Riwayat Vidarr

884 61 12
                                    

Mungkin sudah saatnya Caleb pulang, kampung halaman yang terancam maut itu membutuhkannya. Pencariannya terhadap kekuatan berakhir, pria tinggi besar itu pulang. Dia muncul di kejauhan, dari balik hutan bersalju dalam suasana musim dingin yang putih. Sosoknya tampak seperti bayangan hitam yang datang mendekat. Penjaga kota membunyikan bell keras-keras, memberitahu semua orang bahwa pahlawan mereka kembali. Dia kembali untuk menendang semua beast itu dan mengenyahkan mereka dari Hoffenburg.

Dia kembali membawa sesuatu yang menangis, sesuatu yang menangis itu tampak tidak wajar. Pertama-tama, suara tangisannya yang tidak terdengar seperti suara bayi manusia, melainkan suara burung kelaparan yang meraung-raung pada ibunya. Saat Caleb menjawab bayi apa itu, pesta penyambutan kepulangan sang pahlawan yang telah lama dipersiapkan itu segera berakhir.

Apa yang pencipta pikirkan waktu mereka menciptakan beast? Makhluk itu tidak ada bagus-bagusnya sama sekali, tidak ada baik-baiknya sama sekali, dan sekali mereka mengayunkan senjata, setidaknya tiga orang roboh. Bila bukan karena manusia jumlahnya lebih banyak daripada mereka, tentunya perang ini sudah lama berakhir—dengan masa depan di pihak mereka. Satu-satunya keadilan yang semesta berikan pada mereka hanyalah rentang hidup mereka yang sangat singkat.

"Kamu sih, sudah tahu orang-orang benci beast, tapi masih saja bawa dia pulang," tegur ayah Caleb.

"Dia bukan beast," Caleb mendebat.

"Secara apa yang tampak, dia adalah beast. Dan aku sudah hidup bersama manusia cukup lama untuk mengerti bahwa manusia selalu melihat dari apa yang tampak."

"Tapi dia bukan beast, lihat dia ..." dengan keempat jarinya, Caleb menunjuk makhluk yang kemarin masih bayi, tapi sekarang sudah bisa berlarian ke sana kemari dengan kedua kakinya. Makhluk itu sedang bermain dengan anjing tua milik ayah Caleb dan tertawa saat merasakan hangatnya tengkuk anjing tua itu di pipinya. Kemudian anjing tua itu menjilati pipinya yang segembul roti, dan bayi itu mencium ujung hidung si anjing tua.

"Tidak ada binatang yang suka pada beast. Dan tidak ada beast yang mencium makhluk lain, sekalipun mereka masih bayi. Beast selalu menghancurkan sesuatu."

Baru saja ayah Caleb akan membuka mulut, bayi itu menyebut nama Caleb dengan jelas. Kedua pria raksasa itu tertegun dan memandangi bayi itu. Merasa dirinya diperhatikan, bayi itu semakin senang dan menyebut nama Caleb lagi berulang-ulang. Dia baru saja bisa bicara dan menyukai kemampuan barunya itu, dia akan bermain dengan kata apapun yang bisa dia ucapkan.

"Baiklah, kurasa rumahku bisa menampungnya," ayah Caleb menyerah. "Tapi kau harus ingat, kita bukan orangtuanya, dan ketika dewasa nanti, dia akan tumbuh dengan kebencian dari lingkungannya. Kau tahu apa yang bisa dibentuk oleh kebencian?"

Itu adalah salah satu nasihat yang paling sering diucapkan ayah Caleb di masa kecilnya. Menurutnya, kebencian terhadap seseorang bisa membuat orang itu layu dan mati perlahan, atau sebaliknya, memakan kebencian tersebut dan menjadi kebencian itu sendiri.

"Dia bukan manusia biasa, dia cepat belajar. Dia akan baik-baik saja, ayah," kata Caleb.

Perang selama delapan tahun yang mengerikan itu berakhir, iring-iringan pasukan baru saja masuk ke dalam kota, berjalan bangga di tengah sambutan rakyat Hoffenburg yang lega. Caleb berjalan paling depan, tidak mendengar namanya yang berulang kali diserukan oleh rakyat. Penghargaan ini bukan untuknya, kenapa manusia begitu ingin melihat apa yang ingin mereka lihat? Sepertiga darah yang mengalir dalam tubuh Caleb adalah manusia, dan mendadak Caleb merasa muak terhadap sepertiga darahnya tersebut.

Sampai di hadapan raja, dia berlutut di barisan terdepan sementara Raja Wolfgang mengungkapkan betapa bangga dia akan pasukan Penjaga Timur yang dipimpin Caleb itu.

Clash of The Ancient Souls - EinherjarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang