35- TENGKAR, RETAK & TALAK

1.8K 168 10
                                    

Orang bodoh itu mudah percaya, orang berilmu itu menimbang-nimbang dan orang berakal itu merenungkan dalam-dalam.

BUGH

Semua berteriak histeris tatkala Shaka begitu mudahnya melayangkan tonjokan ke Khair di depan mereka semua.

Shaka menggeram marah lalu cowok itu menarik lembut tangan Abida.

"Ini perempuan saya dan Abi saya, Gus. Kakak saya perempuan satu-satunya yang ada di hidup saya setelah Umi meninggal." Shaka memalingkan wajah ketika Khair menahan sakit akibat serangan yang dirinya terima tiba-tiba.

"Waktu itu janji gak bakalan nyakitin hatinya. Tapi sekarang? Saking sakitnya Kakak saya, dia gak berani nampakkin air matanya di hadapan kamu, Gus."

Shaka mengangkat tangan Abida. "Untuk saat ini, Abida saya ambil."

Shaka memandang dingin Khalisa. "Lucu banget drama ini. Kalo udah saling tau dari dulu, kalo Kakak udah tau dari dulu kenapa gak bilang aja ke Khair? Tanpa sadar, selama ini kalian udah mendekati zina."

"Maaf dan terimakasih. Saya pamit."

Hening. Tak ada yang berbicara ketika kedua orang itu pergi dari pandangan mereka semua.

Rafa mengusap wajahnya gusar sedangkan Sarah memapah tubuh anaknya.

"Ambil keputusan terbaik, Khair...."

"Yakinkan lagi perasaan kamu. Jangan gegabah yang bakalan bisa bawa rasa sesal di akhir."

"Umma nggak izinin kamu menikahi Khalisa!"

Khair memandang Sarah dengan tatapan protes.

"Orang tua mana yang gak sakit, tau kalo anaknya mau dibunuh, Khair?" Sarah mulai meneteskan air matanya. "Kejadian itu udah lama tapi rasa sakit itu masih utuh di dalam hati Umma yang ngelahirin kamu."

"Umma udah maafin tapi gak bisa lupakan kejadian itu."

"Maaf kalo selama ini kita selalu over sama kamu."

"Umma nggak mau kejadian yang lalu ke ulang lagi."

"Untuk apa menyatakan cinta kalo sudah halal sama yang lain?"

Farel datang bersama Rasyid dengan tatapan tajamnya.

Khair menipiskan bibirnya. "Bukannya tadi juga anta ngelakuin itu?"

"Benar. Tapi konsepnya beda. Supaya kamu gak salah paham lagi sama saya!"

Farel mendekat lalu terkekeh sinis. "Buat apa nyatain perasaan untuk Khalisa sedangkan kamu udah punya istri? Supaya dibalas perasaannya?" Farel memandang Khalisa dengan tatapan malas.

"Emang udah ke bales dari dulu. Tapi cinta gak harus memiliki, gak semua cinta juga harus diungkapkan."

"Saya nahan rasa ke Abida bertahun-tahun dan saya mampu untuk gak mengutarakan. Karena saya tau, kebahagiaan saya pun ngeliat dia bahagia sama kamu. Tapi sekarang Abida udah gak ngerasain itu sama kamu. Meskipun kesempurnaan cinta adalah bisa miliki apa yang kita cintai."

"Ambil keputusan terbaik kamu, Khair. Lebih baik ceraikan anak saya. Gak masalah Abida kecewa besar untuk saat ini. Karena itu lebih baik daripada bakalan terus merasakan kekecewaan itu setiap hari ketika ngeliat kamu sama Khalisa."

Khalisa.... Perempuan itu sudah menangis tapi tak ada satupun orang yang peduli. Seolah-olah objek yang mereka minati hanyalah Abida. Bahkan keluarga kandungnya pun tak peduli. Perempuan itu tak tahu letak kesalahannya di mana.

"Abi...."

Panggilan itu lolos dari bibir mungil Khalisa.

"Khalisa gak tau apa salah Khalisa kenapa bisa dibuang sana-sini. Bisa jelasin ke Khalisa?"

Pahala Surgaku✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang