34. Reprisal

453 78 3
                                    


Hampir satu minggu tinggal bersama pria itu, Renesya mulai mengetahui jenis makanan apa saja yang Marcus suka dan tidak suka. Telinga Renesya nyaris panas setiap kali pria itu tak henti-hentinya mengingatkan tentang hal membenci sayuran hijau, dan jangan sekali-kali menambahkan sayuran hijau apapun kedalam makanannya atau makanan yang dia buat akan berakhir di tempat sampah. Renesya mendengkus mengingat ucapan Marcus tersebut. Tiba tiba sebuah ide muncul dalam otaknya, bibir gadis itu tersenyum licik memikirkan rencana yang akan ia lakukan, hitung-hitung ini pembalasan dendam karena pria itu tadi telah mengejek dan mempermalukannya, membuat dirinya seolah terlihat menjadi pihak yang sangat mengharapkan lebih atas tindakan yang pria itu lakukan.

Renesya tersenyum puas melihat hasil kerjanya, setelah selesai menambahkan sentuhan terakhir pada Sandwich buatannya khusus untuk Marcus, Renesya terkikik dalam hati membayangkan ekspresi Marcus saat memakan sandwich buatanya ini nanti, seharusnya Renesya berada disana melihatnya secara langsung, tapi sayang waktunya tidak banyak, dia harus buru-buru mempersiapkan diri untuk berangkat ke kantor.

Renesya  berjalan ke arah meja makan seraya membawa piring berisi sandwich dan segelas susu untuk Marcus, Renesya memang selalu menyiapkan susu untuk Marcus di pagi hari, bayangkan seorang mucikari meminum susu, ck! Seharunya wine, champage lebih terlihat normal untuk profesinya, oh! ingin sekali Renesya berkata pada dunia bahwa Marcus si mucikari mesum yang notabene t digilai banyak wanita memiliki kesukaan meminum susu setiap pagi, sungguh menggelikan.

Renesya melangkah semakin mendekati meja makan dan ternyata pria itu sudah duduk manis disana, sedang menunggunya. Renesya mengangsurkan makanan yang dibawa ke atas meja, lalu ia berbalik hendak meninggalkan tempat itu tanpa mengucapkan sepatah katapun.

"Mana sarapanmu?" Suara Marcus terdengar dibelakangnya otomatis membuat langkah Renesya terhenti.

Dia berbalik menghadap Marcus."Aku selalu membawa makananku untuk bekal ke kantor." Sejak dulu Renesya memang terbiasa membawa bekal ke kantornya. "Selamat menikmati sarapanmu." Renesya berkata tulus dengan senyum yang sedikit dipaksakan, dia harus cepat-cepat pergi dari hadapan pria ini, atau jika tidak...... ?

"Kembali!"

Renesya mengerutkan kening, tidak mengerti maksud ucapan Marcus.

"Kembali kesini dan temani aku makan."

"Tidak! Aku harus segera bersiap berangkat ke kantor."

"Kembali kesini, atau kau tidak akan pernah bisa kembali ke kantormu selamanya." ujar Marcus dengan nada mengancam.

Renesya mendengkus seraya menghentakkan kakinya, kembali melangkah mendekati meja makan, lalu menghempaskan bokongnya pada kursi yang terletak di seberang Marcus, Renesya mengernyitkan kening, seharusnya moment inilah yang dia tunggu, melihat Marcus secara langsung memakan sandwich special buatannya, tapi kenapa mendadak jantungnya berulah seperti ini, oh tidak! apa dia sedang gugup? Ya! dia tidak siap melihat reaksi Marcus saat memakan sandwich buatanya, Renesya yakin pria itu pasti akan marah, merasa kapok dan tidak lagi menyuruhnya membuat sarapan, Renesya tersenyum dalam hati, baiklah hal itu tentu saja sangat menguntungkan bagi Renesya.

Tanpa diduga Marcus justru mengangsurkan piring berisi sandwich itu dihadapannya, membuat Renesya melongo keheranan. "Makanlah." perintah Marcus.

