Aku Menyukai Malta

99 2 0
                                    

[LARRY]

Apa yang terjadi dengan Malta? Mengapa hari ini dia tidak datang ke sekolah?

Tunggu! Mengapa aku harus memikirkan dia? Dia juga tidak peduli padaku! Dia tahu aku menyukainya. Mengapa malah duduk bersama dengan si bocah tengil itu? Apa dia sengaja ingin membuatku cemburu padanya? Tentu saja aku tidak akan cemburu!

Semenjak kedatangan si anak ingusan, tidak tahu malu, tengil, dan apapun yang menyebalkan itu, aku jadi semakin jauh dari Malta. Dahulu kami tidak pernah terpisahkan. Bahkan bumi dan langit pun tidak sedekat kami berdua. Tapi sepertinya, semenjak bocah itu ada, semuanya hancur berantakan. Benar apa yang Branton katakan. Posisiku sepertinya sudah diambil alih.

Bagaimanapun, dia adalah sahabat baikku. Tidak semestinya aku memperlakukannya seperti ini hanya karena cemburu bukan? Kalau begitu, lebih baik aku menghubunginya saja. Lagi pula, aku juga penasaran kenapa hari ini dia tidak masuk ke sekolah. Malta adalah anak yang sangat rajin. Dia tidak mungkin bolos sekolah. Selain itu, dia juga jarang sekali sakit. Semoga saja tidak terjadi hal yang buruk padanya.

Aku membuka ransel untuk mencari ponselku di dalamnya. Aku memasukkan tanganku ke dalam dan meraba-raba isinya. Tetapi, aku sama sekali tidak dapat menemukan ponselku.

Sejenak aku berpikir.

"Aduh! Ponselku sepertinya tertinggal." Aku hanya bisa pasrah.

Bel berbunyi. Jam istirahat telah selesai.

Aku membuka loker untuk mengambil buku catatanku. Saat aku menutupnya kembali, aku merasa ada yang menyentuh pundakku dari arah belakang.

Dengan segera aku membalikkan badan.

"Leticia?" Kataku heran.

Leticia adalah teman seangkatanku. Dia seorang imigran dari Mexico. Sudah 6 tahun dia tinggal di Chicago. Orang tuanya mengajak dia dan kedua adiknya yang masih kecil untuk tinggal di AS untuk memperbaiki perekonomian keluarga mereka. Mendapatkan kehidupan yang lebih layak. Tetapi sayang, 2 tahun yang lalu ayahnya mengidap penyakit keras. Orang-orang bilang penyakitnya menular. Oleh karena itu ia banyak dibuli dan dijauhi. Sebab, orang-orang berpikir ia bisa menularkan penyakit yang diderita oleh ayahnya kepada orang-orang di sekitarnya.

Tentu saja aku tidak percaya! Padahal menurutku, dia adalah anak yang cukup baik dan manis. Aku tidak berani menjauhinya. Walaupun begitu, kami juga tidak terlalu dekat dan jarang sekali berbicara di luar pelajaran sekolah. Aku juga mengetahui cerita ini hanya dari gosip-gosip yang berseliweran dan sebagian lagi dari Malta. Jadi, aku tidak terlalu yakin bahwa berita penyakit menular itu benar adanya.

"Larry, apa aku...bisa pinjam buku catatan sejarahmu? Ada yang tidak aku mengerti di pembahasan sebelumnya dan aku lupa untuk mencatat selama jam pelajaran," pintanya.

Aku sedikit heran. Mengapa ia memilihku dari sekian banyak teman kelas sejarahnya. Lagi pula, catatan pelajaran sejarahku juga tidak terlalu lengkap dan tulisanku tidak terlalu bagus.

"Oh, boleh saja. Tapi tulisanku kurang bagus," kataku.

"Oh, itu bukan masalah, kok!"

"Ya sudah kalau begitu. Aku ambil dulu bukunya, ya!"

Aku membuka lokerku kembali untuk mencari buku catatan sejarahku. Kemudian memberikannya kepada Leticia.

"Terimakasih! Akan aku kembalikan besok," katanya sambil tersenyum.

"Tidak harus terburu-buru! Lagipula pelajaran sejarah masih beberapa hari lagi."

"Tidak apa-apa. Siapa tahu mau kau baca," katanya memberi alasan. "Kalau begitu, aku pergi dulu. Sampai jumpa!" Dia pergi setengah berlari menjauhiku.

AMBISIUS : My Brother's Enemy [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang