16. Driven Away

753 83 2
                                    

"Kau sendirian?"

"Kemana gadis itu?"

"Dia menolakmu lagi." Matt hampir menyemburkan tawanya, namun tertahan tatkala Marcus melemparkan tatapan dinginnya dan berlalu begitu saja dari hadapan Matt, menghilang dibalik pintu, meninggalkan suara debuman keras pintu yang tertutup rapat.

Matt mengalihkan tatapan matanya kesamping ─ pada wanita yang sejak tadi sibuk mengupas buah apel, memotongnya kecil-kecil dan menyuapinya dengan sayang. Mereka berdua sedang bersantai di ruang tengah penthouse Marcus, karena memang belum ada pekerjaan yang harus dilakukan Matt, ini masih sore hari dan Klub dibawah tentu saja masih sepi pengunjung, sedangkan Grace yang beberapa hari ini tidak masuk kerja selalu menempel pada Matt setiap ada kesempatan. Grace tidak berkomentar apapun melihat kedatangan Marcus- yang terlihat seperti menahan amarah. Dalam hati dia sudah menduga bahwa Renesya pasti akan menolak tawaran Marcus.

"Aku justru senang dia datang seorang diri, dengan begitu Renesya tidak akan melihatku berada disini denganmu Matt." Grace menyandarkan kepalanya di pundak Matt.

"Bukankah Renesya sudah mengetahui hubungan kita, untuk apa kau mencemaskan keberadaanmu?" Matt membuka mulutnya, menerima suapan apel dari tangan Grace.

"Aku hanya tidak ingin dia melihatku berada di tempat ini, aku merasa bersalah padanya." Pandangan mata Grace menerawang jauh, seolah memikirkan banyak hal.

"Sudahlah, kau tidak perlu berpikir sejauh itu." Matt berusaha menenangkannya.

"Apa menurutmu Marcus akan melakukan sesuatu yang lain?"

"Aku tidak yakin?"

"Apa kau berpikir Marcus menyukai Renesya?"

"Saat ini juga kau harus pergi mengawasi gadis sialan itu Matt."

Belum sempat Matt memberikan jawaban atas pertanyaan Grace suara Marcus sudah mengintrupsi obrolan mereka. Matt mendapati Marcus sudah berdiri tepat di depan pintu kamarnya dengan kedua tangan tersembunyi dibalik saku celana selututnya. Grace mendengus sedangkan Matt beranjak malas-malasan dari posisinya.

***

Renesya sangat bersyukur karena bisa merasakan kembali betapa nyaman queen size miliknya, Pandangan matanya menatap lurus ke langit-langit kamar berwarna putih bersih di atasnya. Tidak ada yang berubah dengan kamar ini, semuanya tampak bersih dan rapi seperti terakhir kali dia meninggalkannya, tidak ada setitikpun debu yang menempel tanpa permisi. Renesya memindai kesekeliling tidak ada pakaian kotor yang menggantung di dekat pintu lemari pakaiannya, apakah mungkin Grace datang kemari untuk membersihkan apartemennya? Lagi-lagi dia harus berterimakasih pada Grace. Ngomong-ngomong tentang sahabatnya itu, kenapa dia tidak ada kabar? seharusnya Grace yang menjemputnya saat keluar dari penjara, bukan malah pria menyebalkan yang menawarkan perjanjian konyol pada dirinya.

Renesya meraih ponselnya di atas nakas berniat menghubungi Grace. Namun ada hal lain yang mengintrupsi gerakannya, Renesya menjatuhkan kembali ponselnya ke atas kasur lalu jemarinya bergerak mengusap perutnya yang tiba-tiba berbunyi nyaring, ia baru menyadari bahwa sejak siang tadi perutnya belum terisi oleh apapun. Satu minggu berada di penjara memang membuat Renesya seolah kehilangan semangat hidup, bahkan makanan lezat pun terasa sangat tidak enak di lidahnya, dan baru kali ini dia benar-benar merasa lapar.

Renesya turun dari tempat tidur, melangkahkan kakinya ke arah dapur. Jemari lentiknya membuka pintu kulkas , matanya memindai isi kulkas tersebut lalu mengembuskan napas lelah karena tidak menemukan apapun yang bisa mengenyangkan perutnya, didalam hanya terdapat air putih, susu law fat dan beberapa minuman kaleng, sedangkan ia terlalu malas untuk pergi keluar. Dia merutuki kemalasannya sendiri padahal perutnya sangat lapar, jika sudah seperti ini Renesya hanya bisa berandai-andai adakah orang baik hati yang mau mengantarkan makanan untuknya . Akhirnya dia hanya meraih botol air mineral lalu meminumnya dalam sekali teguk, matanya memindai ke arah lain, ia teringat sesuatu, lalu Renesya berjalan untuk memeriksa kitchen set , biasanya setiap pagi jika tidak sempat menyiapkan sarapan Renesya selalu memakan cereal coklat kesukaannya, bola mata Renesya berbinar saat menemukan makaman tersebut. Namun sayangnya cereal itu tidak cukup membantu meredamkan cacing di perutnya yang tengah berdemo, setelah ini Renesya berniat akan menghubungi Grace agar datang dan membawakan makanan untuknya.

Selesai menuangkan susu dan mencampur sedikit gula, gadis itu membawa mangkuk cerealnya ke dalam kamar, berencana menikmati makanan tersebut sambil menonton tv di kamarnya. Apartmene yang disewanya memang tergolong minimalis, karena dia harus menyesuaikan dengan penghasilannya setiap bulan. Hanya terdapat 4 ruangan, dua kamar tidur, salah satnya Renesya gunakan untuk menyimpan barang-barang pribadinya, ruang dapur di bagian belakang dan ruang tengah tempat bersantai yang merangkap sebagai ruang tamu. Apartemen yang Renesya tinggali juga memiliki fasilitis yang cukup lengkap dengan sistem pelayanan dan keamanan super ketat, tidak sembarang tamu bisa memasukinya

Belum sempat Renesya membuka pintu kamarnya, bel pintu apartemennya berbunyi, Renesya mengernyitkan kening, kira-kira siapa yg datang? Dia melirik jarum jam yang menempel di dinding tepat pukul delapan malam. Renesya mengurungkan niatnya yg akan masuk ke kamar, lalu berjalan melewati lorong yang mengarah ke ruang tamu, lalu meletakkan mangkuknya di meja kecil dekat sofa sebelum membukakan pintu untuk tamunya, Renesya tidak sempat mengintip pada layar intercom karena bel unitnya tidak berhenti dibunyikan, menandakan seseorang diluar sana sudah tidak sabar menunggunya membuka pintu.

Tepat ketika pintu terbuka Renesya mendapati seorang pria paruh baya, berambut pirang dengan perut sedikit membuncit tengah berdiri tepat di depannya, pria paruh baya itu tak lain adalah Mr. Ronnald yang Renesya kenal sebagai developer bangunan unit tempatnya tinggal, pria paruh baya itu mengiarkan senyum sekilas seperti memberi isyarat pada Renesya untuk di perbolehkan masuk.

"Silahkan masuk Sir." Renesya membukakan pintu lebih lebar lalu menyampingkan tubuhnya, memberi jalan untuk Mr. Ronald.

Keduanya kini tengah duduk saling berhadapan di sofa ruang tamu. "Ada keperluan apa anda datang kemari sir?" Renesya bertanya untuk sekedar basa-basi, dalam hati dia sudah menduga jika kedatangan seorang developer pada salah satu unit bangunan yang diolahnya tentu saja berhubungan dengan pembayaran sewa menyewa yang belum terpenuhi, yach! bulan ini ia memang belum melunasi tagihan sewa bulanan tempatnya tinggal, tentu saja ini salah satu dampak permasalahannya kemarin, satu minggu lamanya Renesya harus mendekam di penjara.

"Kedatangan saya kemari untuk memberikan salinan surat perjanjian sewa yang telah berakhir dan harus anda tanda tangani miss."

Deg,

"Maaf Sir, saya tidak merasa mengakhiri sewa unit ini." Renesya sangat terkejut mendengar penuturan Mr. Ronald, dia tidak merasa ingin mengakhiri sewa apartemen ini, tempat ini sangat cocok untuknya, selain lokasinya yang strategis, dan tidak jauh dari tempatnya bekerja, Renesya juga mendapatkan segala fasilitas yang cukup memuaskan selama tinggal disini, dia tidak memiliki alasan apapun untuk mengakhiri masa seanya.

"Saat ini anda telah melanggar salah satu pasal dari perjanjian yang telah kita sepakati, dibulan ini anda belum membayar biaya sewa, sedangkan jatuh tempo berakhir tiga hari yang lalu."

"Itu karena....... " belum sempat Renesya melanjutkan ucapannya, Mr. Ronald sudah mengintrupsinya lebih dulu. "Dan saya sebagai developer berhak memutuskan secara sepihak karena anda telah melanggar kesepakatan, dan secara kebetulan ada pihak ketiga yang ingin membeli bangunan ini."

"Jadi maksud anda saya harus segera pergi dari apartemen ini? tidak adakah keringanan waktu agar saya bisa mencari tempat tinggal lain sebelum pindah?"

"Maaf miss, paling lambat unit ini harus segera dikosongkan besok sore, pemberitahuan ini sudah ada sejak 2 hari lalu namun anda tidak bisa saya hubungi."

Renesya hanya bisa menghela nafas lelah, dan merutuki nasib sialnya untuk kesekian kali. Dia tidak berniat mengatakan pada Mr. Ronald masalah apa yang menimpanya satu minggu kebelakang, dia tidak ingin mengungkit hal itu. Mungkin saja Mr. ronald sudah tahu mengingat berita tentang Anthony Russeel sempat menjadi headline news sepekan yang lalu.

Chieva
11 Juni 2020

Amor Impredecible - [ On Going ]Where stories live. Discover now