Aku dan Jason yang Menyebalkan

205 5 1
                                    

[MALTA]

Banyak orang berkata, memiliki seorang kakak laki-laki merupakan suatu keberuntungan. Aku bisa memiliki seorang pelindung yang akan selalu setia melindungiku di saat aku kesulitan. Membantuku menghadapi setiap masalah. Menjauhkanku dari orang-orang yang ingin menyakitiku.

Ketika aku menginginkan sesuatu, ia akan mendapatkannya untukku. Ketika aku menangis, ia akan membuatku tersenyum. Ketika aku marah, ia akan menenangkanku.

Tetapi, entah mengapa, semua itu terlihat sangat berbeda dari apa yang kurasakan.

Jason justru berbanding terbalik dengan tipikal kakak laki-laki yang sempurna. Ialah orang yang selalu membuatku kesal. Menggangguku ketika aku sedang tenang. Melarangku ketika aku menginginkan sesuatu. Semua harus sesuai dengan kehendaknya.

Ketika aku sedang menonton drama di TV, ia selalu merebut remote control dari tanganku dan memindahkannya ke saluran TV yang lain. Ketika aku menyimpan makanan yang aku beli di dalam lemari pendingin, ia pasti akan memakannya tanpa meminta izin dariku. Ketika aku sedang bercengkerama dengan seseorang melalui telepon, ia pasti akan mengawasiku dengan ketat. Mendengar setiap detail pembicaraanku seakan-akan aku tengah membicarakannya dan itu membuatku frustrasi.

Aku harap aku bisa memiliki hari di mana kami tidak bertemu untuk satu hari saja.

"Ring...ring...ring..." Alarm ponselku berdering.

Aku terbangun dari tidur lelapku. Ini menjengkelkan. Aku baru saja terbangun dari mimpi terindah sepanjang hidupku. Kalau diingat-ingat, kapan terakhir kali aku makan malam dengan Samuel Hawk, salah satu aktor favoritku? Tentu saja tidak pernah! Tidak pernah sama sekali. Itu satu-satunya kesempatanku. Tetapi alarm ini baru saja mengacaukan semuanya. Sungguh sial sekali nasibku di pagi hari. Siapa yang berani mengatur alarmnya sepagi ini?!

"Wah...kelihatannya adik kecilku sudah bangun, nih," kata Jason meledek.

Tentu saja, siapa lagi kalau bukan dia! Kami hanya tinggal berdua di rumah ini.

"WaH...kElihAtaNnYa AdIk kEciLkU sUdAh bAngUn, niH!" Aku menirukan perkataannya dengan kesal. "Jason, apa yang kau lakukan! Kau membuatku terbangun di tengah mimpiku yang indah! Ya Tuhan! Kapan kau bisa berhenti menggangguku? Sekarang masih jam 5 pagi. Memangnya kita mau mengejar kereta, hah?!" Kataku menggerutu.

"Bukan mengejar kereta. Hanya mengejar ketertinggalan hidup saja," kata Jason dengan kalimat bijaknya, atau mencoba untuk terdengar bijak.

"Mengejar ketertinggalan hidup!!! Apa maksudnya itu?!" Aku melemparkan bantalku ke arahnya. Dia berhasil menghindar. "Aku masih muda, tidak ada yang perlu dikejar. Berhentilah berbicara seperti Tony Robbins! Urus saja hidupmu sendiri!"

"Nah! Justru itu...selagi kita muda, kita harus memiliki semangat yang membara. Membara...bara...bara...Huahahaha~" dia tertawa seperti kepala sekolahku sambil menari-nari tak jelas.

"Apakah ini semacam prank atau lelucon? Jason, aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan. Tapi, bisakah kau pergi? Kau bahkan tidak tidur! Apa kau habis minum?!" Kataku menaruh curiga.

"Minum? Tentu saja tidak! Aku kan masih di bawah umur."

"Oh...siapa yang tahu bukan?" Aku membalikkan badanku ke arah lain agar bisa kembali tertidur. "Sudahlah...lebih baik kau pergi saja! Jangan ganggu aku!" kataku sambil menutup kepalaku dengan bantal agar aku berhenti mendengar ocehannya lagi.

AMBISIUS : My Brother's Enemy [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang