Catherine Hamlin

51 1 0
                                    

[MRS. ARMCHAIR]

Beberapa menit paling menentukan dalam hidup Jack. Seorang pria tak dikenal berdiri di belakangnya, mengenakan gaun berwarna pink. Ia terlihat seperti Ratu Victoria dari kejauhan, namun dari dekat, jauh terlihat seperti singa betina yang kelaparan.

Pria itu melingkarkan lengannya di leher Jack, membuatnya sedikit panik dan kesulitan untuk bernapas.

Ujung sebuah pistol, G-22 buatan Austria, bersentuhan dengan pelipisnya, menentukan takdir hidupnya, akan seperti apa kelanjutannya. Akankah ia selamat atau tidak, hanya takdir yang bisa menentukan.

Semua kaki tangan Jack dengan sigap menodongkan senjata mereka kepada kedua penjaga kapal. Mengamati setiap gerakannya. Melindungi seorang raja yang bahkan tidak pernah berniat untuk mempertaruhkan nyawanya bagi mereka.

"Jika kalian ingin ia selamat, sebaiknya jangan berani-berani mendekat! Dan...jatuhkan senjata kalian! Jika tidak, aku akan segera membunuh bajingan ini," ucap pria bergaun dengan tegas.

Seketika, raut wajah mereka berubah. Aku merasakan gelombang keputusasaan yang begitu mendalam. Membuat mereka tak tenang. Membuat mereka kebingungan.

Sebelumnya, aku tidak pernah menyangka bahwa suatu saat aku akan berada di posisi yang sama seperti tokoh utama dalam drama yang biasa aku tonton. Sayangnya, drama itu belum berakhir dan aku harus menunggu selama satu tahun untuk mengetahui kelanjutannya. Itu membuatku penasaran setengah mati.

Dalam drama itu tangan dan kaki sang tokoh utama juga terikat sepertiku. Tidak berdaya. Tidak bisa melakukan apa-apa. Namun, beberapa detik kemudian, sebelum nyawanya benar-benar terancam, seorang pangeran berkuda putih datang untuk menyelamatkannya. Semuanya benar-benar hampir terlihat sama. Hanya saja dalam kasus ini, tidak ada pangeran berkuda putih yang datang. Justru hanya ada seorang pangeran bergaun pink yang kebetulan wajahnya dipenuhi banyak rambut.

"Cepat! Jatuhkan senjata kalian! Dalam hitungan ketiga, jika kalian masih belum menyingkirkan semua itu, maka aku tidak akan segan-segan menembaknya!" Si pangeran bergaun kembali mengancam. Sedangkan, si pria berdasi menemaninya di belakang dengan gagah.

"Aku sama sekali tidak takut dengan ancaman konyolmu itu! Kau hanyalah seorang pria payah yang bahkan tidak tahu bagaimana caranya mengenakan popokmu sendiri!" Jack mulai memancing emosinya.

"Oh, begitu ya. Baiklah. Jika itu maumu, maka sekaranglah saatnya untuk mengucapkan selamat tinggal." Pria itu tersenyum sinis.

Semua orang bertanya-tanya, "Apakah pria bergaun itu betul-betul akan menembaknya?"

Kami menerka-nerka. Memperhitungkan segala hal yang mungkin terjadi selanjutnya.

Sedangkan Jack, berdiri di sana, menutup kedua matanya. Kakinya gemetar hebat. Saat itu, ia mungkin sedang meminta keajaiban. Berharap untuk bisa mengulang waktu. Memperbaiki segala kesalahan yang telah ia perbuat. Sepertinya, doa tersebut akan menjadi doa terakhir yang ia panjatkan atau justru itulah pertama kalinya ia memanjatkan doa. Jika aku bisa menilai, ia memang tidak terlihat begitu religius.

Lalu, tanpa kami sadari, sepersekian detik kemudian, pria itu menarik pelatuknya tanpa berpikir panjang.

Kami semua tercengang.

Krkkk...

Aku tak berani melihat.

"Apa!" Katanya, terperanjat.

Tidak ada suara tembakan. Tidak terlihat tetesan darah sedikitpun. Semua terlihat normal.

"Hahahahaha..." Jack tertawa dengan gembira. Pria itu tidak berhasil membunuhnya.

AMBISIUS : My Brother's Enemy [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang