CLBK 8

26.3K 3.4K 455
                                    

Lorong ramai anak-anak yang tidak sabar untuk segera pulang, termasuk Lovatta. Tapi dia masih mencari Senja untuk bilang bahwa dia mau nonton bareng cowok itu. Sekalian dia ingin membuat Langit cemburu meski itu mustahil.

Bola mata Lovatta memutar melihat Senja bersama Langit dan Kala. 3 cowok itu memang sulit dipisahkan. Mereka seolah berniat ingin menjadi pusat perhatian. Tidak cukup satu orang tapi sekaligus tiga cowok siap menyedot perhatian para cewek di SMA Gemintang.

"Senja," panggil Lovatta cukup keras hingga tidak hanya Senja tapi beberapa murid pun ikut menoleh.

"Ya, Lov?"

"Gue jadi mau nonton," ucap Lovatta dengan kepala menengadah karena Senja terlalu tinggi untuknya. Trio Badai memang tinggi-tinggi padahal masih kelas XI.

"Serius? Mau kapan?"

"Kapan aja bisa."

"Belajar bukannya nonton," celetuk Langit dan Lovatta hanya melirik jutek.

"Besok sore?" tanya Senja.

"Boleh," jawab Lovatta dengan senyum ceria.

"Bawa baju ganti aja jadi pulang sekolah langsung nonton," ucap Senja.

"Ok, ok. Bye bye." Senyum Lovatta makin lebar.

Tiba-tiba saja Langit menyentil pipi Lovatta. "Biasa aja."

"Aw.... Sakit, Langit!"

"Gue sama Kala juga belum nonton, kita nonton bareng aja besok," ucap Langit sembari menatap Kala mencari sekutu.

"Ya, bener. Rame-rame lebih seru," balas Kala.

"Ya udah, kita berempat besok nonton," ucap Senja.

"Nggak mau, kita berdua aja," ceplos Lovatta lalu sadar akan kebodohannya dia pun menutup mulut. Lagi-lagi dia terlihat murahan. Lovatta menyesalinya tapi nasi sudah menjadi bubur.

"Eh, maksud gue, gue berdua mau ngajak Via gitu." Ralat Lovatta lalu nyengir. "Biar rame sekalian."

"Boleh. Bentar gue cek jadwal."

"Jangan harap lo bisa nonton berdua Senja," bisik Langit saat Senja sibuk mengecek jadwal bioskop.

Lovatta mengerutkan kening, bingung dengan kelakuan Langit. Semakin menyebalkan tapi tidak bisa diabaikan. Jantungnya masih saja berdetak cepat padahal Langit membisikkan kata-kata yang bikin kesal. Suara Langit yang berat benar-benar menghipnotisnya dengan mudah, membuatnya meleleh dan jadi cewek bodoh tanpa butuh waktu lama.

"Oke, gue udah dapat nih. Via beneran bisa nonton?" ucap Senja.

"Beli aja ntar gue ganti, gue aja yang bayar semua tiketnya," ucap Langit.

"Woa, hatinya ada yang lagi bahagia nih sampai nraktir kita nonton, Sen," ucap Kala.

"Syukurlah. Gue capek lihat mukanya kaku terus dari kemarin," balas Senja.

"Ya udah lo pulang naik apa? Lo nggak bawa mobil kan?" tanya Senja.

"Lova pulang sama gue bareng Kala sekalian gue nganterin Kala," ucap Langit menjawab pertanyaan Senja sebelum Lovatta bersuara.

Kala yang sudah dikode Langit pun menimpali. "Yap. Kan dia tetangga gue."

"Gue mau pulang sendiri."

"Udah bareng kami aja," ucap Kala lalu mendorong kedua bahu Lovatta ke depan menuju parkiran tanpa sempat Lovatta mengelak.

"Gue duluan," ucap Langit pada Senja.

"Yoi."

****

"Gue kan mau pulang sendiri," seru Lovatta di dalam mobil.

LANGIT KALA SENJA (Revisi)Where stories live. Discover now