Warm Hug.

273 33 0
                                    

Sendra terlihat lelah dan kesal hari ini. Kemarin, Anna tak jadi datang lagi karena ia harus mengatur pesanan tokonya. Padahal Sendra sudah menanti-nanti. Sangat disayangkan. Belum lagi, ia baru saja menyelesaikan rapat besar untuk perusahaan yang ia pimpin selama ini. Bersama sang ayah, ia ikut serta dalam rapat besar setiap 6 bulan tersebut.

Akibat rapat dengan topik berat itu, Sendra memasuki ruangannya dengan emosi yang cukup tak terkendali. Ia harus mendengarkan apa kata ayahnya dan beberapa petinggi perusahaan yang tak lain juga bagian dari keluarga besarnya. Sendra ikut mengelola dan memimpin anak perusahaan. Namun, itu semua tak berarti jika di perusahaan besar ini Sendra dipakai untuk mengikuti apa kata orang lain, bukan dirinya sendiri. Sendra membanting stop map, papan dan beberapa berkas yang ia pegang ke atas meja dengan asal. Nafasnya berderu. Ia mengeraskan rahangnya sembari menjambak rambutnya.

Baru saja tadi, ayahnya Sendra mengingatkan agar ia lebih baik mengikuti rencana sang ayah dan pendapat para petinggi dibandingkan harus mengikuti pendapatnya sendiri. Sendra tentu saja kesal bukan main. Bertahun-tahun lamanya ia mengabdi untuk perusahaan dan keluarganya, tapi ia merasa menderita dan tersiksa seperti ini.

Menikah dengan Sella ia lakukan untuk kembali membangun perusahaan menjadi lebih baik. Everest Group sejak awal memang memiliki potensi besar sebagai pondasi bagi Tree House. Untuk itu, Sendra tak bisa membantah perjodohan itu. Namun, apabila kinerja Tree House tak bisa ditingkatkan atau diperbaiki, maka pengorbanannya untuk menikah dengan Sella akan sia-sia. Sendra harus mengubah apa yang salah dalam perusahaan ini.

"Haahh..." helaan nafas terdengar dari mulut Sendra. Ia merasa sangat lelah sekali hari ini. Tiba-tiba, ia memikirkan sesuatu. Bagaimana cara Sella bisa menenangkan pikiran dan mencari hiburan saat dilanda masalah seperti ini? Baik Sendra maupun Sella tak saling terbuka satu sama lain dan mereka tak pernah saling mendukung sedikit pun layaknya pasangan suami-istri pada umumnya. Jika pasutri sewajarnya saling menguatkan apabila salah satu mendapatkan masalah, Sendra tak bisa melakukan itu. Kata hati dan bahasa tubuhnya tak bisa mengelak. Ia memilih menjauh dari Sella dibandingkan harus mendekat. Melihat Sella, membuatnya teringat akan penyesalan. Sendra butuh pelukan.

******

Belakangan ini, Sella terlihat biasa saja meskipun belum lama ia harus kembali menghadapi kakaknya yang selalu sinis dan mencoba menusuknya. Biasanya, Sella akan kembali melemah dan dilanda kecemasan lagi. Entahlah, mungkin karena belakangan ini Sella sedang mencoba masa bodoh dengan permasalahan yang ada atau karena ia banyak berinteraksi dengan anak-anak panti.

Hari ini, ia akan menerima tamu istimewa. Sebelumnya ia sudah memberi kabar pada Bu Minah untuk menyampaikan pesannya pada Leo bahwa Sella mengundangnya. Ini tulus dilakukan karena Sella merasa kasihan dengan Leo yang harus kerja ke sana-ke mari, tapi gajinya tidak sebanding. Sella pikir, Leo ini bekerja di tempat yang bagus dan sangat menghargai usaha karyawannya. Sayangnya, kurang tepat. Leo juga harus membantu panti asuha meskipun sedikit. Itu sebabnya, Sella merasa terharu.

Pintu terketuk membuat Sella menoleh. "Masuk!" perintahnya. Kemudian, lelaki yang sedang dipikirkan Sella itu tiba. Lebih tepatnya, dia Leo yang sedang membungkuk hormat dan berjabat tangan dengan Sella, lalu ia duduk.

"Senang bertemu denganmu, Leo!"

"Begitu juga dengan saya," balas Leo.

"Saya tidak ingin banyak basa-basi denganmu. Saya mendengar cerita tentangmu dari Bu Minah. Saya tahu potensi kamu, Leo. Saya mau merekrut kamu untuk bekerja di perusahaan saya. Bagaimana?"

"S-sebentar, Bu--"

"Panggil saya Sella saja. Sepertinya, umur kita gak beda jauh, kok. Oh ya, masalah gaji juga sudah saya pertimbangkan, kok. Kamu bisa masuk ke divisi yang akan memberimu gaji besar, tapi kerja juga harus besar."

The ChoiceWhere stories live. Discover now