7. Tie Up

2.2K 222 25
                                    

Marcus merenung seorang diri di ruang kerjanya, dia bingung memikirkan apa yang harus dia lakukan pada gadis itu, tidak mungkin ia membawanya ke rumah sakit, atau nanti bisa menimbulkan kehebohan lainnya.

Masalah dengan Mr. Rusell saja belum selesai, Marcus tidak ingin membuat hidupnya yang selalu tertata rapi menjadi kacau akibat satu wanita saja, itu tidak akan terjadi, dan Marcus tidak akan pernah membiarkannya.

Lagipula gadis itu sepertinya hanya pingsan akibat syock saja, tidak ada yang perlu dikhawatirkan, kondisi tubuhnya baik-baik saja. Marcus yakin besok pagi gadis itu akan sadar dan Marcus bisa menuntut gadis itu agar mau mempertanggung jawabkan semua yang telah dia lakukan.

Suara dering ponsel membuyarkan lamunannya, Marcus menerima panggilan tersebut lalu menekan beberapa tombol pada layar intervalnya, seketika itu juga video call dalam ponsel Marcus terhubung pada layar fokus lebar yang berada tepat di hadapannya, menampilkan menampilkan seorang pria paruh baya berambut separuh botak dengan cerutu di tangan kananya

"Kau ingat kesepakatan kita?" sapaan pertama itulah yang langsung ia dengar dri pria paruh baya tersebut. Marcus membuang wajahnya ke arah lain, lalu menjawab pertanyaan tersebut dengan malas. "Aku tidak akan lupa."

"Seharusnya memang seperti itu." balas pria paruh baya lalu mendekatkan kembali cerutunya ke bibir, menyesapnya perlahan seraya menampilkan senyuman sinis.

"Sekali lagi kuperingatkan, kau boleh mempermainkan wanita manapun sesuka hatimu, aku tidak peduli. Hanya satu yang harus kau lakukan! simpan baik-baik harta karun kita."

"Ada sesuatu yang harus kau tahu."

"Aku baru saja medapat informasi bahwa Lee Chung Ho sedang melacak keberadaannya, kau harus memastikan tidak ada satupun informasi yang dapat dia temukan, aku akan mencoba menghalanginya dari sini."

"Aku tahu apa yang harus kulakukan."

" Ikatlah dia bersamamu. Hanya itu satu-satunya cara, buat dia berada di bawah kendalimu, agar tidak ada satupun orang luar yang bisa mencampuri urusan kita."

"Aku akan memastikan semuanya berjalan dengan baik tanpa harus mengikuti aturanmu." jawab Marcus penuh keyakinan.

"Hei! Aku tidak menyuruhmu terikat selamanya. Ingat! Hanya sampai rencana kita berhasil dan setalah itu kau boleh melakukan apapun sesukamu. membuangnya, mencampakannya atau membunuhnya sekalipun terserah padamu."

Marcus mengetukkan telunjuk di dagunya, Nampak berpikir sejenak. "Sepertinya akan lebih menarik." Seringai di sudut bibir itu mendandakan sebuah kesepakatan baru diantara mereka.

***

Renesya merasakan ada seberkas cahaya yang menyilaukan di hadapannya, ada sesuatu yang mendorong hatinya, menyuruhnya agar cepat membuka mata, gadis itu membuka kelopak matanya secara perlahan, mengerjap-ngerjapkannya sebentar, menyesuaikan penglihatannya yang mungkin saja masih terlihat kabur, dirinya belum menyadari sepenuhnya apa yang terjadi saat ini.

"Sepertinya kau harus menarik lagi kata-katamu nona." sapaan pertama itulah yang Renesya dengar tepat ketika kesadaran mulai merayapi benak gadis itu, Renesya bangkit dari posisi tidurnya, pandangan matanya menatap ke sekeliling dan terpaku pada sosok yang kini tengah duduk seraya melipat salah satu kakinya di atas sofa putih yang terletak tepat di sisi kiri tak jauh dari ranjangnya, tentu saja Renesya masih mengingat betul wajah sialan itu, pria menjengkelakn itu, mengapa bisa ada di sini? dimana dia sebenarnya?

"Kau sedang berada di penthouse milikku nona!" ujar pria itu, Seolah mengerti apa yang sedang berkecamuk di dalam pikiran Renesya.

"Bagaimana aku bisa ada disini?" Renesya merasakan kepalanya sedikit pusing, seolah kehilangan orientasi.

"Well itu tidak penting, pertama –tama kau harus menarik kata-katamu lebih dulu." Pria itu kembali menyeringai, merasa bahwa dirinya kali ini menang. Dan tidak akan ada seorang pun yang bisa mengalahkannya.

"Apa kau lupa perkataanmu kemarin?"  Marcus beranjak dan mendekati Renesya. mata hitam legamnya menatap lurus pada gadis itu, seolah mengintimidasi.

"Mulai sekarang ingat baik –baik dalam otakmu, kau harus sudi menatap wajah ini setiap hari!"

Renesya terperangah menatap sifat arogan pria di depannya ini, memangnya siapa dia berani sekali menyuruhnya seperti itu, amarah tersulut dalam dirinya. "Memangnya siapa kau, huh!" "Minggir, aku akan pergi dari sini!" Renesya menepis tubuh Marcus kemudian turun dari ranjang lalu melangkahkan kakinya, tidak menyadari senyum sinis Marcus yang saat ini mencemoohnya.

"Oh! jadi kau sudah siap mempertanggungjawabkan perbuatanmu tadi malam nona."

Deg! seketika langkah Renesya terhenti. Sebuah ingatan tentang kejadian semalaam tiba-tiba memberondong memenuhi otaknya, ya dia sudah melakukan kesalaahanan fatal, tapi Renesya sendiri masih belum tahu sejauh mana permasalahan yang harus dia pertangggung jawabkan.

Renesya menoleh kebelakang, dan tatapannya menemukan senyum mencemooh pada wajah pria yang tepat berada didepannya itu.

"Aku tidak takut!" Renesya memutar kembali tubuhnya lalu melangkah cepat meninggalkan kamar tersebut. Renesya memutar otaknya, dia harus segera pergi dari tempat ini, bagaimana pun caranya. pandangannya menatap ke sekililing, ruangan ini sangat luas dan Renesya tidak tahu dimana dia bisa menemukan pintu keluar dari penthouse ini, sialaan apa yang terjadi semalam sampai dia bisa terjepak pada posisi saat ini. Lagipula untuk apa pria itu repot-repot membawanya kemari, rutuk Renesya dalam hati, namun ingatan ketika dia meringkuk seorang diri dalam gelam membuat Renesya bergidik ngeri.

"Polisi saat ini tengah mencarimu, kusarankan kau tidak melangkahkan lebih jauh lagi kakimu itu jika tidak ingin menjebloskan dirimu sendiri ke pejara." suara dari belakang tiba-tiba mengagetkan Renesya.

"Apa maksudmu?!" tanya Renesya dengan nada suara meninggi.

"Sepertinya kau belum menyadari kesalahan fatal yang telah kau lakukan nona." Marcus berjalan semakin mendekat. "Pria semalam yang kau lukai itu adalah Antony Russel si politikus negeri ini, orang yang dkenal penuh wibawa dan citra baiknya, dia selalu menjadi sorotan publik, dan kau pasti menyadari kegemparan apa yang terjadi saat ini."

Tubuh Renesya menegang seketika, sungguh dia tidak menyangka jika apa yang dilakukannya semalam akan membawa dampak buruk sejauh ini, dia tidak tahu apa yang dilakukannya saat ini, bagaimana dengan pekerjaan yang dibanggakannya selama ini apa semuanya akan berakhir sia-sia?"Aku melakannya tanpa sengaja" Renesya berusaha mengelak. membuang wajahnya kesamping, menghindari tatapan menusuk dari Marcus.

"Dan asal kau tau, kekacauan yang kau lakukan , menimbulkan kerigian besar untukku dan kau harus menggantinya."

"Aku pasti akan menggantinya, kau tidak usah khawatir, sekarang juga tunjukkan padaku dimana pintu keluar penthouse sialan ini!"

"Sudah kukatakan kau harus tetap disini!"

"Aku akan tetap pergi dari sini! " Renesya semakin meninggikan suaranya.

"Baiklah, silahkan nikmati mimpi buruk yang kau cipatakan sendiri nona."

Chieva
03 April 2020

Amor Impredecible - [ On Going ]Where stories live. Discover now