part 24

18.7K 542 13
                                    

1 bulan sebelum pernikahan.

"Sam...."

"Mmmmm?"

"Orang tuamu sudah kamu kabari ? "

Samuel yang sedang konsentrasi memasang bolam lampu di kamar Carolina yang rusak minta diganti dengan yang baru, seketika itu juga terdiam sesaat setelah itu baru bergerak kembali.

" Sudah kok."

" trus..." tanyaku penasaran sambil mengamati Samuel sementara aku duduk bersila di tempat tidurku.

" Mereka tidak bisa hadir..." aku terkejut mendengar jawaban Samuel yang jauh dari perkiraanku.

"Kenapa? Trus...wali kamu siapa? " Aku tidak bisa mengerti orang tua mana yang tega melewatkan pernikahan putra mereka.

" Mereka sibuk dan pengacara ayahku yang jadi waliku. Dia yang selama ini memperdulikanku." Setelah selesai mengganti bolam lampu, Samuel ikut duduk di sebelahku. " Aku tidak keberatan kok mereka tidak hadir, lagi pula aku sudah lama tidak melihat mereka. " sambungnya.

"Kapan terakhir kamu ketemu mereka? " aku menggeser dudukku semakin dekat dengan Samuel untuk menyandarkan kepalaku di bahunya.

" Dirumah saat mereka terakhir kalinya bertengkar hebat sebelum memutuskan bercerai." Tangannya membelai lembut pipiku .

"Kamu tidak merindukan mereka ?" Ku pandangi lekat-lekat kedua matanya berusaha menemukan kebenaran disana.

"Tentu saja aku merindukan mereka." Jawabnya setelah terdiam lama. Samuel mendesah lelah kesedihan terpancar dari wajahnya.

"Aku pernah berusaha menemui mereka, tapi mereka sudah tidak mengenaliku. " Samuel menarik nafas panjang dan menghembuskan secara perlahan untuk mengurangi rasa nyeri dihatinya, matanya menerawang jauh menyiratkan luka dan kesedihan mendalam. " Bagi mereka aku adalah masa lalu yang menyakitkan. " lirihnya pelan .

"Trus bagaimana caramu mengabari mereka tentang pernikahan kita?" Tanganku membelai lembut lengannya yang terkulai dipangkuannya.

" Melalui pengacar ayahku." Aku tergugu dengan jawaban Samuel sesaat hingga akhirnya aku mendapatkan sebuah kesimpulan yang membuatku nekat memberi masukan .

"Bagaimana....jika kamu yang langsung mendatangi mereka?"

Samuel terdiam lama hingga akhirnya aku kembali bertanya " kamu tahu kan dimana ayahmu dan ibumu tinggal sekarang? meskipun mereka sudah berkeluarga sendiri-sendiri."

Samuel akhirnya menganggukan kepalanya tanda dia mengetahui dimana kedua orang tuanya berada.

"Perlu aku temani?"

Samuel memamdangku dengan sorot mata jahil "Jadi....bulan madu kita diajukan nih ceritanya?" Tanpa menyembunyikan cengirannya Samuel mengurungku dengan kedua tangan membuatku otomatis mundur ketengah tempat tidur sambil menghelengkan wajah tanda penolakan untuk ide mesumnya.

"Aku akan sangat senang jika kamu bersedia menemaniku....bagaimana?" Samuel ikut merangkak mendekatiku yang terus mundur kebelakang hingga membentur sandaran tempat tidur dan langsung dicegat oleh kedua tangan saat hendak bergeser kesamping untuk turun dari tempat tidur.

"Emmm....mungkin sebaiknya kamu pergi sendiri saja. " aku berusaha membebaskan diri dari kurungan kedua tangannya sementara Samuel semakin mendekat hingga aku benar-benar terpojok dan tidak bisa kemana-mana lagi. Kedua tanganku berusaha mendorong bahunya untuk menjauh karena bagaimanapun juga saat ini jantungku sudah melaju kencang dengan posisi tubuh kami berdua , siapapun yang melihat akan berpikir jika kami sedang melakukan hal-hal yang iya-iya eh tidak-tidak.

In My Dream (Completed / Selesai)Where stories live. Discover now