part 3

18.9K 566 5
                                    

Kakiku terasa begitu berat namun didalam hati sempat terintas keinginan untuk berlari kearahnya dan memeluknya.

"Oh God I realy love him." Erangku dalam hati.

"Lina?!" seru mami terkejut saat melihatku didepan pintu.

" Kok pulang ?, Kamu nggak kerja?" tanya mami bingung.

"Kerja ma tapi pulang awal." Jawabku , namun mataku tak pernah lepas darinya, dan saat itu juga dia membalikan tubuhnya dan tersenyum ke arahku, namun matanya masih menyimpan kesedihan.

"Hi Carolina..., surprise?" dia tersenyum simpul , jujur....tambah cakep bener-bener bikin lumer. Aku benar-benar terpesona untung kesadaran masih tinggal pada otakku sehingga tidak terlalu memalukan.

"Ha..aaii, Terence..what are you doing here? " tanyaku sambil mengalihkan pikiranku sendiri , namun Terence tidak segera menjawab pertanyaanku , dia hanya memandangku lekat dan tidak bergeming sama sekali, hal itu sukses membuatku semakin gugup dan salah tingkah.

"emm...mami masuk dulu ya Lin, Kamu temani saja Terence , lagi pula sepertinya kamu pulang bukan karena barang ketinggalan. " sela mami memecahkan keheningan masuk kedalam dan tersenyum kepada Terence sebelum menghilang sepenuhnya dibalik pintu .

Suasana cukup canggung sampai akhirnya aku memutuskan duduk ditempat yang sebelumnya diduduki oleh mami.

"Carolina...how are you today? I'm sorry if I surprise you in this morning, but I must to do this ." ucapnya dengan wajah yang berubah serius.

"what happen Terence?, Why you come here?" aku mengerutkan keningku berusaha menebak jalan pikirannya.

" I come here to ask permission to marry you sweet heart." Jawabnya dengan wajah yang datar seolah-olah dia sudah biasa melamar anak orang dan bukanlah perkara besar.

"WHAT!!!!" seruku kaget , jantungku terasa berhenti berdetak selama satu detik namun disusul ribuan detak jantung dalam satu detik. Wajahku terasa sangat panas, mulutku terasa sangat kering , seketika itu aku meremas tanganku sendiri yang sudah menjadi sedingin es.

" Carolina listen to me, I need to get back soon as soon posible to Thaiwan , and I think this is the reason you rejected me yesterday , are you afraid because of the distance between us if I go back to my country ?" Terence mengulurkan tangannya dan menggenggam tanganku , begitu erat dan hangat.

"Therefore I come here to propose and ask you to go back with me as my fiancé." Terance mengucapkannya sambil mengecup tanganku dan tak sekalipun pandangannya lepas dari mataku.

Dadaku begitu sesak, begitu penuh. Aku berusaha menarik kembali tanganku , namun Terence tidak membiarkan tanganku terlepas dari genggamannya.

Dengan susah payah aku menarik nafas berulang kali untuk menenangkan jantung dan hatiku. Segala pikiran dan perdebatan teradi didalam hati dan pikiranku.

Aku hanya tertunduk, tidak ada lagi kekuatan dan keberanian untuk memandang wajahnya, apalagi memandang kedalam matanya. Begitu berat dan menyesakan seolah-olah batu besar yang sedari kemarin bertambah berat beribu-ribu ton.

Tanganku gemetar..badanku gemetar , perutku terasa mual, jangan katakan aku terserang panik saat ini.

Siapa saja tolong keluarkan aku dari keadaan ini...kumohon.....

Tanpa kusadari air mataku mulai mengalir deras namun tidak ada satupun suara yang keluar dari mulutku . Semua kebingunganku semua kepanikanku tumpah berupa airmata keputus asaan.

Tampaknya keadaanku yang begitu kacau membuat Terence menyadari sesuatu, sehingga dia hanya menghembuskan nafasnya dan melepaskan genggaman tangannya. Terence beranjak dari tempat duduknya bejalan ke depanku berlutut dan menarikku kedalam pelukannya yang begitu hangat. Tangiskupun berubah menjadi isakan dan semakin pecah membasahi kemeja yang dikenakan Terence.

In My Dream (Completed / Selesai)Where stories live. Discover now