Larry Holmes (Part 2)

23 1 0
                                    

[LARRY]

(Dalam pesan singkat)


Larry: Malta, kau sudah siap? Kami sudah

di depan rumah Bibi Eagle.


Malta: Sepagi ini? Ya sudah. Tunggu sebentar!

Aku dan Jason akan segera ke sana!


Hari ini, aku sengaja bangun sangat pagi agar kami bisa memiliki banyak waktu untuk menjalankan misi. Beberapa detik setelah aku membuka kedua mataku, aku segera menelepon Leticia dan Branton untuk meminta mereka berdua bersiap-siap. Walaupun pada akhirnya mereka malah menjawabku dengan makian karena telah mengganggu jam tidur mereka. Tetapi, mau bagaimana lagi? Bagaimanapun, ini tidak bisa dianggap remeh. Sebagai seorang detektif, kami harus bisa menjalankan misi ini sebaik mungkin. Bangun di awal hari merupakan langkah terbaik menuju keberhasilan.

Branton duduk terkulai di atas tanah, sambil bersandar pada batang pohon hikori yang tumbuh di pekarangan rumah Bibi Eagle. Pohonnya cukup besar. Jika aku yang tinggal di sini, mungkin sudah kubuat rumah pohon di atasnya. Lalu, akan aku jadikan basecamp untuk kelompok baruku ini dan aku beri nama, The Tree of Larry.

"Larry, apa kau sudah sarapan?" Tanya Leticia. Ia sudah menanyakanku hal itu sebanyak tiga kali pagi ini.

"Leticia Marple, sudah ku bilang berkali-kali, aku sudah sarapan. Dan ingat! Larry Holmes," jawabku.

"Oh, iya. Maaf, Larry Holmes. Aku hanya ingin menawarkanmu sandwich telur ini."

"Sandwich telur?" Celetuk Branton yang tiba-tiba bersemangat setelah mendengar nama makanan. "Buat aku saja, Leticia Marple! Aku belum sarapan"

"Lalu, apa yang tadi kau makan?!" Tanyaku kesal setelah melihatnya menghabiskan 3 buah wafel dengan sirop mapel beberapa menit yang lalu.

"Tadi itu hanya cemilan! Bukan sarapan! Sini Leticia, berikan padaku! Lagi pula Larry tidak mau," kata Branton berdalih.

Dalam kamusnya, sepertinya hanya ada makan dan tidur saja yang dia ingat.

"Berikan saja padanya, biar dia diam!" Kataku.

Dengan berat hati, Leticia memberikan sandwich telur itu kepada Branton. Kemudian, ia pergi melihat bunga-bunga yang di tanam di pekarangan.

Beberapa menit kemudian, Malta dan Jason datang menghampiri kami.

"Kenapa pagi sekali! Ini baru jam setengah 8 pagi," keluh Malta.

Branton menguap, "Huahhh...Tanya saja padanya!" Branton menunjukku. Aku tahu ia masih kesal setelah aku meneleponnya berkali-kali tadi pagi agar ia terbangun. "Kau jahat sekali, Larry! Aku masih sangat mengantuk."

"Teman-teman, semakin pagi kita mulai, semakin banyak waktu yang kita miliki untuk mencari petunjuk!" Kataku mencari alasan.

"Ya...dia ada benarnya juga," ujar Jason setuju.

"Ya sudah. Kita mulai saja!" Kata Branton.

Dari kejauhan, seorang pria pengantar surat menatap kami dengan heran sambil memasukkan beberapa pucuk surat ke dalam kotak surat. Ia mencurigai kami karena mendatangi rumah seorang wanita tua tanpa keluarga di pagi yang sepi. Terlebih lagi setelah Branton menatap pria itu dengan tatapan ala berandal jalanan sambil melontarkan beberapa patah kata untuk menakutinya. Pria itu terlihat ketakutan dan hampir saja berteriak. Untungnya, Bibi Eagle keluar dari rumahnya pada waktu yang tepat.

AMBISIUS : My Brother's Enemy [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang