Insiden di Bulan Indigo

921 71 2
                                    

Bila Angelo di Benedito tiba di Hoffenburg, kau akan mati.

Tentu saja, pikir Jake. Pesan terakhir Caesar terhadapnya selalu diingat sepanjang hari, sepanjang malam sebelum berangkat ke alam abstrak dan sepanjang pagi sebelum memulai hari. Pada saat dia mendengar ada seseorang bernama Michael di Benedito dari Klan Brotherhood, pesan tersebut yang membimbingnya untuk bergabung ke sana. Nama itu yang menariknya ke Brotherhood hingga pada akhirnya seorang bernama Angelo muncul dan perlahan kesehatan Michael meredup dan akhirnya meninggal digerogoti penyakit.

Rupanya maksud Caesar untuk tidak membawa Angelo di Benedito ke Hoffenburg adalah karena Dragon tersebut, Warog. Bodoh, kenapa tidak terpikir sebelumnya? Rasanya baru kemarin Angelo memperoleh berkah empat pilar dunia, tentu saja dia kini memiliki nafas Aether, tentu saja dia tidak akan mati saat proses peleburan dengan Warog itu terjadi nantinya. Angelo adalah jiwa purba sekarang.

"Tenang saja, paling kau hanya mati, lalu bereinkarnasi lagi dan di kehidupan baru itu, kau terbebas dari semua yang mengejarmu di kehidupan sekarang," ujar Gabe.

"Sekarang bukan waktunya untuk sindiran, Gabe. Kau tahu aku hanya asal bicara!"

"Ah, Jake. Kau memang seperti itu, tidak pernah berpikir masak-masak. Langsung beraksi saja, menyesal belakangan. Mari, katakan padaku, kau mau dimakamkan dengan cara apa? Kremasi? Penguburan? Atau harus kucarikan tepi pantai untuk menghanyutkanmu ke lautan?"

"Lebih baik kau jaga mulutmu sebelum kau tidak bisa menjaganya lagi!"

Gabe ingin tertawa melihat temannya marah, tapi dia tidak bisa. Perutnya terasa sedikit mulas dan itu bukan hanya karena lapar.

Sambil membodohi diri sendiri dalam hati, Jake dan Gabe mempercepat laju kudanya kembali ke Raffenwald. Siang baru saja berlalu, bulan indigo terlihat besar di langit biru sore hari yang cerah seakan tersedot ke permukaan tanah Adamos.

"Oh, ini buruk ..." kata Gabe saat menengadah memandangi bulan Indigo di langit sore Raffenwald. "Entah perasaanku saja atau bulan Indigo di tempat ini jauh lebih besar?"

"Mungkin perasaanku juga," jawab Jake.

"Apakah efeknya lebih besar?"

Jake menghirup udara dalam-dalam, tanpa bisa ditahannya, ia terbatuk-batuk seakan baru saja menghirup kepulan asap yang mengudara dari api unggun. "Andai kau tahu bagaimana rasa Aether di paru-paru, kau tidak akan mau menghirup oksigen lagi seumur hidup."

Pada saat garis jalan setapak terlihat semakin jelas, kepulan kabut terlihat menebal di tempat seharusnya desa Raffenwald berada. Seseorang duduk di atas kuda, berdiam memandangi desa. Tidak berani masuk, namun tidak juga kunjuk melangkah pergi.

"Apakah berbahaya?" tanya Gabe pada gadis Pamuyan Selatan itu.

Kia menunjuk ke langit, dimana bayang-bayang bulan Indigo terbentuk, mengabaikan matahari yang masih merajai langit. "Dulu sebelum Ragnarok terjadi, dari sana lahir seekor Dragon bernama Ixchell. Sisiknya berwarna keunguan, dadanya berwarna perak. Pada lehernya bersarang sebuah batu yang mampu melenyapkan Aether di sekitarnya."

"Immaculatra Orb."

Yang mengherankan, ucapan itu terungkap dari Jake, bukan seorang pelajar yang menguasai bidang ini seperti Gabe.

"Itulah sebabnya pada saat Bulan Indigo muncul, para penghirup Aether menjadi lumpuh." Kia memalingkan tatapannya pada Jake.

"Ada yang bersedia menjelaskan padaku apa itu Immaculatra Orb?" tanya Gabe.

Kia tidak segera menjawab, bahkan dia memalingkan tatapannya ke arah lain seakan ada jawabannya di suatu tempat tersebut.

"Orb pemurni, yang membuat para dewa menjadi lumpuh. Mereka menugaskan Dragon Sakkhi untuk melenyapkan Ixchell karena bila Ixchell muncul, para dewa menjadi manusia biasa. Sejak itu Immaculatra Orb dikubur di Underworld dan disegel. Bulan memiliki kekuatan yang mampu menetralisir Aether di atas Adamos."

Clash of The Ancient Souls - EinherjarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang