PART 8

14.6K 508 7
                                    

Hujan turun dengan derasnya membasahi bumi namun suara hujan yang begitu deras itu masih belum cukup untuk menelan teriakan-teriakan yang terjadi didalam rumah itu. Jeritan....pukulan....berbagai suara barang berjatuhan dan pecah membekas dan terpatri hingga lubuk hatinya yang terdalam menyisakan pedih setiap kali hujan turun membasahi bumi seolah ikut menangis bersama.

Malam itu malam terakhir dia melihat orang tuanya bersama meskipun dalam pertengkaran hebat, setelah itu mereka pergi dan tidak ada satupun dari orang tuanya yang berminat untuk membawanya serta.

Hujan telah berhenti namun hujan masih terus turun dihatinya sampai sekarang.

_____________________________________

"Aku benci hujan" gumamku

Aku langkah dengan cepat menuju parkiran mobil. Hingga jarak yang cukup dekat dengan mobil barulah aku membuka kunci mobil dengan remote, kemudian masuk kedalam dengan cepat dan melaju dengan kecepatan tinggi.

Mobilku berhenti tepat di depan lobby hotel, aku segera keluar dan memberikan kunci mobil ke staff hotel. Dengan langkah lebar aku menuju kesebuah ruangan meeting tanpa memperdulikan sapaan orang-orang yang ku lalui .

"Selamat siang semuanya, maaf saya terlambat." Seruku saat memasuki ruangan yang penuh dengan jajaran direksi dan head office sambil menuju ke tempat duduk diujung.

Meetingpun berlangsung dengan tertip dan tidak terasa sudah tiga jam berlalu namun menuai hasil yang sangat memuaskan dan semua perencanaan dan proyek berjalan dengan semestinya.

"Baiklah meeting hari ini cukup sampai disini silahkan lanjutkan pekerjaan kalian." Ucapku sambil membereskan semua file yang terpapar didepanku.

" Siang, meetingmu sudah selesai?" Sapa Frank dari arah pintu.

"Baru saja selesai. Apa yang kamu lakukan disini?" Tanyaku acuh.

" I'm working here." Jawabnya kesal

"Wow, hebat belum genap sebulan kau sudah turun jabatan dari GM menjadi staff banket." Gumamku tersenyum simpati yang sangat ketara dibuat-buat.

"Kamu ngajak berkelahi ya!" Sahutnya sewot diiringi tawa renyah.

"Hai beri aku makan, aku lapar." Balasku melas.

"Ck..jangan katakan kau bangkrut sehingga tidak mampu beli makan." Sindir Frank ketus namun tak urung melangkahkan kaki menuju restoran.

"No! Tapi cara ini berhasil membuatku tetap kaya." Aku tersenyum lebar yang hanya dibalas gelengan kepala oleh Frank yang terus tertawa.

"Sungguh kehormatan bagiku telah membuatmu makin kaya." Kami melangkah bersama menuju ke restoran.

"Eh kamu sudah ketemu dengan gadis wine cellar ?" Tanya Frank sambil menoleh kekanan dan kiri yang membuatku ikut meoleh kekanan dan kiri dengan bingung.

"Belum." Jawabku bingung, "kenapa?" Sambungku.

" kemarin ada kejadian heboh." Bisik Frank dengan sikap was-was.

"Kamu seperti ibu-ibu tukang gosip yang biasa beli sayur dipenjual sayur keliling. kejadian apa?" Tanyaku yang mau tak mau ikut penasaran setelah menyindir Frank sebelumnya.

Kami tiba direstoran dan Frank langsung menrik kursi dan duduk, memandangku meringis geli saat mengatakan, "Mau tau?, Penasran?" Tanyanya dengan mata yang berbinar jahil.

Entah kenapa melihat niat jahil itu membuatku ingin segera pergi dari tempat itu. Tapi rasa penasaranku lumayan besar sehingga dengan perlahan aku ikut menarik kursi dan duduk dihadapannya. Aku menaikan alisku tanpa komentar.

In My Dream (Completed / Selesai)Where stories live. Discover now