4- KHITBAH

3.1K 348 2
                                    

"Cinta bukan hanya soal dua hati yang saling kesemsem. Di luar itu ada dua keluarga yang perlu di pertemukan dan ini seringkali tidak diperhitungkan."
-Syekh Nazami-

"KHAIR!!!!"

Panggilan dari Ersha itu membuat Khair mengusap kupingnya dan mencebikkan bibirnya lantaran kesal dengan sang kakak.

"Apaan, sih, Kak?"

Ersha menggelengkan kepalanya melihat adiknya yang sangat asik memakan ubi Cilembu sampai-sampai lupa jika cowok itu sedang memasak air.

"Itu kompor kalo Kakak nggak tengok pasti udah gosong!" Sembur Ersha seraya menjauhkan ubi itu dari Khair.

"Siniin, Kak!" Khair merengek minta dikembalikan punyanya seperti kebiasannya sehari-hari.

Cowok itu anak bontot kesayangan keluarga.

"Nggak! Mau Kakak aduin ke Abi!"

"Lagian kamu mau ngapain masak air?," Tanya Ersha jutek.

Khair berdecak. "Karena mau, Kak! Emang karena apa lagi?"

Kontan Ersha melemaskan bahunya. "Kamu..."

"Udah, lah! Biar Abi aja yang bilangin kamu." Ada jeda. "Oke! Kakak tau kamu anak bontot dari lima bersaudara, tapi nggak gini juga!"

"Apa-apa seenaknya. Ditanya tujuannya apa, jawabnya selalu, ya karena mau."

"Ada apa ini ribut-ribut?," Tanya Pasha sang kakak tertua yang habis pulang dari kantor.

"Ini, loh, Bang... Si Khair masak air tapi diem aja kayak putri Solo."

Khair duduk kembali lalu mulai membuka ponselnya.

"Khair...."

Pasha tersenyum. "Bener begitu?"

"Menurut anta?"

Pasha mengembuskan napasnya. "Jangan ulangi lagi, ya?"

"Kasih pelajaran, tuh!" Usul Ersha yang sangat kesal.

Khair memeletkan lidahnya. "Bilang aja iri nggak jadi anak bontot."

"Khair...." Ersha menggeram marah.

"DEK! TEBAK KAKAK BAWAIN APA BUAT KAMU?!!!"

Asyabila datang dari arah tangga seraya membawa bingkisan. Perempuan itu sehabis mandi.

Pasha menggelengkan kepalanya merasa pening. "Udah, lah! Abang ke kamar dulu."

Asyabila memandang Pasha dengan wajah bingung. "Ada apa, sih?"

"Tuh! Tanya aja sama Khair!" Sahut Ersha seraya pergi dengan membawa ubi milik adiknya.

"Buat ulah lagi?"

"Hm..."

Asyabila tersenyum lembut dan duduk di samping adiknya lalu mengusap rambut cowok tersebut. "Nggak papa. Kamu, kan, masih kecil."

Pahala Surgaku✓Where stories live. Discover now