Misunderstanding

6.9K 378 20
                                    

Sudah berbulan-bulan aku mengenal Niall Horan dan masuk kedalam kehidupan One Direction. Nggak kerasa juga yah aku udah lama deket sama Niall, rasanya nyaman banget kalau deket dia. Aku sering banget di ajak main, jalan sama Niall aku juga udah sering di anter jemput lho sama Niall udah kayak ceweknya Niall aja hehe. Kalau aku berharap bisa jadian sama Niall kejauhan nggak yah harapan aku ini. Niall dan aku sampai sekarang berteman dekat layaknya sahabat, aku seneng banget soalnya bisa deket sama idola plus orang yang aku sayang, rasanya apa ya kalau aku jadi ceweknya Niall.

DUG, "AWW!" aku berteriak keras ketika kepalaku terhantam oleh benda keras. Aku langsung terduduk di atas tanah ketika kepalaku terasa pusing dan aku kehilangan keseimbanganku.

Aku sedang berjalan di pinggir lapangan untuk pulang. Karena tadi teman-temanku sudah pulang lebih dulu karena ada acara masing-masing jadi aku pulang sendiri, ini lagi si Carisa sial banget udah balik duluan. Niall nggak ada kabar jadi sepertinya dia tidak akan menjemputku, terpaksa naik taksi deh.

"Eh sorry-sorry nggak sengaja." Ucap seseorang yang mungkin pelakunya itu mendekatiku.

"Ih! Lo liat-liat dong ada gue nih, sakit nih kepala gue benjol nih!" maki ku.

Aku megusap-ngusap bagian keningku yang ternyata kena hantaman bola basket.

"Sorry Sa, gue kan udah bilang sorry. Sini gue bantu bangun." ternyata itu Ryan, ia mengulurkan tanganya untuk membantuku berdiri.

"Lo kenapa sih sengaja kayaknya, lo kesel sama gue?" tanyaku marah-marah pada Ryan, karena semenjak Ryan tau aku sering di anter jemput oleh Niall kayaknya Ryan terus-terusan ngerjain aku, dari mulai di kelas sampai pernah aku di kunci di kamar mandi sama dia, nggak tau mau dia tuh apa sih.

"Kesel apaan sih Sa?" tanya Rian.

"Tau ah! Bantu gue berdiri pantat gue sakit nih." Pintaku padanya.

Aku pun berhasil berdiri di bantu oleh Rian, dan Ryan hanya cengar-cengir.

"Lo kenapa sih? Cengar cengir sendiri?" tanyaku kesal. Bagaimana aku tidak kesal? Aku baru saja jadi korban kekerasan bola basketnya, dan dia malah senyum-senyum tidak jelas seperti orang gila.

"Nggak. Sa. Eh gue mau nanya." Ryan menatapku serius.

"Nanya apa?" tanyaku balik.

"Tapi nggak disini, gue juga mau ngomong sesuatu." ucap Ryan tambah serius.

"Udah disini aja, sok penting banget sih."

"Sa, please sekali aja." Ryan memohon padaku.

"Pasti lo nanya yang nggak penting kan? Ya sudah disini aja, mau ngomong disini aja!" kataku galak.

"Sa, jangan jutek bisa nggak? Please sekali aja. Eh ini jidat lo masih sakit nggak?" tanya Ryan sambil memegang jidatku yang sedikit terluka.

"Aw! jangan di pegang perih nih sakit tau luka." Ucapku mengomel-ngomel pada Ryan.

"Iya sorry sini gue obatin, nih gue punya plester" Ryan mengeluarkan plester dari sakunya. Kok bisa udah ada plester di sakunya sih? Pasti dia sengaja deh.

"Udah sini gue aja yang nempelin." Aku akan mengambil plester yang berada di tangan Ryan tapi Ryan mencegahnya.

"Udah sini sama gue aja, lo nggak akan bisa nggak keliatan." Ryan menyibakan rambutku lalu menempelkan plester tersebut di keningku, setelah selesai Ryan menarik tanganku dan membawaku ke arah parkiran.

"Mau kemana sih? Udah kalau mau ngomong disini aja Ryan ih! Lo kenapa bikin gue kesel terus sih?!?!" tanyaku kesal.

"Udah lah ngikut aja, cepet masuk." Pinta Ryan yang menyuruhku masuk kedalam mobilnya.

My Idol is My BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang