29 END

450 36 5
                                    

Bab 28 silakan baca di karyakarsa ainunufus judulnya LANGIT KALA SENJA BAB 28. Ad ektra part trio badai juga.

***
Libur kenaikan kelas berlalu, hampir sebulan siswa-siswi SMA Gemintang tak saling bertemu. Hanya gosip tentang Tiara yang menyebar pesat. Tiara tak lagi sekolah di SMA Gemintang. Gosip yang beredar beragam dan taka da yang benar. Hanya orang-orang tertentu yang tahu alasan Tiara tiba-tiba hengkang dari SMA swasta favorit itu.

Lovatta sangat terbantu dengan adanya libur sekolah, sehingga dia bisa menghindar dari Langit. Cowok yang sampai saat ini nyatanya tak bisa dilepaskan dari hatinya. Meski sudah sebulan berlalu tapi Lovatta masih belum bisa move on dari kenangan. Pernah bersama merajut kenangan tak bisa begitu saja hilang dari ingatan.

Dengan langkah pelan, Lovatta dengan rambut tergerai memasuki lobi. Tas berwarna biru melekat di punggungnya. Dia merasa ada yang mengikuti tapi saat dia menoleh ke belakang, tak ada siapa pun yang mencurigakan. Sekolah masih sepi, hanya murid-murid baru yang sudah berkeliaran di area gedung.

Lovatta kembali melangkah masuk menuju kelas barunya. Ya, dia tak perlu lagi menggunakan lift karena kini dia naik ke kelas XII. Di mana kelasnya terletak di lantai satu. Lovatta mendekati papan pengumuman mencari namanya berada di kelas berapa.

Matanya melebar saat namanya ada di bawah nama Langit. Tak menyangka Langit masuk kelas unggulan. Jantungnya tiba-tiba jadi berdetak lebih cepat. Dia panik, bingung bagaimana harus bersikap. Menghadapi mantan setiap hari tak ada dalam prediksinya.

"Hei, kita sekelas." Lovatta terlonjak kaget melihat keberadaan Senja. Buru-buru dia melihat ke papan pengumuman dan benar ada nama Senja di sana dan ada nama Kala. Tiga orang itu seolah tak bisa dipisahkan

Lovatta kembali kaget tapi kali ini mampu menyembunyikan ekspresinya. Dia menunduk sebelum bertatap muka dengan Langit. Dari jauh dia sudah bisa mencium parfum Langit. Seketika dia mengambil langkah seribu. Dia tak sanggup bertemu Langit karena sampai saat ini dia belum bisa move on.

Sesampainya di kelas Lovatta bingung akan duduk di sebelah mana dan dengan siapa. Dia belum sempat melihat siapa saja teman sekelasnya. Lovatta memuku-mukul pelan kepalanya sendiri. Merasa bodoh sekali. Panik hanya karena Langit. Padahal dia sendiri yang memilih jalan yang diambil.

Lovatta meletakkan tasnya di meja nomor dua dekat jendela. Duduk dan merebahkan kepalanya di atas meja. Dia belum siap bertatap muka dengan Langit lagi. Rsanya grogi setelah cukup lama tak bertemu dan tak saling berkirim pesan. Rindu yang menumpuk seakan sudah berada di ubun-ubun siap meledak.

"Wei, kita sekelas," seru Kala sembari memukul meja Lovatta.

Terpaksa Lovatta mengangkat kepalanya dan saat itu juga dia melihat Langit tersenyum padanya. Rasanya seperti mimpi. Lovatta mengucek matanya tapi Langit masih di sebelah Kala dan tersenyum padanya.

"Gue duduk belakang lo ya?" tanya Kala tapi Langit lebih dulu meletakkan tasnya di atas meja di belakang Lovatta.

"Yah, curang lo!" seru Kala lalu memilih duduk di belakang Langit.

Punggung Lovatta terasa berlubang ada Langit di belakangnya. Dia jadi duduk duduk tak nyaman, gelisah merasa diamati. Diam-diam Lovatta mencuri dengar obrolan Trio Badai di belakangnya. Dia bernapas lega merasakan keakraban Trio Badai yang kembali seperti semula. Rasanya jadi tak sia-sia melepaskan. Semua kembali menjadi baik, hanya hatinya saja yang tak baik-baik saja.

"Lova, lo lama nggak ketemu nggak kangen apa sama pacar?" seru Kala.

"Hah?" Refleks Lovatta menoleh ke belakang.

"Iya, lo nggak kangen sama Langit. Kan selama liburan dia nggak di sini," sahut Senja.

Lovatta melirik Langit yang hanya diam tanpa ekspresi. Entah apa yang ada di benak cowok itu. Lovatta tak bisa memahami. Lovatta pun nyengir daripada salah jawab. Benaknya berkecambuk mengulang perkataan Kala. Jelas-jelas dia dan Langit putus, walaupun tak banyak yang tahu karena setelah putus mereka libur sekolah. Tapi tak mungkin Kala sebagai sahabat Langit tak mengetahuinya, pikir pikerta.

"Asyik ya kita bisa sekelas lagi," ucap Senja.

"Asyik lagi yang bisa sekelas sama pacarnya." Kala menyenggol lengan Langit.

Lovatta berpikir Langit masih belum mengatakan yang sebenarnya pada Kala dan Senja. Dia tak tahu maksud Langit melakukan hal itu. Lovatta kembali menghadap ke depan tapi dia kaget ada benda yang menyentuh punggungnya. Lovatta pun menoleh ke belakang.

"Diem, hadap depan," ucap Langit dan Lovatta mematuhinya.

Ternyata Langit menuliskan sesuatu di punggung Lovatta dengan penggaris. Lovatta merekam setiap huruf yang tertulis di punggungnya. Bibir mungilnya tanpa sadar tersenyum melengkung ke atas.

I LOVE U

"Gue cuma ngelepas lo untuk Tuhan bukan untuk yang lain. Dan gue lebih percaya ekspresi lo dari pada bibir lo," bisik Langit yang kini sudah berdiri berada tepat di belakang Lovatta yang menegang.

"Pulang sekolah temuin gue di lapangan basket!" bisik Langit lagi.

"Kalian bisik-bisik apa?" Ledek Kala dan membuat pipi Lovatta semakin bersemu merah.

            Waktu dan jarak nyatanya tak mengikis rasanya untuk Langit. Yang ada hanya rasa yang tertahan dan berusaha diabaikan. Kini saat jarak semakin dekat tak bisa dielakan lagi rasa itu nyata.

***

END & THANK YOU SO MUCH
Akhirnya aku bisa menyelesaikan cerita ini ❤️❤️

LANGIT KALA SENJA (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang