Insane

3.9K 217 34
                                    

Tingtong..... Tingtong..... Tingtong.....

"Ya cari siapa?" tanya seorang ibu-ibu separuh baya yang baru saja membukakan pintu untukku.

"Lisa ada?" tanyaku langsung.

"Oh Nona Lisa sedang keluar ada perlu apa ya?" tanyanya lagi.

"Oh cuman ketemu, ada sesuatu yang penting." jawabku.

"Nona Lisa belum pulang dari tadi pagi nggak tau kemana, mau nunggu aja atau mau di teleponin nona Lisa nya? Atau mau kesini lagi nanti?" tanya ibu-ibu itu.

Aku dan Harry saling memandang, hening. Tiba-tiba terdengar suara orang melangkah pelan mendekat ke arah kami.

"Itu Nona Lisa nya, saya perimisi dulu." pamit ibu-ibu tersebut dan langsung masuk ke dalam.

Aku dan Harry memutar tubuh dan menemukan Lisa. Ia kaget dengan kedatangan kita, sepertinya. Karena terlihat sekali dari wajahnya yang menegang. Ketika aku dan Harry akan menghampirinya, ia balik badan dan berlari keluar pagar rumahnya. Dengan cepat aku dan Harry mengejarnya dan akhirnya aku menarik tanganya, Lisa berusaha menepis tapi sia-sia.

"Mau lo apa sih? Apa maksud lo ngelukain Ayesa?" bentakku kasar pada Lisa.

"Mau gue? Mau gue cuman satu, BALAS DENDAM! Maksud gue lukain dia? Biar dia nggak berhubungan lagi sama lo, ngerti? Biar lo benci sama dia karena sekarang wajah dia cacat" jawabnya kasar sambil menangkis tanganku yang sedang memegang tanganya.

"Harus bales dendam pake kekerasan? Lo udah lukain dia lo keterlaluan banget sih!" ucapku kasar.

"HARUS! DAN GUE NGGAK PEDULI!" jawabnya keras.

"Gue tanya deh sama lo salah Ayesa apa sih? Dia pernah apain lo emang? Dia pernah lukain lo? Nggak kan?" aku semakin emosi.

"Dia memang nggak pernah ngelukain gue, tapi dia lukain adik gue!" jawabnya nyolot.

"Lukain apa? Lo bener-bener ya nggak tau diri nggak punya hati." ucap Harry kesal.

"Lukain perasaanya." jawabnya singkat.

"Masih masalah yang waktu itu? Hello itu masalah udah lama kali masih aja di ungkit-ungkit nggak bisa move on apa?" ujar Harry santai.

"Masalah itu emang udah lama tapi adik gue belum sembuh dari 6 bulan yang lalu dan semua itu gara-gara cewek jalang itu!" ucapnya semakin nyolot.

"Jangan pernah nyebut Ayesa cewek jalang! Yang jalang itu lo bukan dia. adik lo gila? Gue nggak peduli itu urusan lo!" kata Harry sambil menunjuk muka Lisa dengan marah.

"Terus lo mau sebut dia apa kalau bukan jalang? Dia lebih pantes di sebut JALANG!" lisa menekankan kata 'JALANG' nya.

Aku menarik nafas dalam-dalam menahan emosi, aku nggak pengen tangan ini ngelayang ke muka nih cewek karena aku bukan banci yang berani nyakitin cewek, oke Niall sabar sabar tenang.

"Nggak usah ngata-ngatain Ayesa bisa? Lo itu nggak lebih baik dari dia, bahkan Ayesa jauh lebih baik daripada lo!" ucapku kasar.

"Gue nggak peduli! Dengar ya kalau lo masih pengen dia hidup lo putusin dia! Tapi kalau lo masih pengen berhubungan dengan dia, tunggu aja lo bakal nangis di atas batu nisannya." ucapnya lantang.

Aku geram setengah mati, aku kesal dan ingin sekali menampar muka nih cewek, pengen di penyet-penyet bibirnya, pengen di lindes dia pake setum. Aarrgghh emosi tingkat dewa, darah naik ke ubun-ubun semua dan siap meledak.

"JAGA YA MULUT LO!" bentakku keras. Aku benar-benar marah sambil menunjuk-nunjuk muka Lisa.

"Nggak punya hati banget sih lo!" bentak Harry.

My Idol is My BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang