CLBK 20

20.5K 2.9K 341
                                    

Langit memanggil semua asisten rumah tangganya. Menanyai satu per satu dengan ekspresi dingin tanpa ampun. Sebenarnya dia sudah tahu siapa yang dia tuju. Tapi dia hanya butuh kejujuran.

"Maaf Den, sebenernya kemarin Non Tiara sempet ke rumah." Asisten rumah tangga yang bernama Nia bersuara.

Beberapa asisten rumah tangga memang mengenal Tiara. Apalagi yang sudah lama bekerja di rumahnya. Dan mereka tahu bahwa Tiara adalah tamu yang tidak diperbolehkan masuk sesuai instruksi Langit. Cowok bermata tajam itu masih menatap Nia menunggu kelanjutannya.

"Tapi cuma sebentar. Dia ...." ucapan Nia menggantung lalu menoleh pada Ambar. Langit mengikuti arah pandang Nia.

Asisten rumah tangga yang bernama Ambar menunduk dalam. Ambar baru saja bekerja di rumahnya sekitar 2 bulan. Hal yang tidak biasa jika Ambar mengenal Tiara.

"Ada yang mau lo jelasin?" tanya Langit pada Ambar.

Jelas Ambar terlihat ketakutan. Bahkan untuk menjelaskan bibirnya kelu terlampau takut.

"Siapa yang nemuin ponsel gue kemarin?"

"Ambar, Den. Terus saya yang ngasih ke Den Langit," jawab asisten rumah tangga yang lain.

"Kemasi barang lo! Gue nggak butuh penjelasan lagi. Soal gaji, nanti pak Harun yang urus." Langit bicara sangat tegas pada Ambar dan meninggalkan mereka.

Suasana hati Langit sedang tidak baik. Dia tidak menyangka Tiara merencanakan sejauh ini. Bahkan menyelundupkan asisten rumah tangga ke rumahnya.

Langit menjatuhkan diri ke sofa biru di dalam kamarnya. Tangannya mengetuk-ngetuk sofa memikirkan apa yang harus dia lakukan pada Tiara. Emosi tengah menyelimutinya. Tapi di sisi lain dia menyadari lebih baik mencari cara untuk kembali pada Lovatta dari pada sibuk memikirkan Tiara. Lagi pula masalah chat itu sudah bukan masalah utama.

Masalah utamanya sekarang adalah dia dan Lovatta putus. Dia harus memutar otak agar bisa kembali dengan Lovatta. Dia tidak seyakin waktu itu. Kini dia ragu Lovatta mau kembali dengannya meski pelaku utama yang membalas chatnya sudah ditemukan.

***

Latihan basket semakin rutin dilakukan karena sebentar lagi akan ada pertandingan dengan sekolah lain. Sekarang bisa seminggu 3x termasuk hari Sabtu.

Sore ini selepas pulang sekolah, Lovatta sudah standby di lapangan. Dia makan donat yang dia beli di kantin saat istirahat kedua. Duduk di pinggir lapangan dengan santainya sembari mengamati sekeliling yang masih ramai.

"Sendirian?" Senja tiba-tiba duduk di samping Lovatta.

"Ngagetin aja! Belum pulang?"

"Baru mau pulang. Lo ngapain udah di sini?"

"Nggak pa-pa, males aja nunggu di kelas."

"Via?"

"Udah pulang duluan. Ngapain nanyain Via, hayo?"

"Dari pada nggak ada pertanyaan, tar ngobrolnya cepet kelar."

"Idih."

"Capek ya latihan terus?" tanya Senja.

"Kayaknya pertanyaan itu lebih cocok buat lo tanyain ke Langit. Kalau gue kan cuma jadi asisten Pak Gunarso."

"Gue seneng hubungan lo sama Langit membaik."

Lovatta mengangguk mantap dengan binar mata memperlihatkan kebahagiaan tanpa perlu bicara. Semua juga akan tahu luapa perasaan apa yang tengah cewek imut itu rasakan. Mata Lovatta adalah cerminan perasaannya.

"Kalian juga kan?" tanya Lovatta.

"Ya."

"Gue seneng kalian balik lagi kayak dulu."

LANGIT KALA SENJA (Revisi)Where stories live. Discover now