Renesya menggeleng, mendorong kembali sandwich itu ke hadapan Marcus. "Tidak, kau saja, cepat makan karena aku harus segera berangkat ke kantor."

"Hari ini kau tidak usah pergi ke kantor." Marcus berbicara sambil mengamati isi sandwich di depannya, memastikan bahwa tidak ada satupun lembaran hijau diantara roti tawar dan isiannya.

Renesya membulatkan kedua mata coklatnya. "Kau bercanda! Aku bahkan baru masuk kemarin."

"Mrs. Burton sudah memberitahumu bukan?" Renesya mengerutkan kening, tidak mengerti kemana arah pembicaraan Marcus, untuk apa pria itu menyebut-nyebut nama atasannya, apakah mereka saling kenal?

"Kau harus segera menyelesaikan project novelmu itu, apakah kau sudah memiliki ide untuk menulisnya?"

"Itu bukan urusanmu. " Renesya memalingkan wajahnya ke arah lain, menolak menatap Marcus, entah kenapa tiba-tiba saja pipinya terasa panas, apakah dia memerah? Ya! Tidak seharusnya pria itu peduli dengan apa yang harus ia lakukan, dan Renesya benci tatkala menyadari sebuah fakta bahwa pria itu berniat mengatur-ngatur hidupnya.

Marcus menimang-nimang sandwich ditangannya, antara yakin dan tidak yakin untuk memasukkan makanan tersebut ke dalam mulutnya. "Kau yakin tidak punya niatan meracuniku? "

"Kau bisa membuang makanan itu jika tidak ingin keracunan." Renesya mendengus. Setidaknya dia sudah memberi peringatan.

Marcus mendekatkan sandwich tersebut ke mulutnya. Menggigitnya sekaligus dalam potongan besar, mengunyahnya perlahan dan seketika itu juga ia tersedak lalu memuntahkan kembali potongan sandwich dari mulutnya, wajah Marcus seketika memerah akibat menahan sengatan pedas yang mendera bibir dan rongga mulutnya,

"Sialan!! Kau benar-benar ingin meracuniku!"

Renesya ingin tertawa keras melihat reaksi Marcus, namun ia berusaha menahannya sekuat tenaga. "Aku sudah memperingatkanmu tadi." jawabnya kalem.

Dengan gerakan cepat, tangan Marcuams meraih segelas susu dihadapannya, hendak meminumnya dalam sekali teguk, dan kali ini ia pun harus memuntahkan pula cairan berwarna putih tersebut hingga mengotori baju bagian depannya, rasa susu itu benar-benar aneh, tidak manis, justru terasa sangat asin, membuat indra perasa di lidah Marcus nyaris kebas akibat rasa pedas dan asin yang menderanya dalam satu waktu.

Marcus buru-buru bangkit dari kursi, melangkah cepat menuju kulkas yang terletak di dapur, mencari minuman atau makanan apapun yang dapat menetralkan indra perasanya.

Renesya tak mampu lagi menahan tawanya, ia tertawa terpingkal-pingkal melihat Marcus lari terbirit-birit ke arah dapur demi menyelamatkan mulutnya yang terbakar oleh rasa pedas, dirinya tadi memang sengaja menambahkan bubuk cabe sebanyak mungkin pada sandwich milik Marcus, dia memang ingin memberi pelajaran pada mulut pedas pria itu, biarkan saja dia merasakan sensasi pedas yang sesungguhnya, Renesya tertawa puas melihat misi balas dendamnya berhasil. Gadis itupun beranjak melangkahkan kaki menuju ke kamarnya, dia harus bersiap-siap pergi ke kantor, peduli setan dengan ucapan Marcus, lagipula bukan pria itu yang memberinya gaji, Renesya tidak ingin image karyawan teladan luntur darinya, dia harus kembali bekerja dengan rajin seperti dulu lagi.

Chieva
17 November 2022

Amor Impredecible - [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang