3- SUBHANALLAH, GUS!

3.5K 354 5
                                    

Semakin bertambah iman seorang hamba, semakin bertambah pula cintanya pada wanita.

Wa minhu dzu fathin

Wa dzu kasrin wadhom

Ka aina amsi haishu wassakinu kam

Abida berjalan cepat ke arah lapangan ketika melihat adiknya yang katanya lagi sakit itu malah dihukum dan sedang lalaran kitab Alfiyah. Adiknya baru sampai di bait ke 22 kitab Alfiyah bab Mu'rab dan Mabni.

"Shaka... Kamu kenapa dita'zir?!"

Abida menghampiri dengan muka bingungnya. "Kakak juga tadi izin ke asrama santri buat jemput kamu malah nggak ada!"

Perempuan itu mengalihkan pandangannya ke arah Khair yang sedang duduk selonjoran seraya mengawasi adiknya sambil memakan ubi Celembu.

Benarkah dia seorang Gus?

"Maaf, tapi adik saya lagi sakit?"

Khair menengok seraya mengunyah makanannya. "Hm.... Sakit hati bukan sakit badan." Ada jeda. "Dia pacaran."

Abida tercengang. "Loh? Yang bener, Ka? Kata Abi, kamu---"

Shaka berhenti lalaran lalu menatap kikuk Abida. "Tadi Abi ditelpon terus belum selesai ngomong udah dimatiin."

Khair tertawa bebas. "Masih mending saya hukum kayak gini. Daripada lalaran Alfiyah sambil keliling lapangan diliatin seluruh santri, si cowok sambil dorong ceweknya yang ada di gerobak terus di depan tubuhnya ada papan tulisan gede suami istri."

Abida sedikit menyiniskan matanya lalu berbalik melihat ke arah Shaka. "Kenapa kamu bisa pacaran, sih?!"

"Namanya cinta."

"Namanya nafsu."

Spontan Abida menggelengkan kepalanya ketika kedua pemuda itu menyahutinya secara bersamaan.

Khair membuang kulit ubi ke tong sampah. "Itu namanya bukan cinta, namanya nafsu!" Ada jeda. "Kalo cinta sebelum halal bilangnya ke Allah bukan ke orangnya."

Shaka menundukkan pandangan. "Afwan, Gus...."

Khair melirik sepatu Abida. "Ngapain kamu di sini? Ini lapangan santri bukan santriwati."

"Karena saya mau jemput adik saya tadinya!"

Khair tertawa sinis. Shaka yang sudah tahu sikap Gusnya itu hanya menghela napas.

"Udah saya bilang nggak usah dijemput, kan?" Khair menaikan sebelas alisnya ketika Abida terus memperhatikannya dengan bingung. "Oh? Kamu suka ubi juga? Gih, ambil. Kata Abi nggak boleh pelit. Btw, ini makanan kesukaan saya."

Abida dan Shaka saling melirik. Shaka memberi kode lewat tatapan mata jika memang seperti itulah sikap Khair.

Abida menunduk. "Maaf, tapi sepertinya saya ragu kalo kamu seorang Gus."

Refleks bibir Shaka berkedut menahan tawa dan memalingkan wajahnya melihat Khair yang terlihat terkejut.

"Kenapa kamu bisa berpikir kayak gitu?"

Pahala Surgaku✓Where stories live. Discover now