Jack dan Gabe

2.4K 147 16
                                    

Sekali lagi, full house menjarah uang terakhir Jack Lancer di atas meja judi. Ada lolongan keras dilepaskan pemuda itu saat dia menjatuhkan lehernya ke sandaran bangku.

“Terima kasih atas uang terakhirnya, anak muda,” kata salah seorang lawan judinya.

“Sudah, jangan berjudi lagi, cari uang sana!” kata lawan judinya yang lain.

Jari telunjukJack naik di antara ketiga lawan judinya. “Jangan salah paham, tuan-tuan,” katanya.

“Aku masih punya ini …” tangan pemuda itu masuk merogoh kemeja katunnya yang lusuh dibalik mantel wool berwarna gelap. Perlahan tangan itu keluar menyeret seuntai liontin yang kilaunya membuat tiga orang di hadapan Jack lupa berkedip—dan juga lupa memingkam mulut.

“I-itu …” tiga orang pejudi itu tidak sanggup menyelesaikan ucapan mereka, menyadari benda apa yang ada di tangan Jack.

“Kalian lihat pada permukaan liontinnya ada nama seorang wanita, sementara di sisi lain ada nama lain.” Mereka menunggu bandul emas kalung itu berputar, menampakkan sederet ukiran nama seorang pria.

Angelo di Benedito.

“Kalian tahu berapa nilainya, bukan?” Jack menyeringai, kemudian meletakkan kalung itu di atas meja sedikit membanting. “Ini taruhanku yang berikutnya!”

Begitu bisa bergerak kembali, tiga orang pejudi itu segera bangkit dari kursi mereka dan marah, mereka marah seakan Jack baru saja menjerumuskan mereka ke dalam jebakan kematian. “Jangan bercanda, yang benar saja! Kamu pikir kita tidak tahu apa itu?! Dasar gila!”

“Ambil semua uangmu kembali, dan jangan pernah muncul lagi di hadapan kami. Anggap kami tidak pernah duduk main kartu denganmu!”

Satu persatu para pejudi itu kabur meninggalkan bar. Uang Jack yang tadi dirampas, kini berserakan tak tersentuh di atas meja kayu. Tinggallah Jack seorang diri bersama liontin emasnya.

“Sepertinya pesona di Benedito telah mendahului langkahnya,” tidak jauh dari meja judi Jack, ada seorang pemuda lain yang duduk di tepi meja bar. Ada anggur merah dalam gelas tinggi yang diputar-putar santai untuk memerbakkan aroma fermentasi yang manis.

“Pesona pantatmu,” kata Jack. “Paling mereka sudah melihat wajahku dalam daftar buronan yang dipasang di Benedito.”

“Cepat atau lambat, mereka akan sampai juga di sini. Dan bila itu terjadi, kau hanya punya dua pilihan …”

Seperti orang tersinggung, Jack memotong ucapan temannya, “aku tegaskan sekali lagi, Gabriel. Di Benedito tidak akan bisa membunuhku, dan dia tidak mungkin mau menerimaku kembali ke dalam rombongannya, aku bahkan tidak berminat untuk kembali. Aku seorang diri sekarang.”

Jack menyapu semua uang yang terabaikan di atas meja dan memasukkan koin-koin itu ke dalam kantung yang tergantung di ikat pinggangnya.Siapa tahu di lain hari Dewi Fortuna akan tersenyum padanya dan uang-uang ini bisa berkembang biak.

“Dan bila kau sayang nyawa, kusarankan kau agar menggunakan otakmu dan ikuti nasihatnya. Pulanglah, Gabriel!”

Gabriel menonton sahabatnya meninggalkan bar dan menghilang di balik pintu keluar. “Jack Lancer, tidak semua orang tahu bahwa elementer yang sudah bisa menggunakan bakatnya di usia kanak-kanak bukanlah elementer biasa. Jiwamu spesial. Antara kau dan neraka punya hubungan gravitasi yang kuat. Bila aku bersamamu lebih lama lagi, mungkin aku bisa menulis buku yang akan mempensiunkan buku-buku ayahku di perpustakaan negara.”

Senyum terlihat pada bibir elang Gabriel yang dihias segaris kumis tipis. Ia mengangkat gelas anggurnya tinggi-tinggi pada tempat terakhir kalinya dia melihat Jack.

Clash of The Ancient Souls - EinherjarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang