Penenun dari Kota dimana Berlian tak Lagi Bernilai

970 70 2
                                    

"Aku bosan makan jamur terus. Rasanya tidak enak!" gerutu Jacques.

"Itulah yang akan kau dapatkan bila kau meletakkan kenikmatan hidup pada apa yang kau makan. Kau akan menuntut untuk menikmati sesuatu yang lezat, atau ada yang tidak lengkap dalam hidupmu."

Jacques memandangi mangkuk kayu Caesar yang sudah lama kosong dan merasa heran bagaimana dia bisa menghabiskan makanan membosankan ini secepat itu. Caesar merupakan pelahap cepat, dia selalu makan dengan cepat, dan jarang memuji makanan yang dia makan. Dia pun tidak peduli apakah makanan yang dimakannya itu ada pelezat rasa seperti garam atau lada atau tidak.

"Bagaimana kau bisa menghabiskan makanan itu? Sudah satu bulan kita makan seperti ini terus. Aku ini masih dalam masa pertumbuhan, aku butuh makanan bergizi agar bisa tumbuh sehat dan kuat." Jacques menyeruput sup jamurnya sedikit, dan bersyukur bahwa volume makanan dalam mangkuknya telah berkurang sedikit. Itu berarti sedikit langkah kemajuan untuk menghabiskan makanan hari ini.

"Apa yang terjadi bila makhluk hidup tidak makan roti?" Caesar bertanya.

"Lapar?" jawab Jacques.

"Bila setelah kelaparan tetap tidak makan roti?"

Jacques angkat bahu, "mencari makanan lain yang bisa dimakan?"

Dan kembali, bayangan daging panggang terbayang dalam benak Jacques, dan seberkas aroma daging hangus terasa masuk ke dalam hidungnya. Jeritan seorang bocah yang terbakar hingga hangus kembali menggema dalam kepala Jacques, perutnya jadi mual dan dia meletakkan mangkuknya yang masih penuh itu. Selera makan pun ikut hangus terbakar.

"Mati, Jacques." Kata Caesar. "Kalau kita tidak makan roti, kita mati kelaparan. Kalau tidak makan sayur juga mati kelaparan. Begitu pula dengan daging, ataupun jamur. Kalau kita tidak makan, kita mati."

"Semua makhluk hidup juga akan mati kalau tidak makan apapun," kata Jacques.

"Itu maksudku. Fungsi makanan bukan demi membuat kita merasakan sesuatu yang lezat, tapi sebagai asupan energi agar kita bisa terus bergerak. Katakanlah kau punya impian besar, menjadi protagon misalnya..." Pada saat Caesar menyebut 'protagon', dia menyadari mata Jacques jadi benderang sekilas. "... dan bila kau arahkan energimu ke sana, untuk menjadi protagon, bahkan makan rumput liar pun akan kau lakukan. Karena fokusmu ada pada bagaimana caranya agar kau bisa menjadi seorang protagon."

"Hmm ... oke, aku paham maksudmu."

"Nah karena kau telah bersikap baik dan mau mendengarkan gurumu, mari kita ke kota dan cari makanan enak."

Dan dia benar-benar melakukannya. Caesar membawa Jacques turun ke kota terdekat. Kota itu bernama Everloth, letaknya di kaki pegunungan, tersembunyi oleh bayang-bayang matahari sehingga penduduk setempat hanya mengandalkan embusan angin sepanjang lorong jurang untuk mengeringkan pakaian.

Jacques saat itu masih sebelas tahun usianya, dia masih harus berlari agar bisa tetap berada di sisi Caesar saat mereka berjalan bersama. Di punggung, mereka berdua sama-sama memanggul tas besar dari kulit berisi perlengkapan memasak dan piring atau gelas kayu. Semua itu karena mereka tidak punya tempat tinggal, maka bila tidak beruntung menemukan kabin terlantar di tengah hutan atau di tepi padang, maka mereka terpaksa tidur di alam terbuka dan berharap badai tidak datang.

Tapi begitu melihat ke dalam kota, dari kejauhan saja Jacques sudah melihat ada yang berkilauan di sana. Seakan-akan ada sungai yang berkilau terbentang di sisi-sisi kota. Ketika mereka semakin dekat, jelaslah bahwa kota ini memiliki lantai yang berkilauan seperti berlian.

"Everloth, dulu tempat ini merupakan pertambangan berlian. Tapi sejak ditemukan kristal sihir, berlian tidak lagi populer. Itu sebabnya mereka menggunakan bebatuan itu untuk lantai jalan."

Clash of The Ancient Souls - EinherjarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang