5- UBI CILEMBU NOMOR 1

2.9K 326 1
                                    

"Perbedaan perempuan biasa sama istri saya.... Kalo perempuan biasa cuma cantik tapi kalo istri saya jamilatan jiddan."

Abida memakan dengan kalem seraya sesekali membalas pertanyaan calon mertuanya sedangkan Khair hanya diam.

"Bi...."

Rafa menengok. "Kenapa?"

"Nggak ada ubi?"

Reflkes Abida yang sedang memakan itu tersedak dan memandang lurus pemuda itu dengan senyum masamnya.

"Apa saya harus siapin ubi juga untuk kamu?"

"Harus! Karena ubi Cilembu nomor satu," jawab Khair seraya memasukkan tangannya ke kantong celana.

"Kenapa saya harus nurut?"

Khair menajamkan pandangannya. "Karena kamu---"

Abida mengangkat sebelah alisnya. "Baru calon, kan?"

Sarah tersenyum mencoba membujuk anaknya itu. "Ini enak, masakannya Abida. Kamu nggak mau?"

Khair memandang ragu makanan itu. "Bener masakan kamu? Saya kira pesen di resto."

Kontan bibir Abida berkedut menahan sumpah serapah yang ingin diutarakan.

Khair mulai mengambil nasi lalu lauk dan mulai menyantapnya dengan tenang.

"Hm..." Khair mengunyah makanan tersebut. "Tetep aja mau ubi Cilembu!"

Ersha menggelengkan kepalanya. "Apa yang tadi belum cukup?"

Refleks Khair mencibir. "Baru makan seperapat udah diambil!"

Khair mulai menyantapnya lagi. "Bidadari...."

Hamzah mesem. "Panggilannya...."

"Ya?"

"Masakanmu enak---"

"Beneran cocok buat jadi zaujati."

•|•

"Khair, aku cantik nggak?"

Para perempuan yang berada di koridor terus membuntuti seorang Khairul Khan yang selalu acuh dengan keadaan sekitar.

Cowok itu berdecak seraya menatap sinis ponsel mereka yang menyorot kepadanya.

"Cantik."

Singkat, padat dan jelas itulah balasan Khair untuk para perempuan tersebut. Hal hasil cowok itu makin melangkahkan kakinya dengan cepat menuju kelas membiarkan para perempuan berteriak histeris dan mengirim video ke seluruh sosmed yang mereka miliki.

Sudah dibilang, jika pemuda itu tak berani menjelekkan ciptaan-Nya.

Antesinya terhenti di Abida yang sedang melihat pemandangan itu dengan wajah terkejutnya seraya menenteng sebuah buku.

"Bidadari...."

Panggilan Khair mampu membuat Abida terhenti menuju kelas.

"Ya, Khair?"

Pahala Surgaku✓Where stories live. Discover now