sendra melepaskannya. Entah kenapa, ia seperti nostalgia. Mengingat kenangan indah dulu saat mereka masih bersahabat dekat.

The ChoiceWhere stories live. Discover now