You Left Something.

294 36 0
                                    

Hari ini, Sella mengunjungi salah satu panti asuhan. Ini termasuk kunjungan rutinnya ke beberapa yayasan di bawah pimpinannya. Sejak dulu, ia memang menyukai kegiatan sosial seperti ini. Menurutnya, berbagi adalah hal yang menyenangkan. Melihat orang-orang yang butuh kasih sayang dapat tersenyum, membuatnya ikut merasa bahagia.

"Bu Sella," panggil seseorang menyapanya. Kemudian, mereka berjabat tangan. "Saya senang dapat melihat Bu Sella di sini," katanya.

"Saya juga senang berkunjung ke sini," balas Sella ramah.

"Saya akan terus menanti kunjungan dari anda!"

"Terima kasih. Oh ya, saya harus kembali karena urusan saya tidak hanya di sini saja," ujar Sella.

"Ah, iya-iya. Bu Sella kan orang penting. Mari, saya antar sampai ke depan." Mereka melangkah keluar sambil bercengkrama. Sella berhenti di depan pintu. Teringat sesuatu, apakah barangnya sudah lengkap di dalam tas? Rasanya seperti ada yang mengganjal. Ia memeriksa barang-barangnya. Sepertinya, lengkap. Ponsel, dompet, buku kecil yang selalu ia bawa juga ada. Sella menghadap ke orang-orang panti asuhan. "Terima kasih atas sambutannya. Saya sangat menyukainya," ujar Sella.

"Kembali kasih untuk Bu Sella. Pintu kami selalu terbuka untuk anda," balas ketua panti asuhan di sini.

"Kalau begitu, saya harus pamit. Sampai jumpa semuanya!"

Semua orang panti asuhan yang ada di sana melambaikan tangan melepas Sella pergi dari panti asuhan.

"Bu Sella, saya ingin memberi tahu ada kabar penting." Sella langsung menatap asistennya dari belakang, karena Sella duduk di belakang.

"Ada apa?" tanya Sella.

"Anda tahu, kan? Pemilihan presiden baru saja selesai dan kabinet juga akan segera disusun. Anda mendapat undangan panggilan untuk ini," jelas asistennya.

"Untuk apa?" tanya Sella dengan dahi berkerut.

"Sepertinya, anda akan ditunjuk menjadi menteri, Bu."

Sella kembali menatap jalanan. "Baiklah, antarkan saya saat hari itu tiba."

"Baik, Bu. Kemungkinan, lusa."

******

Panti asuhan kembali seperti semula setelah kunjungan dari Sella berakhir. Anak-anak kembali bermain tanpa peduli ada tamu atau tidak, mengeluarkan segala mainan yang ada, berteriak, tertawa, bahkan menangis. Orang-orang yang bekerja di panti asuhan juga sibuk merapihkan ruangan yang ada.

Salah satunya Leo. Ia sebenarnya tidak bekerja di sini. Kebetulan, ia rutin juga mengunjungi panti ini karena di sinilah ia dibesarkan. Panti ini merupakan tempat yang penuh kenangan baginya.

"Astaga, Leo!" seru seorang ibu panti bernama Minah yang sudah ada di sini bahkan sejak sebelum Leo datang. Mereka berpelukan. Leo sangat merindukan Bu Minah.

"Aku kangen banget sama ibu, tau gak?!"

Bu Minah dengan senang hati membalas pelukannya. "Kamu habis dari mana aja, sih? Kok baru hari ini berkunjung?" tanya Bu Minah.

Leo melepaskan pelukannya, tapi ia tetap menatap Bu Minah dengan tatapan penuh rindu dan tak lupa, senyumnya yang manis.

"Aku minta maaf, Bu. Belakangan ini aku sibuk, bahkan aku ada kunjungan kerja ke luar kota. Tadi pagi baru sampai sini lagi. Makanya, aku langsung ke sini, deh," jawab Leo.

"Ibu kangen banget sama kamu!"

"Sama! Leo juga kangen sama ibu."

"Oh ya, kamu sudah makan?" tanya Bu Minah.

"Belum," jawab Leo jujur.

"Ibu masak sayur asem kesukaanmu. Ayo, makan dulu!"

"Iya, Bu. Tapi, katanya habis ada kunjungan orang penting, ya?"

"Iya, ini lagi pada beres-beres."

"Aku bantu, ya?"

"Katanya kamu belum makan? Makan dulu, ya?"

"Nanti aja, Bu. Aku bersihin ruangan anak-anak aja, ya!" Leo langsung nyelonong pergi begitu saja, membuat Bu Minah menggelengkan kepalanya heran.

"Halo, anak-anak!" sapa Leo semangat membuat anak-anak di sana menoleh.

"OM LEOO!"

Mereka langsung mendekat dan memeluk Leo. Pria itu menggendong 1 anak dari semua yang ada di sana.

"Kok aku gak digendong, Om?"

"Waduh, kalo gendong semuanya, yang ada om bisa masuk rumah sakit," jawab Leo. Anak-anak di sana malah tertawa. Kemudian, Leo menurunkan anak tadi. Senyumnya tak lepas dari wajahnya. "Kalian senang banget ya om ke sini?"

"BANGETT!"

"Om juga senang. Kangen banget sama kalian!"

"Om Leo, kok gak pernah ke sini?"

"Eumm, kenapa, ya?" Leo bertanya dengan ekspresi dibuat-buatnya. "Kayaknya, om habis dari rumahnya Mickey Mouse, deh."

"BOHONG! HAHAHA, MANA BISA OM LEO MASUK KE RUMAH MICKEY MOUSE? KAN OM LEO BADANNYA GEDE," ujar salah satu anak dengan suara kencang.

"Om, mana oleh-olehnya?"

"Hah?"

"Om katanya habis dari rumahnya Mickey Mouse?"

"Om Leo bercanda, sayang," balas Leo. Setelah itu, ia berdiri. "Om Leo mau bersih-bersih. Ayo, kalian tidur siang aja, ya? Yok yok!"

"Om Leo gak asik," cibir salah satu anak dengan nada khas.

"Tau, tuh." Yang lain mencebik. Mereka menurut, tidur di atas ranjang masing-masing.

"Besok, ya. Om Leo lupa bawa oleh-olehnya," ujar Leo sambil menyapu lantai.

"Beneran, Om?"

"Ayay, captain!"

"YESS!"

"Kalian tidur siang dulu, ya?"

"Oke!" seru anak-anak. Leo menggeleng heran. Anak-anak ini menggemaskan. Mereka tetap bahagia, sama seperti Leo dulu. Memiliki kisah yang sama, hidup di panti asuhan dan saat ini ia berjuang sendiri. Tidak ada kasih sayang dan dukungan orang tua, hanya ada perhatian Bu Minah serta panti asuhan ini.

Leo menggeleng kepalanya lagi. Ia harus melupakan masalah orang tua kandungnya yang entah mengapa dengan tega meninggalkannya di panti asuhan ini. Ia melanjutkan kegiatan bersih-bersihnya.

Tiba-tiba, ada barang menggelinding saat dirinya sedang menyapu. Tabung kecil bening berisi obat. Ia mengerutkan keningnya dan mengambilnya.

"Obatnya siapa ini?" gumamnya. Kemudian, ia mencari petunjuk di sana. "Rosella Octa? Everest Medical Center?"

The ChoiceWhere stories live. Discover now