Part 20

10.4K 440 11
                                    

Hujan deras masih turun hingga larut malam dan masih belum menampakan gejala-gejala akan berhenti. 

Dengan tubuh lunglai Carolina melangkah keluar dari ruangannya untuk menuju ruang loker, dalam perjalanan menuju ke ruang loker Carolina menyempatkan dirinya mengunjungi Counter Wine Cellar untuk memastikan apakah semuanya sudah terkunci dan tersimpan rapi.

Dengan cermat diamati Wine Cellar dari kaca etalase, mencari kemungkinan yang terlewat oleh para staff atau karyawan trainee . Setelah memastikan segalanya telah tersimpan rapi dan terkunci Carolina menghembuskan nafasnya perlahan dan siap untuk pulang, namun saat ia membalikan tubuhnya Carolina membentur tubuh seseorang yang berdiri dibelakangnya dengan sangat dekat .

Dengan sikap profesional dan keramah-tamahan yang terlatih Carolina segera menguasai diri dari keterkejutan yang tiba-tiba menyergapnya . Diusap perlahan tulang hidungnya yang baru saja membentur dada bidang orang dibelakangnya,  Perlahan didongakan kepalanya dengan senyum simpul menghiasi wajahnya, bersiap untuk meminta maaf dengan sopan.

"Maafkan sa...." ucapan Carolina terputus saat mengetahui siapa yang berdiri dihadapannya .

"Apakah Kamu punya waktu?" tanya orang itu sambil tersenyum ramah membuat ingatan Carolina melayang pada perkenalannya berapa hari yang lalu.

"Ha...rry?" ucap Carolina ragu-ragu.

"Yup" Harry tersenyum lebar, "Aku senang kau belum melupakan namaku , mengingat perkenalan kita yang begitu singkat." sambungnya namun senyumnya berubah getir.

"Apa kamu ada waktu ada yang ingin aku bicarakan." Harry memandang jam tangannya yang tampak begitu mahal namun elegant, "Kalau tidak terlalu malam bagimu, aku janji akan mengantarmu pulang setelahnya." 

Carolina terdiam sesaat untuk menimbang apakah ia harus menerima ajakan Harry atau menolaknya.

"Aku janji tidak akan berbuat macam-macam padamu." Harry berusaha berkata dengan raut wajah serius namun matanya menampakkan ekspresi jahil kekanak-kanakan yang tak dapat dipungkiri membuat Carolina tersenyum dan menganggukan kepalanya.

"Um.... kamu tunggu di parkiran basement saja ya, aku akan ganti pakaian dan keluar dari pintu karyawan dibawah." 

"Oke" Harry mengedipkan sebelah matanya dan melangkah pergi .



____________________________________________


"Sebelah sini" Harry menuntunnya melewati meja-meja yang penuh sesak dengan pengunjung ke sebuah meja kosong yang terletak disudut ruangan menghadap ke jendela kaca diluar.

Dengan sopan Harry menarikan sebuah kursi untuk Carolina dan memesan beberapa makanan dan minuman yang jumlahnya membuat Carolina tercengang.

"Kenapa?" Tanya Harry keheranan melihat reaksi Carolina.

"Memangnya kamu mau memberi makan kawanan pekerja bangunan?" crocos Carolina tanpa bisa ditahan, yang ditanggapi dengan ledakan tawa dari Harry.

"Jangan kawatir pasti habis kok, lagipula dari yang aku dengar katanya makanmu sangat banyak begitu pula dengan ku,  jadi aku rasa tidak akan ada masalah, bahkan kau masih boleh menambah bila kurang ." Harry menyeringai lebar.

Mulut Carolina membuka dan menutup , Carolina berusaha memikirkan pembelaan atau dalih namun otaknya terasa terhambat oleh fakta bahwa Samuel telah bercerita pada Harry bahwa makannya banyak. 

"Itu...ehem...makanku tidak banyak kok." Wajah Carolina terasa panas menahan malu dan kesal .

"Oke....Baiklah..." Harry tersenyum simpul berusaha menahan bibirnya dari ledakan tawa yang sudah mengintip menggelitik untuk meluncur keluar, ditambah wajah Carolina yang cemberut membutnya berusaha keras untuk tidak tertawa.

In My Dream (Completed / Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang