11- MALAM ZAFAF

3.4K 329 9
                                    

"Teruntukmu, Ning. Saya nggak tahu ke depannya seperti apa. Namun berjodoh denganmu suatu kebahagiaan yang nggak bisa saya utarakan, timur, barat dan selatankan."

Abida tetap setia di samping Khair meski cowok itu memilih untuk dipeluk oleh Sarah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Abida tetap setia di samping Khair meski cowok itu memilih untuk dipeluk oleh Sarah. Wanita itu menangis kencang begitu pula dengan Rafa yang terus mengerjapkan matanya agar tangisnya tidak keluar.

"Jagain Abida, ya... Jangan sakiti istri kamu." Sarah melihat wajah anaknya lalu mencium seluruh wajah Khair dengan sayang.

"Umma nggak nyangka malam ini kamu udah nggak ada lagi di kamar."

Qayla serta Rasyid yang melihat itu hanya bisa tersenyum maklum.

Cowok itu menguraikan pelukannya lalu mencium pipi Sarah. "Khair sayang Umma."

Rafa memasang wajah cemburunya. Khair yang melihat itu tertawa pelan lalu menghambur ke dalam pelukan Rafa.

"Khair sayang Abi Rafa."

Hamzah hanya bisa menghela napas lagi dan lagi.

Asyabila berdehem. "Jadi, mau kapan pulangnya?" Ada jeda. "Bareng aja, ya?"

Khair mengangguk sedangkan Ersha sudah mengibaskan tangannya. "Pindah lima langkah dari rumah aja udah begini, astaghfirullah...."

Refleks Shaka sudah tertawa ngakak begitu pula dengan Abida yang tertawa merdu.

Khair memasang wajah juteknya. "Emang. Abi, kan, alay, kalo Umma emang lembut hatinya."

Rafa melototi anaknya itu. "Terus aja satu circle sama Ummamu!"

•|•

Abida duduk di pinggiran ranjang seraya memperhatikan Khair yang sedang menaruh baju-bajunya di lemari.

Memang sebelum hari H semua barang sudah terisi di rumah ini, hingga mereka tak perlu capek-capek lagi untuk menatanya. Hanya perlu mengambil pakaian saja.

"Ning? Nggak mau mandi?"

"Eh?"

Abida benar-benar terlihat gugup sekarang. Jantungnya berirama tak beraturan. Bayangkan saja, Abida dan Khair hanya berdua di dalam rumah megah yang terbangun dari empat lantai.

Khair berdehem seraya menggesekkan hidungnya. "Atau saya dulu yang mau mandi?"

Abida menundukkan kepalanya. Benar-benar malu. Tidak tahu harus apa.

Pahala Surgaku✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang