Jane Rodinger

1.7K 104 17
                                    

Seorang gadis tertunduk di atas pelana kuda yang diberinya nama Saga, mengusap keningnya dengan punggung tangan. Kemeja putih berenda yang dikenakannya basah oleh keringat. Rok panjang warna hijau yang dikenakannya sudah kotor pada bagian ujung bawah, dengan butiran pasir dan debu menempel pada kainnya. Rambutnya panjang sampai ke pinggang berwarna pirang perak, seperti kain mahal yang telah luntur warnanya. 

Dengan busana seperti itu, harusnya dia berada di suatu tempat dimana terdapat banyak pemukiman. Dimana ada orang lalu lalang dengan kesibukan kota atau minimal desa kecil di perbatasan daerah, bukan di tengah padang rumput liar di tempat yang jauh dari pemukiman manusia seperti sekarang ini.

“Maaf, Saga, sabar yah. Mudah-mudahan sebentar lagi kita menemukan sungai,” sambil berbicara, gadis itu menepuk-nepuk leher kudanya yang menggerutu pelan.

“Kenapa aku harus melakukan ini? Kenapa sih aku harus dijodohkan? Ini mengesalkan! Aku hanya seorang gadis, baru 17 tahun. Kenapa aku harus dipaksa untuk menikahi seseorang mengerikan yang tidak kucintai, tidak tampan, tidak menarik, hanya agar posisi Allan brengsek itu aman di Kolonial? Jadi perempuan itu tidak enak!”

Saga, si kuda Tarasvi menggunggam sedikit, sama kesalnya seakan dia hendak menanggapi omelan gadis itu.

“Itulah, Saga. Selain tidak mau menikahi si siluman babi itu, aku tidak mau hidup di antara kaum beast yang bisa membunuh kita kapan saja. Mereka mengerikan! Tapi … kenapa sih Detteroa itu letaknya jauh? Kenapa Detteroa tidak sedekat menyeberang sungai saja? Haruskah kita jalan sejauh itu? Uh aku kesal, kesal, kesal, pokoknya kesal!”

Kuda yang sedang ditunggangi si gadis tersebut mengomel menggelengkan kepalanya sambil mendengus. Kedua telinganya bergerak-gerak seperti tersentil sesuatu berulang kali.

“Aku tahu kau haus, tapi bersabarlah, sebentar lagi kita akan menemukan sungai …” gadis itu membuka gulungan kertas yang rupanya adalah peta daerah. Namun dia tidak tahu bagaimana harus melihatnya. Mana bagian atas, mana bagian bawah, dan apa arti simbol-simbol yang tertera pada peta ini. Karena tidak mengerti juga, dia memeras kertas itu dan menguceknya. “Ahhh!! Allan bodoh! Harusnya dia ikut, aku kan tidak bisa baca peta … kenapa sih orang menciptakan peta? Kenapa kita butuh peta? Kenapa peta sulit dibaca? Dan kenapa mereka bisa membaca peta?!”

Kali ini kuda itu berhenti berjalan. Ia berhenti begitu saja seperti mesin mogok.

“Saga? Kenapa kau?”

Si kuda tetap berdiri mematung.

“Aneh,” gadis itu menepuk-nepuk bahu kudanya, menendang perut kudanya, menarik tali kemudi, bahkan mengeluarkan rangkaian suara-suara agar kuda itu mau berjalan kembali. Tapi Saga yang berbulu coklat kemerahan yang berkilau itu tetap mematung.

“Saga, ayolah jalan, teman, jangan mengambek gitu dong. Kita harus sampai di utara. Tidak ada lagi kawanan minotaur yang meneror kita, tidak ada lagi ancaman kalau telat bayar pajak. Aku mungkin belum pernah ke Detteroa, tapi aku yakin tempat itu jauh lebih indah daripada Gazawa.”

Kuda itu mendengus kesal sekali lagi.

Gadis bernama Jane Rodinger itu turun dari kudanya untuk memeriksa keadaan temannya dari bawah. Namun begitu kedua kakinya mendarat di atas rerumputan liar, Saga, kuda tarasvi yang gagah asal Gazawa itu langsung melonjak dan berputar, kemudian dia berlari sekencangnya kembali ke selatan, persis seperti anak panah yang melesat.

Hanya debu-debu yang naik dari jejak yang ditinggalkan Saga saja yang masih tertinggal baginya.

Sadar dari keterkejutannya Jane mendapati dirinya berada sendirian di sebuah tempat, entah di mana.

Jane mulai menangis tersedu-sedu. Setelah ayah meninggal dunia, dia hanya mewariskan rumah dan ladangnya bagi Allan sang kakak. Dirinya tidak dapat apapun kecuali kandang kuda dan Saga. Kini bahkan Saga pun meninggalkan dia, gadis itu berada di tengah-tengah tanah tak terjamah. Tidak ada jalanan atau jejak, tidak ada post-post peristirahatan sepanjang jalan. Dirinya sengaja menghindari rute umum karena takut berpapasan dengan prajurit kolonial yang akan membawanya kembali ke Gazawa bila sampai ketahuan.

Clash of The Ancient Souls - EinherjarWhere stories live. Discover now