2. Shame

2.6K 271 22
                                    

Crown Apartement

New York, AS

23.00 NYT

Renesya mengacak rambutnya frustasi. Sejak tadi dia tak berhenti mengumpati kebodohannya akibat mengiyakan tawaran pimpinan redaksi yang memintanya menulis sebuah genre cerita yang sama sekali belum pernah dia tulis. Baru ingin memikirkan konsepnya saja Renesya sudah dibuat pusing hingga kepalanya terasa ingin pecah, lalu bagaimana nanti dia harus merangkai kata demi kata hinggan membuat sebuah kalimat untuk mencapai paragraph-paragraf panjang dan menyelesaikan project novelnya itu.

Renesya menatap nanar layar monitor di depannya yang menampilkan beberapa baris kalimat, tiba-tiba saja dia bergidik ngeri memikirkan adegan demi adegan seperti apa lagi yang harus dia tulis, berpelukan─berciuman-─bercinta. Sial! Dia bahkan belum pernah melakukannya dengan siapapun, tentu saja akan sangat sulit mendiskripsikan sesuatu yang bahkan belum pernah kau alami. Apa yang harus dia lakukan?

Renesya meraih cangkir kopi yang sudah mendingin karena terabaikan sejak tadi, lalu menyeruputnya hingga tandas. Berusaha memutar otaknya, mencari berbagai macam cara apapun yang bisa membantunya memberikan refrensi untuk menyelesaikan novelnya ini. Pertama kali yang harus dilakukannya adalah memmbaca novel-novel fiksi bergenre romance dewasa.

Lalu dia harus memikirkan tema apa yang ingin dia tulis. Renesya mengetuk-ngetukkan telunjuknya pada dagu, berpikir keras agar mendapatkan ide yang lain dari biasanya. Kisah cinta manis sepasang kekasih tentu saja sudah sangat klise, jika ada sepasang kekasih apalagi mereka hidup di New York bukankah sangat biasa ketika mereka tinggal bersama satu atap layaknya pasangan suami istri.

Renesya sering mendapati kenyataan seperti ini, bahkan beberapa teman kantornya sering bercerita bahwa mereka tinggal serumah dengan kekasih mereka. Hal-hal demikian tentu saja sangat bertolak belakang dengan komitmennya, meskipun Renesya tinggal di New York namun dia sama sekali jauh dari pergaulan bebas di kota ini, hidupnya hanya bekerja-bekerja dan bekerja lagi, tidak ada satupun pria yang mengisi hari-harinya. Renesya bahkan baru menyadari sekarang jika kehidupannya memang sangatlah monoton.

Apakah dia harus melakukan riset kepada teman-teman di kantornya? Mungkinkah mereka mau terbuka dan bercerita lebih mendetail kepadanya? Baru membayangkan dia harus mendengarkan cerita kemesraan sepasang kekasih dari teman-temannya saja sudah membuat Renesya mengernyit ngeri.

Lalu cara apa yang harus dia lakukan? Renesya mengacak rambutnya untuk kesekian kali. Okey malam ini lebih baik dia menyerah saja, kepalanya sudah sangat pusing memikirkan ini semua. Renesya berjalan ke arah tempat tidur, lalu segera menjatuhkan tubuhnya disana, pikirannya berkelana kesana kemari tentang bagaimana kehidupan seseorang yang memiliki kekasih di sampingnya hingga lama kelamaan lamunan tersebut membawanya ke alam mimpi.

.

.

.

.

.

Keesokan harinya setelah pulang kantor, Renesya pergi ke pusat toko buku ternama di pusat kota, sejak beberapa saat lalu mata coklat Renesya tak henti-hentinya memindai rak buku yang berisi novel-novel fiksi historical, baru kali ini dirinya datang ke toko buku tapi tidak tahu judul buku apa yang akan dia beli.

Renesya mengomel sendiri, "Sial! Andai saja Grace tidak ada janji dengan Matt." Tentu sahabatnya itu pasti akan menemaninya dan dia tidak akan kesusahan mencari buku apa yang akan menjadi refrensinya nanti. Grace adalah pembaca addict novel romance dewasa, dia memiliki banyak koleksi di rumahnya. Sahabatnya itu juga sudah berjanji akan meminjamkan beberapa koleksi terbaiknya pada Renesya, namun tetap saja ia tidak ingin hanya mengandalkan Novel milik Grace saja, dia ingin memiliki sendiri Novel dengan genre berbeda yang selama ini belum pernah dia baca, jujur saja jika disuruh memilih, tentu saja Renesya lebih menyukai novel-novel fantasy mengangumkan yang dapat membuat imajinasinya berkelana tanpa batas hingga mampu memberikan inspirasi-insprasi baru untuk novel-novelnya sendiri. Daripada genre fiksi romance yang hanya lebih menonjolkan kisah cinta maupun sakit hati setiap pasangan dengan konflik yang sudah banyak terjadi pada realita.

Itulah sebabnya Renesya ingin sekali menulis sebuah genre fiksi romance yang lain daripada biasanya, tapi sayang sekali otaknya kali ini benar-benar tidak bisa di ajak kompromi. Renesya kembali melangkah perlahan memindai setiap rak buku yang menyajikan berbagai macam judul buku fiksi, beberapa kali dia meraih buku dengan judul yang menurutnya menarik namun setelah membaca synopsis pada sampul belakang Renesya merasa kurang tertarik, dan seperti itu seterusnya, lalu kemudian saat dia mendongak ke rak bagian atas, matanya menangkap sebuah tampilan buku yang menurutnya terlihat cukup bagus.

Renesya mencoba menggapai buku tersebut tapi telapak tangannya tidak sampai, lalu dia menjijitkan kakinya dan berusaha kembali meraih buku tersebut tapi usahanya tetaplah sia-sia, kini dia merutuki kebenciannya memakai sepatu heels dengan hak tinggi. Andai saja jika dia memakai heels yang cukup tinggi tentu saja Ryenne bisa menggapai buku tersebut dengan mudah, sayangnya saat ini dia hanya memaki sepatu flats tipis biasa yang tidak akan bisa membantunya.

Renesya mengembuskan napasnya lelah, lebih baik dia meminta petugas toko saja yang mengambilkan buku tersebut, Renesya hendak berbalik namun tiba-tiba dia merasakan cengkaraman di pergelangan tangannya, lalu dia menolah detik itu pula mata coklatnya menangkap seorang pria asing yang sama sekali tidak dia kenal, pria itu sedang menatapnya di balik kaca mata hitam yang bertengger manis di hidung mancungnya, Renesya tidak bisa melihat tatapan lekat dibalik kaca mata itu, yang Renesya sadari pandangan pria itu seolah mengejeknya karena terlihat jelas dari seringai tipis dari sudut bibir pria itu.

Renesya menggeram marah karena pria itu menyentuhnya tanpa permisi, dia hendak mengempaskan tangan pria itu, namun belum sempat menghindar tiba-tiba saja pria itu mengangsurkan sebuah novel yang tadi sempat ingin Renesya ambil.

Renesya mengerjab perlahan baru menyadari bahwa pria itu sedang menunggunya meraih novel tersebut dari tangannya.

"Te-rimakasih." gumamnya sedikit terbata. Renesya sedikit malu karena dia sepertinya bertindak terlalu berlebihan, pria asing itu hanya ingin membantunya mengambilkan buku tersebut.

Pria itu sedikit menunduk membuat jantung Renesya berdebar tidak karuan, lalu membisikkan sesuatu dengan sangat pelan di samping telinga Renesya.

"Ku sarankan kau harus mencari partner sesungguhnya agar bisa mengajarimu bagaimana itu bercinta, hanya membaca buku tidak akan banyak membantu." seringai pria itu mengakhiri kalimat vulgarnya.

Pipi Renesya memerah seketika seiring dengan berlalunya pria tersebut melewati tubuhnya. Oh Tuhan! Apa itu tadi? Harga dirinya baru saja dipermalukan oleh pria asing? Renesya cepat cepat meneliti buku yang ada di genggamannya, seketika itu juga ia membungkam mulutnya dengan sebelah tangan. Tadi dia belum terlalu jelas dengan judul buku tersebut karena masih di atas, Renesya merasa tertarik karena sampulnya terlihat bagus, namun faktanya saat ini buku di tangannya tersebut membuatnya sangat malu dengan judulnya yang mengundang yaitu Sensasi Seni Bercinta Paling Panas. Oh Tuhan!! ingin sekali Renesya menenggelamkan dirinya ke dasar laut saat itu juga.

Chieva
01 Februari 2020

Insyaallah repost kali ini dipastikan sampai tamat, klau g gtu nnti gugur di eventnya...

Maaf untuk yg udh nungguin lanjutan cerita ini...🙏🙏

Amor Impredecible - [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang