Part 22

8.9K 178 10
                                    

Flashback

Ivanna POV

Dua bulan sudah berlalu sejak kejadian itu, dan sejak itu hubunganku dengan bimo semakin baik. Dia sering mengantarkanku pulang, dan aku rasa ayahpun menyukainya. Walaupun bibirku tersenyum namun hatiku sakit, aku sakit harus membohonginya bahwa aku bahagia bila bersamanya. Sejak itu pula aku tidak pernah menghubungi adit lagi, ya...aku menghindarinya, aku berharap dengan semua ini hatiku bisa perlahan melupakannya, namun nyatanya tidak, semakin aku berusaha melupakannya, hatiku semakin sakit... aku merindukannya, teramat dalam. Dia sering meng sms aku, namun aku menguatkan diriku untuk tidak membalasnya. Aku benci padanya, pada perluakuannya terhadapku namun saat itu pula aku sadar bahwa rasa benciku tidak sanggup mengalahkan cintaku padanya.

Hari ini keluarga bimo akan melamarku. Dia telah melamarku lebih dulu didepan ayahku, aku kaget saat itu, namun setelah aku pukir-pikir lagi. Dimana lagi aku akan menemukan seseorang yang sangat mencintaiku bahkan melebihi mencintai dirinya sendiri. Saat bimo mengorbankan dirinya untuk menolongku saat itu, aku tersadar bahwa dia sangat mencintaiku, dan aku tidak mau menyakitinya, aku teramat mengerti bagaimana rasanya cinta yang tak berbalas, jadi aku ingin membalas cinta bimo agar dia tidak merasakan sakit seperti yang aku rasakan.

Aku juga ingat nasehat ayah padaku saat setelah bimo melamarku, ayah mendekatiku yang terisak dikamar, ayah memelukku dengan penuh kasih sayangnya

"Kamu tidak menginginkan lamaran bimo nak?" Tanya ayah

Aku menatap ayah dengan wajah berurai air mata

"Kamu tau nak, hidup ini adalah pilihan, terkadang apa yang nampak indah belum tentu baik bagimu, namun yang terlihat buruk malah baik untukmu, hidup itu adalah perjuangan nak... jika kamu hanya berdiam diri maka semua yang kamu inginkan akan lewat begitu saja" ucap ayah

Aku menghapus air mataku dan menatap ayah

"Menurut kamu lebih baik mana mencintai atau dicintai??" Tanya ayah sambil duduk didepanku

"Mencintai itu menyakitkan yah jika yang kita cintai tidak memiliki rasa yang sama, jadi menurutku lebih baik dicintai, karna kita akan merasa aman" jawabku sambil menatap ayah, ayah tersenyum dan mengusap lembut puncak kepalaku

"Begitu ya... tapi klo boleh ayah tambahkan, lebih baik saling mencintai karna tidak akan ada yang terluka didalamnya, dimana ada yang memberi dan ada yang menerima, bukankah rasa itu lebih adil" ucap ayah yang membuatku berfikir setuju untuk nasehatnya. " jika sekarang kamu masih belum mencintai bimo, lambat laun hatimu itu akan luluh nak.. bimo anak yang baik, dia mencintaimu melebihi mencintai dirinya sendiri, ayah yakin suatu saat kamu akan menerima rasa yang dia miliki dengan ikhlas. Dan saat itulah kalian akan saling mencintai" lanjut ayah

Aku menyeruduk ayah, kutenggelamkan wajahku kedada bidangnya

"Ayah yakin aku akan bahagia sama bimo?"  tanyaku

"InshaAllah nak, jika kamu berusaha bahagia maka kamu akan bahagia" jawab ayah sambil menepuk-nepuk lembut punggungku

Aku jadi berfikir lagi, jika kebahagiaan itu terletak pada hati kita sendiri. Kita akan bahagia jika hati kita mengijinkannya, begitu pula sebaliknya kita akan bersedih jika hati kita selalu tidak menerima akan hadirnya kebahagiaan itu.

Aku menatap wajahku dicermin, mbak marissa telah selesai memvermak wajahku, rambutku disanggul keatas dan wajahku dimake up minimalis olehnya serta dia membawakan aku satu set kebaya berwarna hijau lumut dengan potongan kutu baru dan sarung batik yang sudah dijahit menjadi sarung instan. Aku tersenyum menatap wajahku yang terlihat cantik dipantulan cermin

Endless Love (Complete)Where stories live. Discover now