Rahasia Jason

67 2 0
                                    

[JASON]

"Ouch...sakit sekali!" Aku berusaha bangkit dari ranjangku. Kemarin, mereka memukuliku hingga babak belur. Sekarang, seluruh sendiku berdenyut-denyut nyeri. Kepalaku pusing. Tubuhku hangat. Tapi, aku tak tahan untuk membalas dendam. Aku tak tahu mengapa mereka sampai melakukan itu padaku. Aku bahkan tak membawa senjata tajam atau semacamnya. Mereka benar-benar gila!

(Ponsel bergetar)

Satu pesan masuk.


From: Jaden

Bos menunggumu di basecamp. Jika tidak kemari, kau akan celaka! Bukan hanya kau saja, keluargamu juga. Ingat! kami tahu dimana kau tinggal! Kau hanya berdua saja dengan adikmu, bukan? Jadi, jangan mencoba untuk kaburrrr! 😈


"Sialan!"

Apa mereka bodoh? Atau mereka tuli? Kenapa mereka tidak memahami setiap perkataanku? Aku sudah menjelaskannya berulang kali. Bahkan sekarang mereka berani membawa-bawa keluargaku!

Aku tahu! Mereka pasti memasang perangkap di sana. Mereka pasti ingin memaksaku untuk memberitahukan segala hal. Tentu saja aku tidak bodoh! Aku juga tidak takut. Hanya saja, aku sendirian, sedangkan mereka bergerombol. Tetapi jika aku tidak pergi, bagaimana dengan Malta? Bagaimana jika mereka benar-benar datang kemari seperti waktu itu? Aku tidak mungkin mengatakan kepada Malta bahwa terjadi kecelakaan lain di depan rumah, bukan? Itu akan cukup bodoh. Kelihatannya, Malta juga tidak terlalu memercayai perkataanku waktu itu.

Aku tidak ingin Malta tahu. Aku tidak ingin dia terlibat.

"Sepertinya aku harus pergi ke sana," pikirku.

Jika aku keluar lewat depan, Malta pasti akan melarangku. Lebih baik aku keluar lewat pintu belakang secara diam-diam.

Sebelum pergi, aku mengganti bajuku dan membawa ponselku di saku. Kemudian, aku keluar dari dalam kamar dan menuruni tangga secara perlahan.

Aku melirik ke kanan dan ke kiri, berjaga-jaga agar tidak terlihat oleh Malta. Aku bisa mendengar suaranya dari ruang tengah. Sepertinya ia sedang menelepon seseorang. Tidak tahu siapa. Seharusnya ini adalah waktu yang tepat untuk pergi tanpa diketahui.

Aku pergi dengan taxi menuju basecamp. Kedua tangan dan kakiku masih terasa sakit sekali sehabis dipukuli, jadi tidak mungkin aku mengendarai kendaraan sendiri.

Dua puluh menit kemudian aku sampai di tempat tujuan. Seseorang menungguku di depan pagar kayu yang penuh dengan tanaman rambat. Itu Jaden.

Aku segera keluar dari dalam taxi dan memberikan ongkosnya.

"Apa kau sangat tidak sabar ingin meminta tanda tanganku sampai menunggu di sini?" Tanyaku pada Jaden, menggodanya.

"Well, lucu sekali, Armchair," ucapnya ironi. "Katakanlah semaumu! Jika sudah masuk ke dalam, kau tidak bisa melawak lagi." Ia kemudian mempersilakanku untuk masuk lebih dulu melalui lubang besar pada bagian pagar yang sudah rusak.

Aku ingat waktu pertama kali aku memasuki rumah kosong ini. Rasanya penuh dengan kehangatan. Sangat menyenangkan. Orang-orang menyambutku dengan penuh suka cita. Mereka merangkul pundakku dan menawarkanku minuman dingin. Lalu, kami akan memutar musik sambil memainkan permainan konyol kami di tempat ini. Tapi saat ini, kesan pertama yang ku temui di sini, rasanya tak bisa ku rasakan lagi.

"Jason...Jason... Akhirnya kau datang juga," kata Clay menyambutku.

"Dimana "Bos"-mu yang sok pintar itu? Bukankah dia yang ingin menemuiku?" Kataku menantang.

AMBISIUS : My Brother's Enemy [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang