•05. Si Pengecut•

20.6K 2.2K 202
                                    

Perasaan bersalah itulah bagian dari penyesalan. -Raden

VOTES-NYA KOK MULAI MENURUN, SIH?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

VOTES-NYA KOK MULAI MENURUN, SIH?

"Raden tumben nggak masuk sekolah," ucap Barra pada Alex dengan tenang seraya mengeluarkan buku pelajaran dari dalam tasnya. Apa Raden tahu, kalau Killa tidak masuk sekolah? Maka dari itu, ia ikut-ikutan?

Ruang kelasnya hari ini cukup lenggang, sepi. Ada 3 siswa yang tidak masuk sekolah yaitu Killa, Ratih, dan Raden.

"Mabok dia, kemarin habis party," Kai yang menjawab sambil memainkan game online di ponselnya.

"Bisa minum alkohol juga dia? Ck," cibir Barra. "Biasanya selalu sok gaya nolak-nolak, mau juga 'kan."

"Kemarin tuh party terseru, Barr! Sayang banget lo nggak ikut gabung."

"Hem...." Barra hanya menanggapinya dengan dehaman pelan.

"Lo ada urusan apa, sih?" tanya Alex penasaran.

"Ya, ada sesuatu lah," jawab Barra tidak ingin memperjelas apa yang dilakukannya kemarin. Ia lebih memilih menghabiskan waktunya bersama dengan Killa, daripada dengan teman-temannya.

"Sesuatu yang penting banget, huh? Sampai rela ngeduain kita-kita ini?" selidik Alex dengan tatapan memincing tajam.

Barra menarik napas. "Iya, penting banget dan nggak bisa gue tinggalin karena berhubungan sama nyawanya seseorang."

"Sok pahlawan banget deh lo, Barr!" semprot Kai dengan sinis.

"Emang beneran lo pacaran sama Killa? Yang lo maksud barusan itu Killa 'kan?" Alex mendekatkan dirinya pada Barra. Ia berganti tempat duduk, memilih menduduki kursi kosong milik Raden. "Lo.... yakin sama cewek penyakitan itu? Please, Barr! Jangan mau dimanfaatin sama dia."

Barra memutar bola matanya dengan malas. "Itu bukan urusan elo, Lex."

"Barra itu udah lama suka sama Killa," ujar Kai dengan senyum miring. "Iya 'kan, Bro?"

"NGACO!" elak Barra salah tingkah. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya. "Nggak mungkin lah gue suka sama dia. Gue tuh cuma.... apa yah, mainin dia doang."

"Nah, bagus deh kalau gitu," ujar Alex tenang. "Eh, tapi kalau mau mainin cewek, yang rada berbobot dikit napa. Kayak Ratih, contohnya. Udah mukanya cantik, body goals banget, pinter lagi. Lo salah pilih mangsa deh, Barr."

"Raden malah yang dapet jackpotnya, hahaha," timpal Kai. "Enak bener tuh bocah bisa ena-ena sama Ratih."

"WHAT?!" Barra memutar tubuhnya menjadi menghadap ke arah Kai dengan dua bola mata yang melotot tajam. "Lo bilang apa barusan?"

BersamamuWhere stories live. Discover now