Pergi Memancing

773 73 5
                                    

"Oh, ini enak sekali!" sekali lagi Jane menciduk kuah kaldu yang dicampurkan susu ke dalam mulutnya. Matanya terpejam erat dan bibirnya menggumamkan kenikmatan. "Wow, Gabe, kamu jago masak ya? Maksudku, tidak aneh sih kalau laki-laki bisa masak, tapi masakanmu benar-benar enak! Dan aku baru kali ini makan makanan seperti ini."

"Kalau suka, baguslah, kamu harus habiskan semuanya ya," Gabe menciduk potongan daging sapi dan kuah kental dari dalam kuali yang berasap dan memindahkannya ke atas mangkuk Jane.

"Eh, sudah, jangan banyak-banyak, nanti aku gemuk!" kalau gemuk, tentunya para pangeran Detteroa tidak akan tertarik padanya, secara para lelaki lebih suka perempuan yang kurus.

"Jadi, kalian berdua sama-sama dari Gazawa dan bertemu di tengah jalan, begitu?" tanya Gabe pada dua gadis di hadapannya.

"Aku yang dari Gazawa, dia dari tepi sungai Rajan." Sahut Jane sambil menunjuk Kia di sebelahnya.

Sesuatu mencelos dalam hatinya dan Gabe menahan diri sekuatnya untuk tidak mengungkit masalah di sana. Sekalipun dia tahu berapa banyak yang mati, bagaimana nasib para tahanan di sana, dan untuk apa mereka bekerja keras. Sekalipun setiap kali dia mengingat pertambangan itu, rasanya ingin menulis sesuatu yang tajam yang bisa membuat semua orang tergugah untuk bersatu menghancurkan perusahaan kristal sihir Guthree.

"Senang melihat kalian berdua akur," kata Gabe, menghindari topik berat.

"Dia menyelamatkan hidupku," Jane meninggalkan semangkuk semur daging sapinya yang harum itu untuk memeluk Kia yang pasrah.

Gabe menaikkan kedua alisnya, seakan bertanya pada Kia, "benarkah itu?" dan Kia membalasnya dengan senyum tipis.

"Aku serius! Kamu tidak tahu ada hantu aneh banget di sana! Kulempar tas, kena badannya tapi tidak kena! Seperti melempar batu ke tengah asap saja! Tapi begitu dia mengayunkan pedang besar di tangannya, ada pohon tumbang sekali tebas!"

Setelah semua celotehan ringan yang keluar dari bibir Jean, kali ini ada juga sesuatu yang belum pernah didengar Gabe. Bahkan dari buku-buku tulisan ayahnya. "Maksudmu, dia bisa membunuhmu, tapi kau tidak bisa menyentuhnya?"

"Tanya Kia, dia juga melihatnya! Benar kan, Kia?"

"Saat aku tiba di rawa itu, ada aroma kebencian yang sangat kuat. Tercium seperti aroma darah yang membusuk. Jadi aku menunggu hingga pagi, kemudian menyeberangi rawa itu. Menurutku makhluk itu timbul akibat emosi negatif yang bersatu di dalamnya."

"Maksudmu, kebencian kalau dikumpulkan bisa mewujudkan sesosok makhluk?"

Ada suara kayu berkelontang dengan keras terdengar dari arah dapur. Bersamaan dengan itu, si tua Ludwig menggeliat untuk melemaskan punggungnya yang kaku.

"Mungkin kau hanya berhalusinasi saja, Jane. Ayo makanlah lagi."

"Kenapa kau tid—"

Gabe menunjuk pada si tua Ludwig di belakang mereka dengan lirikan matanya yang sekilas.

"Kenapa?" tanya Jane tanpa suara, hanya membuka mulutnya lebar-lebar.

Gabe hanya menggeleng kecil, dari kejauhan takkan ada yang melihat gelengan kepalanya itu. Secangkir kopi hitam kemudian disesapnya sedikit.

"Kurasa ini bukan tempat yang tepat untuk membicarakan masalah itu," bisik Kia yang matanya terus mengawasi Ludwig. "Kakek itu sepertinya tahu sesuatu dan tidak suka bila kita membicarakannya."

"Kamu terlalu sensitif, Kia!" Jane ikut berbisik.

"Percayalah pada kesensitifan Kia, Jane." Gabe tersenyum meyakinkan.

Clash of The Ancient Souls - EinherjarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang