•06. Si Pengecut II•

19.3K 2.1K 186
                                    

Aku sering dikecewakan. Membuatku bertanya-tanya, apa aku juga sering mengecewakan orang lain? -Ratih

 Membuatku bertanya-tanya, apa aku juga sering mengecewakan orang lain? -Ratih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lo kayak anak perawan aja deh, Den. Sans aja," cibir Alex sambil memberi lirikan pada Kai. Sebuah kode. Barra mengamati dua temannya itu yang saling lempar kode.

Raden sendiri, hanya diam. Rokok di tangannya sudah habis ia isap.

"Gimana? Rasanya ena-ena pertama kali? For the first time? Nggak mengecewekan banget 'kan?" tegur Kai basa-basi seraya melingkarkan tangannya di bahu Raden.

Laki-laki itu menepis tangan Kai. "Nyesel gue."

"Anjay! Nyesel dia!" beo Alex dengan gelengan kepala tak setuju. "Elo kurang bersyukur, Den! Seharusnya nih lo malah kesenengan udah dapet jackpot."

"Raden itu nggak bisa disamain sama cowok modelan kayak kita bertiga," ujar Barra setelah cukup lama hanya diam saja di sana. "Dia bukan tipe cowok bangsat. Raden itu kalem, Cuy."

Kalem. Tetapi, tidak menolak juga.

Yah, kucing mana sih yang nolak sewaktu dikasih ikan. Pastinya disambar lah.

Kemarin malam merupakan malam terbodoh di hidup Raden, ia terbawa suasana. Hilang kendali karena minuman alkohol pertama yang ia teguk. Marah, kecewa, kesal pada diri sendiri semua ia lampiaskan pada tubuh Ratih.

"Sumpah! Gue nyesel!" Raden mengusap wajahnya. "Cariin gue mesin waktu. Gue mau putar balik waktu sekarang juga."

"Ya, mana bisa, Bro."

"Bisa aja," ujar Barra dengan raut wajah datar, ia lalu menambahkan kalimatnya. "Gih, lo pergi ke Jepang sono. Ketemu sama Doraemon terus lo pinjem dah tuh mesin waktunya. Beres deh masalah yang lo punya itu."

"Jancik," Raden komat-kamit tidak tenang. Andaikan yang ditidurinya itu Killa, pasti Raden akan memohon-mohon akan menikahi perempuan itu. Dan Raden aku mengharapkan Killa hamil anaknya. Nah, ini yang ditidurinya, bukanlah seseorang yang Raden cintai. Tentu saja ia menyesal seumur hidupnya. Ditambah sudah melepaskan malam pertamanya. Belum menikah, tapi sudah pernah malam pertama dengan perempuan lain. Sungguh terlalu!

"Lo takut apa, sih? Udah lah. Udah berlalu juga," ucap Kai dengan tanpa dosanya itu.

"Kalau Ratih hamil gimana, huh? Mikir!" Raden menunjuk ke kepalanya.

"Ya, nikahin lah, Bro. Malah enak. Tiap hari dapet jatah, bentar lagi kita juga udah lulus kok."

"Bangke," Barra menyahutinya. "Nggak semudah itu, Bambang!"

Barra tidak pernah membayangkan akan bisa menikah muda. Setelah lulus SMA, masih banyak hal yang perlu ia capai. Maka dari itu, Barra sangat berhati-hati dalam menjaga sikap.

"Ya, dibuat mudah aja lah."

"Ada yang sulit, kenapa harus dipermudah?" celetuk Alex sambil mengeledah isi tasnya. "Tenang aja. Gue punya ini," ujarnya mengambil sesuatu dari dalam tas lalu melemparkannya pada Raden. "Suruh Ratih minum itu."

BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang