Pertemuan Austin dan Jason

83 2 0
                                    

[MALTA]

Seusai sekolah, Austin mengantarku pulang ke rumah. Aku mengajaknya untuk nongkrong di rumahku sebentar. Untungnya ia setuju. Aku benar-benar tidak pernah berpikir bahwa suatu saat ia akan berkunjung ke rumahku.

Aku mempersilakan Austin untuk masuk ke dalam rumah dan menungguku di ruang tamu. Saat itu, aku melihat Jason berjalan menuju dapur. Aku juga dapat mencium aroma masakan yang tidak lagi asing di hidungku.

"Pasti Bibi Eagle!"

Belum sempat aku pergi menuju kamar, Jason menghampiriku dan Austin yang masih berbincang di ruang tamu. Ia berdiri memandangi kami berdua, bersandar ke tembok di sampingnya. tanpa berkata sedikitpun, sambil menyilangkan kedua lengannya.

"Hey, Jason! Bagaimana keadaanmu sekarang?" Tanyaku pada Jason, berharap dia tidak mengabaikanku kali ini.

"Lumayan..." Jawabnya singkat. Setidaknya lebih baik dibandingkan tidak ada jawaban sama sekali.

Mata Jason terus tertuju kepada Austin. Alisnya mengkerut. Kelihatannya ia sedikit terkejut. Entah karena ini pertama kalinya aku membawa laki-laki lain selain Larry atau memang ia terpana dengan penampilan Austin yang rupawan, seperti ketika aku melihatnya untuk yang pertama kali. Ia memperhatikan anak itu, yang baru saja aku bawa kemari, dari atas hingga ke bawah. Memperhatikannya dengan seksama seakan-akan ia sedang menilai seseorang.

"Oh, hampir saja lupa! Jason kenalkan, dia temanku, Austin. Dia yang mengantarku pulang tadi."

Sebetulnya, aku ingin memberi tahu Jason bahwa Austinlah orang yang aku lihat di mini market saat itu. Tetapi, aku terlalu malu untuk mengakuinya di depan Austin, sebab aku tidak pernah menceritakan hal ini sama sekali padanya. Aku tidak tahu apakah ia melihatku berdiri di depan mini market saat itu, tetapi jika iya, ia pasti sudah menanyakan hal itu padaku. Jadi, menurutku Austin tidak menyadari keberadaanku saat itu.

"Kenalkan, aku Austin," katanya pada Jason.

Austin mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan. Tetapi, Jason hanya diam saja. Ia sama sekali tidak bergerak satu inci pun. Tatapannya dalam sekali. Ia tidak terlihat senang bertemu dengan Austin. Entahlah. Aku bisa merasakan itu. Mereka tidak mungkin pernah bertemu sebelumnya bukan?

"Jason...apa ada yang salah? Kenapa kau diam saja?" Tanyaku khawatir. Bukannya tadi dia berkata bahwa dia merasa lumayan baik!

Suasananya terasa sedikit mencekam. Apa itu terdengar berlebihan?

Austin menurunkan tangannya kembali.

"Kalau begitu, aku pergi dulu ke kamar untuk ganti pakaian. Kalian boleh ngobrol dulu." Aku berusaha untuk mencairkan suasana.

Setelah itu, aku pergi meninggalkan mereka berdua. Semoga aku tidak melakukan kesalahan dengan meninggalkan mereka berdua di sana. Rasanya, setiap kali aku melangkahkan kaki, keheningan akan semakin menjelma di belakang sana.


***


[JASON]

Hening.

"Kawan? Apa itu kau?" Austin mendekatiku dengan tampang konyolnya. Ia memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana, berlagak seperti seorang inspektur yang tengah menginterogasi seorang tersangka.

Yang benar saja! Bagaimana mungkin? Kenapa bisa begini?

Aku tidak tahu harus mulai dari mana. Aku tidak bisa mencerna segala hal yang aku saksikan saat ini. Berdiri di depannya, membuatku ingin muntah. Aku mengepalkan tanganku cukup keras hingga aku tak sadar bahwa itu dapat merobek permukaan kulitku. Aku sangat ingin meninjunya sekarang juga.

AMBISIUS : My Brother's Enemy [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang